Bab-- Sembilan

30 0 0
                                    

🍓
🍓
🍓

SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN 🥰

🍓
🍓
🍓

Siang ini, aku pergi ke pasar bersama Cell. Kalau ke pasar aku pasti sama Cell soalnya Cuma dia yang mau diajak keliling pasar. Tapi sebelum pergi ke pasar, aku menghubungi Mannaf terlebih dahulu, mungkin dia mau menitip sesuatu.

"Mannaf, aku mau pergi kepasar sebentar yah, kamu mau titip sesuatu ngga?," tanyaku mengirim pesan pada Mannaf.
"Iya Nay, hati-hati, belum ada yang mau aku beli," Jawab Mannaf.
"Ooh yaudah, aku mau berangkat ya," ucapku.
"Iya, Nay," ucapnya
Aku dan Cell pergi ke pasar, tempatnya tidak terlalu jau kok, kalau kalian ingat tempat pertama kali aku bertemu dengan Mannaf, nah tempatnya tidak terlalu jauh dari sana.
Setelah beberapa menit, kami berdua sudah tiba dipasar tradisional yang berada dipertengahan kota, kami berkeliling untuk berbelanja kebutuhan kami.
Setelah selesai berbelanja, sudah puas juga berkeliling, aku dan Cell menuju sebuah masjid yang termasyur di kota kami, kami singgah sebentar untuk solat ahar, tiba-tiba aku teringat dengan ponsel yang ada di dalam tas pribadi milikku karena sejak aku terakhir mengabari Mannaf tadi, aku tidak memegang ponselku.
Berulang kali aku meraba-raba isi tasku, hingga satu persatu aku menguluarkan isi tasku, tapi hasilnya tetap sama, aku masih tidak menemukan ponselku. Aku bingung, rasa cemas tentu saja ikut menghantuiku, tidak mungkin ponselku hilang, sedang aku sedari tadi meletakkannya di dalam tasku.
"Kamu menncari apa, Nay? Kok wajah kamu cemas gitu?," Tanya Cell.
"Aku mencari ponselku, aku mau memberi tahu saudaraku kalau aku pulangnya sedikit terlambat," Ucapku,
"Loh ponsel kamu dimana, Nay,?" Tanya Cell.
"Kalau aku inget ngga bakalan aku mencarinya, tadi aku meletakkannya di tasku, tapi kok ngga ada ya..," Jawabku sembari membolak-balik isi tas ku.
"Sini aku bantu," ucap Cell.
"Kita pulang yukk," Ucapku.
"Kamu ngga mau menenangkan diri dulu," Tanya Cell menghawatirkanku.
"Ngga, dirumah nanti aku bisa menenangkan diri," Jawabku langsung berdiri ke arah pintu masjid.
"Baiklah," Cell mengikuti langkahku menuju ke arah pintu luar masjid.
Setelah tiba dirumah, aku masih membolak-balik isi tasku, berharap akan ada keajaiban untuk ponselku kembali, ternyata tetap tidak ada juga. Selama ini komunikasiku bersama orang-orang terdekatku hanya melalui media sosial, sekarang ponselku hilang, perasaan bingung bercampur sedih, itulah yang aku rasakan.
"Bu, ponsel Nay hilang," aku menelpon ibuku yang berada di kampung mengunakan ponsel saudaraku.
"Kok bisa hilang, gimana ceritanya? Kamu ceroboh banget jadi anak," Jawab ibuku.
"Tadi, Nay pergi ke pasar bersama Cell, terus Nay mampir di masjid untuk sholat, selesai sholat Nay baru sadar kalau ponselnya sudah ngga ada, Bu." Ucapku.
"Yaudah kamu nikmatin dulu, biar kamu tahu gimana rasanya ngga punya ponsel," Ucap ibuku.
Aku tidak bisa membantah ketika ibuku marah, ibuku marah bukan berarti dia membenciku tapi dia mengingatkan agar lebih berhat-hati lagi ketika berpergian.
Hari ini, hari ke tujuh aku tanpa ponsel, rasanya hening dan sepi, biasanya, walaupun tidak bertemu dengan teman-teman secara langsung, aku masih bisa berkomunikasi melalui chatting.
"Nay, kamu mau ponsel ngga?," Tanya ibuku.
Di hari ke tujuh ini, ibuku menelpon saudaraku, ibuku menawarkan ponsel baru untukku, ibuku baik banget. hhe
"Kalau Ibu ngasih, Nay mau saja Bu," Jawabku.
"Tapi janji dulu, kalau Ibu menganti ponsel kamu, jangan dihilangkan lagi," Jawab ibuku.
"Iya Bu, Nay janji," Jawabku.
"Kamu berani beli sendiri?," tanya ibuku.
"Berani dong Bu," Jawabku dengan gembira.
"Yaudah uangnya sudah ibu transfer, kamu beli sendiri ya," ucap ibuku.
"Oke Bu, Ibu baik banget, trimkasih Ibuku sayang," ucapku.
Aku langsung menuju salah satu Mall yang tidak terlalu jauh dari rumahku, jaraknya sekitar 20 menit jika mengunakan kendaraan pribadi.
Setelah tiba di sebuah mall, aku mulai melihat-lihat ponsel baru yang aku inginkan, aku tertarik dengan satu ponsel yang terakhir aku lihat, ponsel keluaran terbaru di tahun ini. Alhamdulillah, Sekarang aku punya ponsel lagi, aku sangat bersyukur.
"Bu, ini Nay," aku langsung menghubungi orangtuaku yang berada di kampung.
"Ponselnya sudah kamu beli, Nay?," Tanya ibuku.
"Alhamdulillah, sudah Bu," Ucapku.
"Alhamdulillah," jawab ibuku.
Kebaikan ibu dan ayahku tidak akan ada habisnya, mereka selalu memberikan yang terbaik untukku, aku sangat menyayangi mereka, aku tidak akan menyakiti mereka, karena mereka malaikat tanpa sayap untukku.
Dihujung lamunanku, aku teringat dengan Mannaf, sudah hampir satu minggu kami tidak saling memberi kabar, tapi sepertinya dia sudah tahu tentang ponselku yang hilang. Jika aku tidak ada kabar, dia langsung mencari tahu tentang aku melalui Cell. Aku harus mengabarinya kalau aku sudah memiliki ponsel baru sekalian aku mau bilang kalau aku mau pulang kampug karena sudah beberapa tahun, aku tidak pulang kampung.
"Mannaf," Ucapku mengirim pesan melalui DM instagram, karena aku tidak memiliki nomor ponsel dia.
"Ponsel kamu kenapa bisa hilang, Nay?," tanya Mannaf. Tuh kan dia sudah tahu tanpa aku memberi tahunya.
"Aku juga ngga tahu, tiba-tiba ponselnya sudah ngga ada di dalam tas ketika selesai dari pasar," Ucapku.
"Lain kali kamu hati-hati, Nay," ucap Mannaf.
"Iya, aku janji ngga akan ceroboh lagi," jawabku.
"Jadikan pelajaran saja, Nay," Jawab Mannaf.
"Hmmm,"
"Kok, hmm," tanya Mannaf.
"Beberapa hari kedepan rencananya aku mau pulang kampung," Ucapku.
Aku harus meninggalkan dirinya lagi dalam waktu yang tidak sebentar.
"Ngga apa-apa," jawab Mannaf.
"Kamu ngga keberatan??," tanyaku.
"Kenapa harus keberatan, kamu pulang kampung untuk bertemu kedua orang tua kamu, kan?," ucap Mannaf.
"Iya, aku sangat merindukan mereka," jawabku.
"Aku sedih karena ngga bisa bertukar kabar sama kamu. Tapi, aku ngga boleh egois, karena orang tua kamu lebih berharga dibandingkan dengan diriku," ucap Mannaf.
"Maaf yaa," jawabku sembari menghela nafas.
"Kamu jangan memikirkan aku," Ucap Mannaf.

Me And Blue Campus (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang