FFWB || 20. Makan

4K 422 43
                                    

Note: baca part sebelumnya kalau udah lupa jalan ceritanya😘

Tidak Diandra sangka jika dia akan berada di toko perhiasan. Pikirnya, sang bos akan membawa dia ke sebuah pertemuan penting diluar atau hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan karena sekarang masih jam kerja. Memang tidak ada yang berani menegur Gava selaku bos di perusahaan. Tapi dia? Diandra hanyalah kacung, jika orang kantor tahu pasti dia akan menjadi bahan gosip.

Mentang-mentang sekretaris, melipir dari jam kerja sembarangan.

Sungguh dia tidak mau menjadi bahan pembicaraan orang-orang.

"Menurut kamu yang cocok buat Mamah saya yang mana, Di?"

Beberapa saat otaknya mencerna terlebih dahulu kalimat Gava barusan. Mamah, ini Gava sedang mencarikan perhiasan untuk ibunya?

"Banyak yang cocok sih, Pak." jawabnya dengan mata melihat ke jajaran perhiasan dalam etalase. Sedangkan otaknya tengah sibuk mengingat ada hari khusus apa sampai Gava memberikan hadiah untuk ibunya.

"Besok Mamah ulang tahun, tapi aku lupa belum beli kado."

Kepalanya refleks menoleh, Bu Alina ulangtahun? Besok? Jika saja posisinya masih sekedar sekretaris Gava itu tidak akan menjadi masalah. Tapi sekarang kan beda, keluarga Gava sudah tahu hubungan mereka. Tidak etis rasanya jika dia tidak ikut memberikan hadiah. Atau sekedar ikut mengucapkan selamat ulang tahun dan mendoakan.

Permasalahannya, jika dia ingin memberi hadiah, apa yang harus ia berikan? Set perhiasan seperti yang Gava beli? Bisa-bisa dia puasa satu tahun penuh. Barang mewah lainnya? Tabungannya bisa terkikis habis hanya untuk sebuah hadiah.

"Kenapa kaget gitu?" Gava terkekeh pelan. Pria itu mengarahkan kepala Diandra agar kembali melihat-lihat perhiasan di depan mereka. "Nggak ada pesta, tapi nanti malam mau pada ngasih kejutan. Kamu bisa dateng? Sekalian nginep kalau mau."

Alih-alih menjawab, Diandra malah menunjuk perhiasan dengan random. "Itu kayaknya bagus deh."

Gava pun melihat perhiasan yang barusan ditunjuk. Menimang melihat kalung dengan bandul lingkaran kecil seperti cincin.

"Bagus kalau di leher kamu. Coba kak kalung yang itu."

Baru tersadar dari kebodohannya, dalam hati Diandra merutuk. Dia tidak terlihat seperti tengah mengode pacar agar dibelikan sesuatu bukan? Pasalnya kalung yang barusan ia tunjuk terlalu simple untuk ukuran Nyonya Wiratama. Haish, bodohnya dia.

"Sini coba."

"Nggak!" Pekikan spontan itu jelas mengundang atensi beberapa orang disana. Meringis tidak enak, dia menggumamkan kata maaf sembari mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. "Jangan Pak ih, kan mau cari buat kado Bu Alina." sengaja di berbisik walaupun harus mepet pada Gava agar tidak di dengar yang lain.

"Kan bisa sekalian." Balas Gava ikut berbisik. Membuat keduanya terlihat seperti pasangan aneh sekarang.

"Nggak, nggak. Saya nggak usah. Buat Bu Alina aja."

"Cobain atau mau aku beliin lebih banyak?"

Ancaman macam apa itu? Tidak mungkin Gava melakukannya hal bodoh itu kan? Buang-buang uang saja. "Buat Bu Alina mau satu set apa gimana?"

Falling for Weird BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang