9🥀

80 17 0
                                    


ᴇɴᴛᴀʜ ꜱᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ᴊᴀᴜʜ ᴋɪᴛᴀ ʙᴇʀʟᴀʀɪ ᴅᴀʀɪ ʟᴜᴋᴀ, ᴘᴀᴅᴀ ᴀᴋʜɪʀɴʏᴀ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴇɴᴛᴀʜ ꜱᴇʙᴇʀᴀᴘᴀ ᴊᴀᴜʜ ᴋɪᴛᴀ ʙᴇʀʟᴀʀɪ ᴅᴀʀɪ ʟᴜᴋᴀ, ᴘᴀᴅᴀ ᴀᴋʜɪʀɴʏᴀ... ᴋᴇʜɪᴅᴜᴘᴀɴ ᴀᴋᴀɴ ꜱᴇʟᴀʟᴜ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴅᴜᴋᴀ.

—————

Derap langkah seorang cowok menggema di koridor sekolah yang masih sangat sepi. Pandangannya terlihat kosong, namun tidak dengan isi kepalanya saat ini. Ada banyak hal yang sampai sekarang tidak dia mengerti dengan kehidupannya.

Ia ingin sekali lari dari masalahnya. Lari dari semua orang yang sudah menyakitinya. Tapi... apakah itu akan membuat hidupnya menjadi lebih baik lagi?

Dia, Althanino Eka Gustiawan. Dua hari lalu, setelah kejadian yang hampir saja menewaskan dirinya, ia divonis penyakit kanker darah atau leukimia stadium 1.

Altha beruntung karena dengan izin Tuhan dia masih hidup. Mobil yang hampir menabraknya berhasil dikendalikan. Seorang dokter—yang merupakan spesialis kanker darah—kebetulan melewati jalan tersebut dan langsung membawa Altha ke rumah sakit.

Saat sadar, Altha berada di rumah sakit dan divonis leukimia. Dia meminta kepada dokter itu untuk tidak memberi tahu soal ini kepada siapapun termasuk keluarganya.

Dokter bernama Alvan tersebut akhirnya menurut saja.

Altha sebenarnya merasa bersalah menyembunyikan ini dari keluarga. Tapi, dia terlalu sungkan kepada keluarga Gustiawan yang sudah banyak membantu dirinya. Apalagi... Altha bukanlah keturunan kandung keluarga itu.

Altha sebenarnya ingin sekali membagi masalah dengan bundanya. Tapi, melihat bundanya yang sekarang sudah mendapatkan kebahagiaan kembali setelah dulu pernah hilang, Altha jadi tidak tega membuat beliau cemas dengan keadaannya.

"Kemoterapi itu rasanya gimana sih?" lirih Altha bertanya entah kepada siapa.

Rencananya setelah pulang sekolah, Altha akan menjalankan kemoterapi untuk pertama kalinya. Dokter juga menjadwalkan kemo Eka setiap dua bulan sekali. Oleh karena itu, Eka jadi overthinking.

Apalagi hari ini adalah hari pertama untuk ujian kenaikan kelas, sekaligus hari terakhir Altha menjalankan hukuman. Altha hanya berharap satu. Semoga hasil ujiannya nanti bisa memuaskan. Agar Kakek Tean puas.

Tapi tunggu, bagaimana cara pergi ke rumah sakit?

𒀭𖧷𒀭

Suasana ujian begitu sepi, tak ada yang berani bersuara karena pengawas ujian adalah Pak Rizwan—guru berparas tampan namun killer. Gerak dikit, auto diplototin.

Eira diam-diam mengambil sebuah kertas, lalu menuliskan sesuatu di sana. Dia meremas kertas tersebut lalu melemparnya secara diam-diam dan tanpa sepengetahuan Pak Rizwan tepat di bawah kaki Altha. Ya, dia berniat memfitnah Altha.

HASAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang