FFWB || 33. Friendly

1.6K 116 14
                                    

Hari libur yang tak seberapa lama itu berakhir dengan cepat. Semua orang kembali pada kegiatannya sehari-hari. Jalanan ibu kota padat seperti biasa saat jam berangkat kerja. Pun dengan kedai yang berada disebelah gedung perkantoran tempat Diandra bekerja. Para pemburu sarapan sudah stay sejak kedai dibuka.

Diandra yang  baru mendaptkan kopi juga toastnya memberikan senyum sambil mengangguk tipis -menyapa pegawai lain yang juga mencari sarapan sepertinya. Pemandangan seperti ini memang tidak asing lagi. Bagi mereka yang gajinya dua digit, serta tidak tinggal bersama keluarga, mengeluarkan sedikit uang untuk sarapan bukanlah hal besar.

"Pagi, pacar!" 

Suaranya yang menyapanya tidaklah asing, tanpa menoleh pun ia bisa mengenali dari suara juga aroma parfum yang sudah menyapa indera penciumannya. "Pagi Pak, Anda sudah sarapan?"

Decakan terdengar dan Diandra terkekeh karenanya. Langkah kaki mereka memasuki lobi yang cukup ramai karena memang jam masuk kerja. Keduanya tidak ikut mengantri di lift karena tentu saja Gava menggunakan lift khusus eksekutif. 

"Jadwal kamu padat hari ini, ada tiga pertemuan diluar, aku hanya menemani dua dijam setelah makan siang. Rapat jam 10 nanti meeting dengan divisi pemasaran dan Adelia yang akan menemani kamu."

Gava menyimak dengan baik sembari menyeruput kopi yang masih berada di tangan kekasihnya. Tanpa canggung ia mengarahkan tangan Diandra yang memegang cup kearah mulutnya. Sang empunya pun tidak protes, selagi hanya berdua, Diandra masih memaklumi tingkah bos sekaligus atasannya ini.

"Boleh aku memberikan pendapat, Gava?"

"Tentu kamu bebas berpendapat, sayang." Gava kembali menegakkan tubuhnya. Ia bersandar disisi kiri lift, memandang kekasihnya dengan tatapan memuja. "Katakan,"

"Aku tau personal branding-mu di kantor seperti apa, tapi bisakah sedikit diubah?"

"Seperti apa?"

"Lebih... tegas, mungkin?" jawaban tak yakin kekasihnya membuat Gava mengerutkan dahi. Kenapa kekasihnya jadi terlihat seperti remaja yang malu-malu? "Bukan aku ingin merubah sikapmu, hanya ingin berpendapat agar kamu memberi batasan pada semua karyawanmu -termasuk aku- saat di kantor. Seperti cara bicaramu pada mereka, contohnya."

Senyum Gava mengembang ketika mendapat point yang ingin disampaikan oleh kekasihnya. "Baiklah, permintaan Anda diterima ma'am." menekuk tangan kanannya kedepan, ia memberi gestur membungkuk sebagai tanda hormat.

Diandra yang melihat itu cengo, ia tidak berekspektasi jika Gava akan langsung menerima masukannya. Maksudnya, biasanya orang akan menolak saat diminta merubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaa. Bahkan sebelum ia bergabung disini, pembawaan Gava memang sudah seperti itu. "Kamu yakin?"

"It's not a big deal, Babe. Kamu cuma minta aku merubah caraku berbicara pada karyawanku, bukan menguras lautan."

"Kamu... nggak penasaran kenapa aku minta ini?"

Pria itu menelengkan kepalanya ke kanan. Menatap sang kekasih lamat-lamat sebelum mengulas senyum. "Biar kutebak," sekarang rautnya dibuat berpikir. "Mungkin pacar cantikku cemburu dengan bawahan wanita yang merasa akbrab denganku? Apa benar?"

Sial! Diandra akui, Gava memang kerap peka pada sesuatu disekitarnya. Apa ketidak nyamanannya dalam melihat sang kekasih berinteraksi dengan orang lain juga ditangkap dengan baik? Pria itu bisa menyimpulkan dengan cepat. Lihat senyum lebar itu, saat merasa tebakannya tepat sasaran, pria itu tertawa pelan. 

"Kamu tahu kalau kamu keliatan gemesin banget sekarang?" Pria itu sudah akan menyentuh kepala kekasihnya, namun pintu lift yang terbuka merebut atensi mereka. "It's okay, honey. Cemburu dalam sebuah hubungan itu wajar, aku juga merasakan hal yang sama." Tangannya turun, meraih pergelangan tangan Diandra yang memegang toast. "Ayo!"

Falling for Weird BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang