FFWB || 02. Nasi Padang

6.4K 547 12
                                    

Jangan lupa ramein ya!

Happy Reading!
.
.
.

"Di..."

Kedua alisnya naik menanggapi panggilan bos-nya. Sedangkan mulutnya tengah sibuk mengunyah makanan yang sejak setengah jam lalu hanya bisa ia pandang. Klien bos-nya kali ini benar-benar suka basa-basi sehingga waktu makan siang mereka jadi mundur. Kan kasihan anak-anak cacing di perutnya.

"Kayaknya lo lebih cocok makan di warung nasi padang deh,"

Glek.

Usai menelan makanan di mulutnya, ia pun minum untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering terlebih setelah mendengar ucapan bos-nya barusan. Apa setidak layak itu dia makan di restoran mewah sampai-sampai Gava harus berkata demikian?

"Karena saya miskin?" tembaknya menyembunyikan nada sinisnya. Mau bagaimana pun pria menyebalkan di seberangnya ini adalah atasannya. Sumber uangnya. Oleh karena itu ia harus menekan sikap anarkisnya agar tidak menjadi gelandangan di kota ini.

"Kenapa lo mikirnya kesitu?" mata itu menyipit memandangnya. Seolah tidak setuju dengan jawabannya barusan. "Gue cuma mau bilang, perut lo nggak bakal puas makan di tempat kayak gini. Mending ke rumah nasi padang. Udah banyak, enak lagi!"

Jadi secara tidak langsung Gava berkata jika porsi makannya sangat banyak? Meletakkan sumpit sedikit kasar, ia menatap lekat pada bosnya, mengabaikan sushi yang masih perlu ia cerna. "Ini waktu saya istirahatkan?" ia bisa melihat kebingungan di wajah bos-nya. Meski begitu, Gava tetap mengangguk menjawab pertanyaannya. "Kalau begitu saya permisi." ujarnya seraya meraih tas beserta ponselnya lalu beranjak.

"Mau kemana?" pertanyaan Gava mengurungkan niatnya yang baru saja akan melangkah.

"Kerumah nasi padang!" jawabnya asal. Jika melakukan perlawanan kecil-kecil seperti memasang wajah kesal dia masih berani. Tapi berperilaku tidak sopan, dia tidak segila itu untuk menjadi gelandangan di kota ini. Bagaimana pun Gava tetap manusia biasa yang bisa sewaktu-waktu badmood lalu marah dan memecatnya bukan?

"Wah, pas banget. Gue juga mau kesana, mau bareng?"

Lirikan super sinis ia berikan, sedangkan sang pelaku yang telah membuat emosinya naik di siang hari ini tetap bersikap santai. Beberapa lembar uang pria itu tinggalkan di dalam buku tagihan. Saat pria itu berjalan mendahuluinya, ia pun mengekor saja di belakang. Seperti biasanya.

Jika menurut jam kantor, tinggal lima belas menit lagi waktu istirahat habis. Tadinya dia pun akan berniat kembali ke kantor, rumah makan nasi padang hanya jawaban ngawurnya saja. Tidak tahunya, si bos malah mengajaknya makan lagi. Berhubung dia memang belum menghabiskan makanan dengan porsi mini namun berpiring besar, dia ikut saja. Lumayan makan gratis. Dia juga tidak perlu takut kena marah, kan dia pergi bersama bos besar.

"Sebenernya gue pengin sekali-kali ngadain rapat di tempat ini."

Keduanya sudah duduk di kursi --dengan posisi berhadapan-- di rumah makan nasi padang. Kata Gava, disini rasanya lebih enak dari pada yang lain. Meski begitu dia juga akan jarang mampir kesini. Jaraknya cukup jauh dari kantornya dan berbeda jalur dengan tempat tinggalnya.

"Anda bisa melakukan apapun yang Anda mau Pak," sahut Diandra sarat akan sindiran, itupun jika Gava dapat menyadarinya. Jika saja dia bukan kacung Gava, pasti dia akan membalas 'terserah mau lo setan!' atau 'orang gila emang selalu berbeda'.

"Tapi nggak deh, entar gue di cap jelek sama orang-orang."

Oh, dia pikir Gava sudah tidak memikirkan image baiknya atau apapun itu. Jika memang menjaga image, setidaknya dia akan memakai pakaian yang layak untuk ke kantor bukan? Yeah, walaupun setelah menjadi sekretarisnya dia tahu jika di ruangan besar bosnya, terdapat kamar pribadi yang di lengkapi dengan walk in closet. Jika dia menjadi Gava, dia tidak akan buang-buang uang untuk membeli apartemen, dia bisa tinggal di kantor saja bukan?

Falling for Weird BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang