FFWB || 34. Marah

1K 69 9
                                    

Kata Gava, melihatnya cemburu adalah sesuatu yang lucu sekaligus menakjubkan, membuat pria itu merasa dicintai. Kata Gava, dia sengaja melakukan itu karena ingin melihatnya cemburu. Dan kata Gava pula, ia tidak perlu khawatir akan adanya orang ketiga berjenis kelamin perempuan karena pria itu tidak akan memberi celah bagi siapapun mengusik hubungan mereka.

Katanya begitu, faktanya Diandra mencium asap karena api kecil yang tersulut. Celah yang katanya tidak akan ada itu nyatanya bisa ia rasakan. Bukan berarti Gava tidak memperhatikannya lagi, bahkan pria itu masih bucin tingkat maksimal. Tapi kenapa, pria itu masih membagi perhatian pada perempuan lain?

Perempuan yang sialnya terlihat tertarik pada Gava. Bagi Diandra yang sudah menunjukkan kecemburuannya tak hanya sekali, wajar kalau sekarang dia memilih diam saja bukan?

"Saya sudah pesankan makan siang untuk Bapak, sekitar lima menit lagi akan sampai, Pak."

"Tiga porsi kan? Kalian berdua makanlah di ruangan saya."

Ketiga kalinya dalam seminggu ini lunch  mereka dilakukan diruangan bosnya. Bukan hal aneh jika hanya Diandra yang diundang, toh semua orang tahu jika mereka sepasang kekasih. Tapi dengan adanya sekretaris kedua Gava yang nyempil jelas membuat mereka tidak leluasa. Okay, memang selama ini dia yang meminta agar mereka bersikap profesional saat di kantor. Tapi kalau seperti ini, dia tarik kalimatnya barusan.

Orang-orang dikantor memang mengatakan kalau Diandra ramah, tapi mereka juga mengakui kalau skretaris bosnya cukup sulit dijadikan teman. Saat diajak bergosip, Diandra hanya akan memberi tanggapan tak berarti atau tersenyum bak sales. Malah lebih enak mengajak bos besar mereka bergosip ketimbang sekretarisnya.

Diandra mengakui hal itu. Sekarang juga bukan kali pertama ia mendengar dua orang yang berbagi cerita atau bergosip ria di depannya. Tempatnya memang ada disamping bosnya, tapi atensi pria itu pada orang lain. Suhu ruangan yang harusnya sejuk pun mulai terasa gerah baginya.

"Oh, itu mah kepala divisi di kantor pusat. Kamu naksir ya? Coba tanya Diandra, mereka pernah satu kantor dulu." Namanya yang tiba-tiba diseret membuta ia menoleh pada mereka sambil mengunyah. "Kamu kenal Bintang, Di? Dia kepala divisi di tempat Bang Reza kan?"

Menarik kedua sudut biibirnya, ia memberikan senyum karir andalannya. "Kenal, nggak deket, tapi saya punya kontaknya."'

"Tuh, Del! Minta aja!"

"Ih, Bapak! Saya kan cuma muji beliau doang, bukan mau kenalan!" wajah tersipu Adel membuat Gava tertawa geli.

Makan siang penuh canda gurau itu berakhir karena waktu mereka yang hampir habis. Merapikan kembali kekacauan yang mereka buat, barulah kedua perempuan itu keluar dari ruangan bos mereka.

Seharusnya selain cara bicara Gava, Diandra meminta agar sikap friendly  pria itu dikurangi. Tapi apa bisa? Apa dia akan terlihat seperti remaja labil yang meminta ini itu? Menghela nafas pelan, ia mencoba mengusir pikiran negatifnya. 

🍁🍁🍁

Diandra akui kalau Gava memang menarik, sangat menarik malah. Visual diatas rata-rata begitupun kekayaannya. Incaran ani-ani yang ingin hidup enak.

Sebenarnya bukan hal asing jika ia melihat wanita lain tertarik pada kekasihnya. Hanya saja akhir-akhir ini perasaannya dibuat terombang ambing melihat kedekatan atasannya dengan sekretaris kedua.

Belum juga satu lalat ia singkirkan, sudah ada lalat lain yang mendekati kekasihnya. Punya pacar ganteng memang impian semua perempuan, tapi resikonya bikin migren!

"Apa Anda mau bergabung dengan kami, Pak Gava? Perayaan kecil-kecilan perlu dilakukan untuk merayakan kerja sama ini bukan?"

Pak tua yang sialnya menjadi klien Gava itu membuat Diandra mati-matian menjaga ekspresi wajahnya. Tetap profesional disaat kepala panas itu sulit. Sungguh, sedari mereka duduk disini ia sudah menahan kesal dengan kegatalan anak dari klien Gava ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Falling for Weird BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang