❌ Dilarang plagiat! ❌
Happy Reading!
.
.
.Selasa, Diandra baru masuk kerja setelah dua hari dirawat di rumah sakit dan istirahat satu hari full kemarin. Apakah tubuhnya sudah fit? Belum juga. Tetapi dia merasa tidak enak jika harus mengambil banyak hari ijin. Terlebih dia tahu jika pekerjaannya pasti akan menumpuk jika dia tak kunjung masuk. Gaji besar, pekerjaan banyak. Tunggu saja saat uangnya sudah banyak --entah kapan-- dia pasti akan berhenti bekerja.
"Di, entar kalau ada yang anter makanan bawa masuk ya," pesan Gava ketika pria itu tiba-tiba saja muncul di depan mejanya. Ia pikir bos-nya keluar untuk makan siang --walaupun belum waktunya-- ternyata dugaannya salah. Dia pun mengangguk sebagai tanggapan.
Benar saja, tak lama kemudian seorang security datang sambil membawakan paper bag. Ajaib sekali, padahal belum ada dua menit bos-nya masuk keruangan dan makanan ini sudah sampai. Kenapa tidak menunggu saja? Dan beli dimana makanan ini hingga datangnya sangat cepat. Atau memang Gava sudah memesan sedari tadi? Entahlah, menebak isi kepala bos-nya sama seperti mengerjakan tugas fisika, sulit.
"Makasih, Pak." ujarnya setelah menerima paper bag tersebut. Setelah security tadi menghilang dari pandangannya, ia pun masuk kedalam ruangan bos-nya.
Ruangan luas ini dibagi menjadi dua bagian. Dimana ada kamar bos-nya yang besarnya tidak main-main. Lebih besar dari kantornya. Apa ia pernah masuk ke dalamnya? Ya, untuk merapikan ruangan itu jika ada badai. Seperti kamar pada umumnya yang berisi ranjang juga lemari pakaian. Tapi di kamarnya Gava sudah seperti kamar anak kos-kosan yang serba ada.
Dapur mini ada di pojokan, katanya itu berguna jika sewaktu-waktu Gava ingin masak mie instan. Lalu satu set komputer, jangan berpikir itu untuk bekerja karena komputer canggih itu hanya digunakan untuk bermain game. Satu set sofa lalu di belakang ranjang Gava ada tangga yang langsung menuju ke atap. Ya, dari kamar Gava kita bisa langsung ke rooftop. Makanya tidak heran jika bos-nya bisa tiba-tiba menghilang.
"Oh, udah sampai. Kita makan di dalem aja ya?"
Dahinya berkerut, belum sempat ia mengeluarkan protes, Gava sudah menghilang di salah satu pintu diruangan itu. Menghela nafas, ia pun tetap mengikuti bos-nya. Masuk kedalam, ia cukup lega karena ruangan ini cukup rapi --meski ada beberapa bungkus jajan berserakan di sekitar meja komputer-- setidaknya pekerjannya tidak bertambah.
"Siapin ya, gue mau mandi bentar. Lo disini aja."
Lagi, bos-nya asal pergi tanpa mendengarkan suaranya. Padahal dia tidak bilang setuju loh. Menarik nafas dalam, menghembuskan perlahan. Dia pun berjalan ke dapur mini untuk menyiapkan makanan tadi. Tadinya dia berpikir mungkin Gava membeli makanan khas Jepang atau western. Ternyata di dalam paper bag cantik itu terdapat plastik berisi soto, lima biji lontong, dan beberapa gorengan.
Mungkin dia mau meraktyat.
Selesai menata makanan tadi, dia pun membawanya ke meja sofa. Biasanya Gava akan makan disana sambil menonton televisi. Ia pun melirik jam tangan di pergelangan tangan kanannya, masih setengah jam menuju waktu makan siang. Apa lebih baik dia keluar saja?
Cklek!
Otomatis kepalanya menoleh ke pintu kamar mandi yang terbuka. Mandi apa secepat itu? Ketika bos-nya keluar, kedua matanya membola seketika. Sial! Matanya ternodai!
Cepat-cepat dia memalingkan wajah sembari menutup kedua matanya. Tidak, tidak! Lupakan pemandangan tadi, lupakan! Sial! Orang bodoh mana yang pamer bada siang-siang gini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for Weird Boss
Romance[#6 Wiratama's] Diandra merasa beruntung bisa menjadi sekretaris seorang Reza Wiratama. Bukan karena bos-nya itu tampan, melainkan gaji yang sangat menunjang hidupnya. Lagipula sang bos sudah mempunyai istri, mana berani dia berpikir macam-macam. Ke...