FFWB || 19. Partner

4.4K 437 96
                                    

Kebanyakan orang tidak menyukai hari senin. Padahal setelah weekend, seharusnya kita bersemangat menyambut hari senin setelah rehat kan? Kalau Diandra, dia bukan termasuk orang yang membenci hari senin ataupun yang menyukainya. Menurutnya semua hari kerja sama saja. Sama sibuknya, sama lelahnya.

Namun berbeda dari biasanya, hari ini dia sedikit bersemangat untuk melihat seleksi tahap akhir calon partner kerjanya. Katanya si seleksi dilakukan saat weekend kemarin karena Gava ingin hari senin sudah selesai. Bos mah bebas, tinggal perintah bawahan yang bekerja.

Orang yang memilih sekretaris kedua Gava adalah mantan sekretaris Gava sendiri. Pria yang kini bekerja pada Reza. Karena menurut Gava mantan sekretarisnya itu sangat tahu orang seperti apa yang ia butuhkan.

Di ruangan Gava, terdapat tiga orang perempuan berpakaian rapi yang tengah berdiri di depan meja Gava. Sedangkan sang bos duduk di kursi kebesarannya, dibelakangnya ada sekretaris yang siap memberikan masukan saat ditanya.

"Aku lebih suka yang kedua." Diandra berbisik dengan mencondongkan tubuhnya. Di tangan Gava ada tiga CV yang sudah mereka lihat tadi.

Informasi yang ia dapat, total ada 17 pendaftar. Padahal pencarian sekretaris kedua ini bisa dibilang dadakan. Tapi pemintanya cukup banyak. Ya kalau dilihat dari gaji siapa yang tidak tergiur.

Sekarang hanya tersisa tiga, berarti mereka lah yang terbaik diantara yang lainnya. Sekarang tugas Gava dan Diandra adalah memilih salah satu dari mereka.

"Nomer satu juga bagus, Di."

"Mereka semua bagus, Pak."

Sepasang bos dan bawahan itu kompak mengerutkan dahi. Tiga orang ini sama-sama memiliki pengalaman di bidang ini. Catatan pekerjaannya juga bagus. Wajar kan kalau mereka bingung.

"Kalian semua bagus, kalau saja bisa saya ingin mempekerjakan kalian bertiga." Diandra menegakan tubuhnya, sekilas ia melirik pria dengan setelan rapi ini tengah memasang mode serius. "Sayangnya saya hanya membutuhkan satu orang saja. Maaf untuk peserta nomer satu dan dua, kalian belum bisa bergabung dengan GA company."

"Adelia Puspita, selamat kamu diterima."

Dibelakang, Diandra sebisa mungkin menjaga kondisi mukanya agar tidak ternganga. Wah, bagaimana bisa dia lupa kalau bos nya adalah Gava. Padahal tadi mereka condong ke nomer satu dan dua, tapi nomer tiga lah yang terpilih. Memang tidak bisa di tebak pria satu ini.

Hari ini sekretaris kedua Gava langsung bekerja. Sebagai senior, dia pun memberikan arahan apa saja yang harus di kerjakan oleh Adelia. Karena masih baru, sengaja dia memberikan tugas-tugas yang mudah dulu. Kan kasihan kalau baru masuk sudah kena mental. Nanti dia sendirian lagi.

Di ruangan baru tepat di sebelah Gava, dua orang perempuan sudah fokus pada pekerjaan masing-masing. Walaupun sudah ada temannya, bukan berarti Diandra akan mengobrol santai saat bekerja. Ruangan ini ber-CCTV. Bisa di pecat dia kalau kerja semaunya sendiri.

"Bersiap Adel, kamu ikut meeting lima belas menit lagi. Aku mau ke ruangan Pak Bos dulu."

"Okay, mbak."

Sebenarnya dia tidak ingin di panggil dengan embel-embel 'mbak'. Tapi itu lebih baik ketimbang saat Adelia memanggilnya 'Bu' tadi. Haish, padahal kan dia masih muda. Sikap sopan Adelia malah membuatnya kesal sendiri. Katanya karena Adelia lebih muda satu tahun darinya makanya memanggil 'mbak' biar sopan.

"Permisi Pak...?"

Diandra terdiam setelah menutup pintu ruangan bos nya. Matanya menatap sosok yang tengah berbaring di sofa panjang. Bajunya masih sama tapi jas dan dasinya hilang entah kemana. Kancing kemejanya juga terbuka tiga. Astaga, bisa-bisanya bosnya tidur disaat klien dalam perjalanan menuju kemari?!

Falling for Weird BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang