16🥀

71 15 2
                                    

Assalamualaikum

Vote+komen

Derap langkah kaki terdengar saling beradu di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derap langkah kaki terdengar saling beradu di lantai. Sebuah pesawat baru saja mendarat di bandara. Para penumpangnya nampak berdesak-desakan untuk segera keluar dari sana karena tak sabar menjumpai keluarga yang sudah menunggu di luar.

Altha mengecek jam yang melingkar di tangannya. Sudah pukul setengah enam pagi, artinya Gibran akan segera datang.

Altha mengusap lengannya yang ditutupi oleh jaket. Hawa dingin berhasil menembus jaketnya sehingga menusuk kulit. Seharusnya tadi dia membawa jaket yang lebih tebal.

Ponsel cowok itu berdering. Gibran menelpon.

"Assalamualaikum Al, kamu ada di mana?"

"Bang Gibran ke parkiran aja, gue tunggu di sini," ujar Altha.

Beberapa menit kemudian Gibran datang sambil menyeret kopernya.

"Lama amat Bang, gue nunggu sampai lumutan nih," protes Altha.

"Gimana kabar? Masih sakit atau lebih baik?" tanya Gibran.

"Alhamdulillah, sama aja kayak dulu," ucap Altha.

Gibran memasukkan kopernya ke dalam kursi penumpang. "Ayo pulang." Gibran masuk ke dalam mobil menduduki kursi kemudi.

"Minggir Bang! Gue yang nyetir!" paksa Altha.

"Lihat itu tangan!" Gibran menunjuk telapak tangan Altha yang memar.

"Cuman segini doang gak sakit Bang, buktinya gue baik-baik aja ngendarain mobil dari rumah ke sini," ucap Altha.

"Gak usah dipaksa, nurut atau saya tinggal." Gibran mulai bersiap-siap untuk segera pergi.

"Iya-iya!" putus Altha.

𒀭𖧷𒀭

"Ayah," sapa Gibran.

"Gibran, gimana kabar kamu?" Rasya—Ayah Gibran langsung memeluk anak semata wayangnya.

"Baik, Yah," ucap Gibran.

"Kapan hari kelulusan kamu?" tanya Rasya.

"Insha Allah beberapa bulan lagi, mumpung ada cuti aku pulang ke Indonesia sekalian kerjain tugas akhir," ucap Gibran.

HASAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang