23🥀

64 14 2
                                    

Assalamualaikum

Vote+komen yaa jangan sider

Altha menghela napas berat sambil melirik ke arah Andre yang sudah memeluknya dengan sangat erat sembari memejamkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Altha menghela napas berat sambil melirik ke arah Andre yang sudah memeluknya dengan sangat erat sembari memejamkan mata. 

"Gitu katanya gak takut," celetuk Altha.

Andre mengencangkan pelukannya. "Hantunya serem Bang!"

"Serem dari mananya coba! Hantu biasa aja kayak gitu lo takutin!" ledek Altha.

"Jumpscare nya Bang nyeremin!" balas Andre.

"Cih, penakut," ledek Altha menjadi-jadi. 

Mata Altha melirik ke arah Tika, yang merupakan adik Neisha yang masih berumur 8 tahun. "Tuh lihat Tika, anak sekecil itu aja berani masa lo kagak sih?" ucap Altha sambil menyisipkan tawanya.

"Mental orang beda-beda Bang, jangan dibandingin gitu lah!" sahut Andre tak suka.

"Iya adikku sayang." Altha mengusap kepala Andre secara brutal. Hal itu membuat Andre protes karena ulah Altha rambutnya jadi berantakan.

"Altha!" panggil Roni tiba-tiba.

"Kenapa Yah?" sahut Altha.

"Minta tolong kasih obat ini ke Kakek ya, beliau lagi istirahat di kamarnya," suruh Roni.

"Oh, siap Yah." Altha menerima obat yang diberikan oleh Roni, lalu ia pun bergegas menuju kamar Tean yang berada di lantai 2.

Altha membuka pintu kamar Tean. Dilihatnya pria tua itu sedang tidur. Lebih baik Altha meletakkan obat itu secara perlahan di atas nakas daripada membuat Tean terbangun.

"Sedang apa kamu?"

Di luar dugaan, ternyata Tean terbangun.

"Oh tadi saya cuman menaruh obat Kakek saja," jawab Altha.

"Tidak bisakah menyuruh orang lain saja? Kenapa harus kamu yang terus saya temui?" Tean memijit kepalanya.

"Kenapa Kek? Apakah saya ini banyak melakukan dosa dan kesalahan kepada Kakek? Sehingga Kakek saja tidak sudi melihat saya," tanya Altha.

"Kamu tau, saya menyesal dengan satu hal." Tean menggantungkan ucapannya. Pria tua itu menatap Altha dengan sorot kebencian, "saya menyesal dengan kehadiran kamu di keluarga saya."

Deg!

Altha meremas ujung kemeja yang dikenakannya. Dia menunduk, berusaha untuk tidak memperlihatkan genangan air yang sudah menumpuk di matanya kepada Tean.

Dengan sorot sendu, Altha menatap Tean. Dia tersenyum. "Ya, karena di mata Anda, saya hanyalah sosok manusia paling tidak berguna di dunia ini."

Tean tersenyum miring. "Kamu sadar ternyata."

HASAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang