FFWB || 09. Meeting

4.8K 494 28
                                    

"Di, semua berkas udah siap kan?"

"Sudah Pak."

"Kamu sudah mempelajari semuanya?"

"Sudah Pak."

"Bagus, kamu ikut aku ke pusat. Kamu yang bakal jadi perwakilan."

Rahangnya hampir saja jatuh mendengar hal tersebut. Ia menjadi perwakilan, maksudnya dia yang akan mempresentasikan rangkuman data perusahaan nanti? Terdengar simple memang, hanya sebuah data perkembangan perusahaan selama tiga bulan terakhir. Memberitahukan masalah yang tengah mereka hadapi ataupun menerangkan proyek yang akan mereka garap.

Tapi masalahnya, dia akan berdiri di depan semua petinggi. Seluruh keluarga bos-nya ada disana. Para CEO dari anak perusahaan TM Group. Oh jangan lupakan LS Group yang sekarang sudah bergabung dengan perusahaan raksasa tersebut. Pantas saja kekayaan keluarga bos-nya ini bisa dikatakan paling tinggi di negara ini.

"Ayo, Diandra."

Seharusnya wakil CEO lah yang pergi. Jikapun ikut, dia hanya menunggu diluar bersama sekretaris bos lain. Begitulah kira-kira informasi yang di dapatkannya. Ketidak hadiran wakil CEO benar-benar membuatnya terjebak. Berkumpul dengan orang-orang elit itu pasti akan terasa sesak baginya.

"Jangan panik, Diandra. Ini hanya rapat biasa, malah bisa dibilang santai. Jadi tidak perlu takut."

Kalimat Gava tidak memberikan efek apapun padanya. Ia hanya melirik sebentar pria dengan balutan formal tersebut. Jika memang santai, kenapa baju bosnya tidak santai seperti biasa? Dilihat dari rapinya pakaian Gava sekarang, ia yakin rapat ini penting.

Menarik nafas, menghembuskan perlahan. Mencoba mengalihkan pikiran, sialnya dia malah memikirkan kejadian malam lalu. Dimana dia menemani bos-nya ke pesta pernikahan Celine --mantan Gava. Pesta indah yang seharusnya bisa ia nikmati, malah terasa seperti neraka baginya.

Dia amat sangat tidak betah. Sayangnya, Gava seolah tidak menyadari gelagatnya. Pria itu malah sibuk berbincang entah dengan kolega atau temannya. Diandra merasa sangat dipermainkan malam itu. Dibawa hanya digunakan sebagai pajangan. Ia berjanji tidak akan ada lain kali untuk kejadian tersebut.

Jikapun dia harus hadir di pesta bersama Gava, maka status mereka berbeda. Bukan sepasang kekasih melainkan bos dan bawahannya.

"Kamu sibuk kemarin? Semua pesan ku tidak ada yang kamu tanggapi."

Melihat sosok yang tengah menatapnya itu dari sudut matanya, matanya pun beralih menatap tablet yang baru saja ia nyalakan. "Maaf Pak, saya masih harus mempelajari beberapa hal."

Meski membaca di mobil bisa membuatnya pusing, tapi mau bagaimana lagi. Ketimbang mengobrol dengan bos-nya. Menurutnya Gava hanya membutuhkan gandengan untuk datang ke pernikahan mantan. Alih-alih mencari pacar beneran atau sekalian saja pacar pura-pura, Gava malah memaksanya agar menjadi pacar pria itu.

Keyakinannya semakin kuat dengan sikap Gava malam itu. Jika memang Gava menganggapnya sebagai pacar asli, alias tidak main-main, seharusnya Gava memperhatikannya dengan baik bukan?

Tiba di perusahaan yang pernah ia singgahi walau hanya hitungan hari, mereka keluar dari mobil. Bertepatan dengan itu, ia mendapati Regan Wiratama, saudara dari bosnya. Pria itu datang didampingi dua orang. Satu laki-laki satu perempuan.

Kedatangan Regan jelas membuat fokus Gava beralih. Pria itu berjalan bersama saudaranya, sedangkan dia berada di tempatnya, bersama para bawahan.

Untuk pertama kalinya ia berada di ruangan yang dipenuhi oleh para CEO ini. Masing-masing hanya di dampingi oleh satu orang. Sedangkan yang lain berada di ruangan lain, mungkin hanya ditugaskan untuk membawakan berkas atau apa.

Falling for Weird BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang