Alle menatap Marva dengan meringis kecil. Ia melupakan lelaki itu masih berada didepannya. Ia ingin pergi tapi sebuah tangan melepaskan maskernya dengan sekejap mata.
Alle menundukkan wajahnya dengan memegang topinya. Ia mengambil ancang-ancang ingin berlari, tetapi keduluan oleh Marva yang mencengkeram erat tangannya.
"Ngapain disini?" tanya Marva dengan mengangkat alisnya.
Alle berdehem kecil. Ia melakukan agar membuat suaranya berbeda. "Lo siapa, sih? Sok kenal sama gue."
Marva mengangkat alisnya. Kemudian terkekeh kecil dengan menundukkan tubuhnya menyesuaikan tinggi gadis itu.
"Lo bodoh atau gimana? Casing ponsel Lo nggak dicabut lalu pakai motor yang sama." Marva menatap Alle dengan senyuman mengejek. Kemudian berdiri sembari melepaskan topi yang bersenggama di atas rambut gadis itu.
Alle menyipitkan matanya lalu mendengus kesal. Ia mengambil topi miliknya dengan raut wajah masam. Ia tidak menyangka penyamarannya akan semudah itu ketahuan.
Alle mendengkus malas. "Gue lihat mereka berdua keluar. Mentang-mentang bonyok nggak ada lalu seenak dengkul pergi."
"Bukannya Lo juga keluar sekarang," cibir Arel dengan memutar matanya.
"Benar-benar ngelunjak Lo! Apa perlu gue buktikan lo bagaimana dipukul Ratu penyihir yang ditakuti murid SMA Cempaka?" tekan Alle dengan merenggangkan jarinya.
"Hehe, ampun Mbak habis ini nggak lagi." Arel cengengesan dengan mengangkat jarinya membentuk tanda v.
"Cemen Lo!" ejek Dilan dengan tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba saja orang yang ingin mencelakai Marva kembali ingin menyerangnya. Ia mengelak dengan cepat lalu menendang keras cowok itu.
"Ayo Mbak Alle pukul dia!" seru Arel dengan antusias.
"Jangan kasih kendor!" timpal Dilan dengan mengangkat kepalan tangannya.
Alle masih saja memukuli cowok itu dengan brutal. Hari ini ia ingin melampiaskan rasa kesalnya akibat yang dilakukan Ansel disekolah saat jam istirahat.
"Dasar jelek! Sok kegantengan! Sok berkuasa! Bodoh! Gila!" Alle mengeluarkan seluruh keluh kesahnya mengenai Ansel.
Alle menabok tangan cowok itu dengan keras. Kemudian berdiri dengan napas tersengal-sengal. Ia merasa PMS masih saja mengikutinya padahal ini sudah hampir berakhir.
"Lo begitu saja nggak becus! Lalu Lo cewek aneh setelah ini mungkin kita sering ketemu."
Alle mengerutkan alisnya. Kemudian tertawa kecil. "Hey, memangnya lo siapa? Sering ketemu kata Lo. Sorry, tapi gue ini orang penting jadi nggak bisa ketemu sama orang nggak penting."
"Lihat aja!"
Alle mengerutkan alisnya. "Lah, memang mata gue masih normal. Ya, jelas bisa lihat!" Setelah mengatakan itu Alle tertawa kecil dengan menutup mulutnya agar tidak terlalu malu-maluin. Namun, nyatanya sifatnya tadi sudah termasuk hal yang membuat kedua saudaranya menanggung malu.
"Cabut! Lama-lama gue bisa stress melihat gadis sableng!"
Alle bersedekap dada sembari tersenyum puas. "Alle di lawan! Ratu penyihir nggak akan pernah nyerah gitu aja, dong!"
Elang dan Galen segera berlari menghampiri Alle. Kedua lelaki itu segera memutar-mutar tubuhnya seperti komedi putar. Hal itu seketika membuatnya menjadi pusing rasanya seperti dejavu.
"Sudah pusing! Gue sembur pakai muntah juga Lo pada!" sembur Alle dengan memegang kepalanya yang rada berputar.
Setelah itu Alle segera menjewer kuping Elang dan Galen dengan keras sehingga memerah. Ia segera menyeret tubuh kedua lelaki itu hingga sampai ketempat duduk asal Marva dkk.
"Lo berdua ingin rasanya gue jadiin rempeyek!" sembur Alle dengan menatap tajam. "Apa Lo berdua tahu jika gue nggak datang kesini pasti tuh muka jadi jelek?!"
Elang mengerutkan alisnya. Ia juga mengelus kupingnya yang memerah habis dijewer oleh adiknya. "Maksud Lo apa?"
"Mereka mau keroyok kita," celetuk Marva dengan tenang.
"Tuh, dengerin apa kata ketua Lo pada?! Dari tadi gue lihat orang-orang disini agak mencurigakan tingkah lakunya nggak kayak penonton biasanya," seru Alle dengan berkacak pinggang.
"Kok Lo bisa tahu?" tanya Dilan dengan menggaruk tengkuknya.
"Makanya otak itu dipakai, jangan cuman pikirin cewek terus! Katanya anggota inti geng tapi kayak gini aja nggak bisa analisis lingkungan!" sembur Alle dengan menatap tajam. Matanya beralih menatap Elang dengan tenang. "Lo juga Bang Elang jelasin sekarang ngapain ketempat seperti ini, tetapi kalau nggak mau juga nggak papa."
Elang menghela nafas. Kemudian menatap ketuanya dengan seksama setelah mendapat persetujuan dari Marva baru menatap Alle. "Gue juga anggota inti geng Dark Knight. Selama ini gue anggota bayangan dan nggak ada yang tahu selain anggota geng."
Alle mengangguk pelan. Kemudian tersenyum tipis menatap Elang dan Galen secara bergantian. "Kalian berdua pulang sekarang atau gue seret pulang pakai motor."
Elang yang mendengar itu seketika bulu kuduknya berdiri. Kemudian ia menarik tangan Galen untuk mengambil kendaraannya. Alle juga pergi mengambil kendaraannya diiringi Marva dkk.
∆∆∆
Sosok gadis yang memakan permen terlihat tenang juga aura dingin. Hari ini dia sedikit lelah sehingga tidak ingin diganggu.
"Apa kali ini gue bolos aja, ya?" gumam Alle dengan menghela napas. "Mata gue pedas banget rasanya mau gue celup ke air."
Tiba-tiba Alle dikejutkan oleh kerumunan orang-orang yang berada didepan gerbang sekolahnya. Didepan sana terdapat anggota OSIS dengan wajah angkuhnya.
"Sial, apa sekarang ada razia?" gumam Alle dengan muka masam.
Alle menghembuskan nafasnya lalu berjalan melewati gerbang. Tiba-tiba sebuah tangan mencengkeramnya lalu membawanya ke sekumpulan murid yang dirazia.
Alle hanya diam untuk sekarang karena dirinya terlalu lelah bisa dibilang ia memiliki kepribadian INTP. Ia terkadang tenaganya sering terforsir maka akan membuat dirinya menjadi tidak bersemangat. Namun, karena memiliki kepribadian ini dia cukup peka sama lingkungan sekitarnya. Ada satu hal kekurangannya karena terlalu baik dan sering mengalah ia sering dimanfaatkan orang lain seperti kehidupannya dulu.
"Kenapa pakai seragam ketat?" tanya Ansel dengan muka datar.
Alle menghela nafas. "Males beli yang baru. Sayang uang beli begituan."
Ansel mendengus. "Lo itu orang kaya nggak usah dibuat susah."
"Cih, Ansel dia itu memang suka pakai kayak gitu."
"Percuma pintar tapi kayak jalang."
"Dasar murahan!"
"Suka-suka gue, dong! Kalau Lo keberatan beliin aja lumayan uang saku gue aman. Iri aja netizen, Lo kalau mau pintar itu belajar jangan hanya bisa banyak bacot! Eh, tapi kayaknya Lo sering lihat jalang, ya? Kelihatannya tahu banget gimana gaya pakaian jalang. Dih, lebih baik gue murahan daripada Lo gratisan!" seru Alle dengan memutar matanya.
"Lo!"
Alle mengangkat alisnya sembari membuka mulutnya seperti mengucapkan kata apa. Setelah mengatakan itu berjalan pergi, tetapi lagi-lagi tangannya dicengkeram oleh Ansel.
"Pergi ke lapangan dengan hormati bendera!" perintah Ansel dengan menunjuk lapangan utama.
"Siapa Lo? Emak gue bukan enak aja perintah-perintah," cibir Alle dengan tersenyum mengejek.
"Gue ketos SMA Cempaka," tekan Ansel dengan menatap tajam.
"Lalu gue putri penanam saham sekolah ini," ledek Alle dengan mengangkat alisnya.
"Alle ..."
"Hmm," ucap Alle segera pergi menuju lapangan.
∆∆∆
Jangan lupa vote dan komen 💖
Wah, Elang ternyata diam-diam menyesatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Satu [END]
TeenfikceEleanor Devika Akalanka, seorang siswi biasa yang memiliki otak yang jenius. Elen dulunya juga menyukai pelajaran sejarah dan anti matematika walaupun begitu ia tetap mendapatkan nilai tinggi. Tiba-tiba saja Elen berpindah jiwa ke tubuh seseorang ya...