Apa yang orang-orang pikirkan saat ingin menjalin hubungan dengan bos sendiri? Mendapat keistimewaan atau setidaknya mendapat keringanan saat bekerja. Setidaknya itulah yang dipikirkan orang-orang. Realitanya --entah hanya berlaku di kantornya saja atau di tempat lain juga-- dia tetap lah kacung serba guna Gava. Tidak mendapat keringanan sedikit pun untuk pekerjaannya. Masih kesana kemari untuk melakukan perintah sang bos.
Memang sih ada beberapa hal yang berbeda. Contohnya, makan siang Diandra menjadi tanggungan Gava tanpa diminta. Malah biasanya dia yang dipaksa agar mau makan siang bersama. Kalau dipikir-pikir, untuk apa menolak. Lumayan kan bisa menghemat pengeluaran.
Berangkat dan pulang bersama, berulang kali Diandra menolak toh kost-nya tidak terlalu jauh. Tapi Gava tetaplah Gava. Suka ngeyel dan seenak jidat. Tapi kalau berangkat jarang bersama si, karena dia biasanya gerak cepat sebelum Gava datang. Sedangkan pulangnya mau tidak mau bersama.
Apakah orang-orang kantor tahu? Sayangnya iya. Dengan tidak tahu malunya, Gava menunjukkan ketertarikan terhadapnya dihadapan orang-orang. Hal itu lah yang membuat mereka mulai berspekulasi. Lalu ditambah dua orang yang ikut ke Singapura kemarin. Mereka kompak membocorkan hubungan bos mereka sendiri.
Sebenarnya tidak menjadi masalah, toh tidak ada aturan apapun tentang masalah pribadi di kantor. Diwajibkan untuk profesional saja. Selebihnya mau mereka menjalin hubungan dengan siapa saja bebas. Asal tidak menjadi simpanan suami orang saja.
Malam ini, untuk kedua kalinya Diandra lembur. Apa bersama Gava? Tidak. Pria berstatus bos juga kekasihnya itu sudah pergi sejak sore tadi bersama wakilnya untuk menghadiri pertemuan. Kenapa dia tidak ikut? Karena tidak dibutuhkan juga sih. Gava juga menyarankan agar Diandra stay di kantor karena pekerjaannya memang banyak.
Agendanya, dua minggu lagi mereka akan mengeluarkan varian baru dari produk parfum mereka. Makanya pekerjaan Diandra terasa tidak ada habisnya begini. Belum lagi dia harus kesana kemari saat diperintah atau menemani bos-nya keluar saat diperlukan. Membuat tumpukan berkas di mejanya terbengkalai.
"Harusnya Gava tuh kayak Pak Reza, sekretaris-nya nggak cuma satu."
Sekarang dia paham kenapa Reza memiliki sekretaris lebih dari satu. Karena satu orang menghandle banyak pekerjaan sama saja mendaftarkan diri menjadi pasien rumah sakit.
Menghela nafas pelan, dia meregangkan otot-otot tangannya. Memundurkan kursinya, kacamata yang membingkai matanya ia lepas. Diandra butuh kopi.
Beranjak, kakinya pun melangkah menuju pantry di lantai ini. Lokasinya sedikit jauh, dan sekarang dia baru merasakan sepinya tempat ini. Biasanya juga sepi sih, tapi setidaknya ia masih merasakan keberadaan orang lain. Pencahayaan juga tidak tamaram seperti sekarang. Kenapa kesannya jadi horor begini?
Usai membuat kopi, dia kembali ke tempatnya. Dari kejauhan dia bisa melihat seseorang duduk di tempatnya. Menyipitkan mata, ia berjalan perlahan. Pasalnya orang itu tengah mengamati komputernya.
Apakah itu penyusup? Apakah musuh perusahaan ini dan tengah mencoba mengambil data dari komputernya?
Inginnya dia berlari, tapi kopinya bisa tumpah. Jadilah dia mengendap-endap seperti maling, menjaga kopinya tetap aman. Jika benar itu penyusup, maka kopi panas ini akan mendarat di wajahnya. Setidaknya bisa membuat kulit melepuh kan? Lalu setelah itu dia akan kabur untuk memanggil sekuriti.
Ya, itu lah rencananya.
Namun rencana hanyalah rencana, nampaknya Tuhan berkehendak lain. Saat dia sudah dekat, tiba-tiba saja orang itu beranjak. Karena kaget, refleks dia mengguyur kopi tadi ke orang itu. Tapi tidak ke wajah, melainkan badan. Sasarannya meleset.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for Weird Boss
Romantizm[#6 Wiratama's] Diandra merasa beruntung bisa menjadi sekretaris seorang Reza Wiratama. Bukan karena bos-nya itu tampan, melainkan gaji yang sangat menunjang hidupnya. Lagipula sang bos sudah mempunyai istri, mana berani dia berpikir macam-macam. Ke...