🍓
🍓
🍓SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN 🥰
🍓
🍓
🍓Mannaf memang sudah berbeda, pribadinya yang hangat kini berubah menjadi pribadi yang dingin, jangankan untuk menegur ketika bertemu, untuk saling melempar senyum pun tidak pernah lagi.
Satu hal yang paling menyakitkan bagiku, ketika aku dan Cell berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Mannaf, saat itu semua kursi penuh, aku dan Cell berdiri tepat di belakang tempat Mannaf duduk, tapi Mannaf sibuk dengan teman-temannya, dia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan aku dan Cell, mungkin aku hanya dianggap patung berbentuk manusia olehnya.
"Nay, Mannaf tidak menyapa kamu?," tanya Cell berbisik padaku.
"Ngga," jawabku sembari menggelengkan kepala.
"Apakah dia akan membiarkan kamu tetap berdiri seperti ini sedangkan dia duduk dengan santainya tepat di hadapan kamu, dia sungguh keterlaluan, Nay," jawab Cell.
"Meskipun hanya berada di belakangya sudah membuatku merasa lebih dekat dengannya," Jawabku berusaha menenangkan Cell.
Mannaf terlihat sangat gembira, dia bersenda gurau bersama beberapa temannya sedangkan aku hanya dianggap patung olehnya. tidak ada satu kata pun yang terucap dari bibirnya untukku. Padahal dia duduk tepat dihadapanku.
"Nay, sabar, yah," ucap Cell.
"Ngga apa-apa, aku sudah terbiasa menelan gunda sepeti ini," jawabku.
Aku bertanya kepada dirku. Apakah benar ini Mannaf? Dia bukanlah Mannaf yang aku kenal, dia bukan hanya menyakiti hatiku tapi dia juga sudah membuatku kecewa dengan segala perubahannya..
"Nay, kok tercenung?," tanya Cell mencolekku.
"Ngga," jawabku dengan mata yang masih memandang ke arah Mannaf.
"Kamu jangan bohong, aku tahu kamu kecewa sama Mannaf," ucap Cell.
"Aku sangat kecewa bahkan aku tidak pernah membayangkan kalau Mannaf akan setega ini memperlakukanku," jawabku menoleh ke arah Cell dengan air mata yang mulai berjatuhan.
"Kalau dia tidak menginginkan kamu lagi, lalu kenapa kamu masih bertahan dengan hubungan ini?," tanya Cell menatapku dengan heran.
"Aku hanya menepati janjiku," jawabku.
"Dia saja bersikap bodoh amat sama kamu Nay," jawab Cell sembari menekuk wajah.
"Udah, kamu tidak mengerti dengan perasaanku," jawabku.
"Aku tidak mengerti, sudah disakitin, dicueki, tapi masih saja percaya sama dia," jawab Cell. Cell melihat ke arah aku dengan tatapan sangat kesal.
"Sudah aku katakan, kamu tidak akan mengerti," aku mengulangi jawaban yang sama.
"Baiklah," jawabnya.
Aku dan Cell, pergi ke arah luar ruangan, kami bersiap-siap untuk pulang, begitu juga dengan Mannaf, tapi dia keluar lebih dulu dibandingkan dengan aku dan Cell. Kami berjalan ke arah parkiran, aku melihat ada Mannaf, tapi dia tidak sendirian, ada seorang perempuan yang menyusul dibelakangnya, aku tidak asing dengan perempuan itu.
"Cell, itu Mannaf, kan? Kamu tahu ngga wanita yang menghampiri-nya? Wanita itu siapa, kok aku tidak asing dengan wajahnya," tanyaku. mataku melihat seorang wanita yang sedang berjalan menghampiri Mannaf, dia satu jurusan sama kami, tapi aku tidak tahu apakah mereka hanya berteman atau memiliki hubungan spesial.
"Benar Nay, itu Mannaf, wanita itu teman satu kelasku," jawab Cell.
"Kok dia pulang barsama Mannaf sih!," ucapku dengan menekuk wajah.
"Kamu tenang saja Nay, dia ngga mungkin ada hubungan dengan wanita itu," jawab Cell menenangkanku.
"Kok perasaan aku ngga enak ketika melihat Mannaf dan wanita itu pulang berdua," Ucapku.
"Kamu cemburu?," tanya Cell.
"Biasa saja sih," jawabku.
"Masa?, pasti kamu cemburu, Mannaf kan ...," jawabnya.
"Apa?," tanyaku langsung memotong perkataan Cell.
"Mannaf kan orang yang selalu kamu tunggu," jawabnya dengan cepat.
"Bukan cemburu Cell, tapi sakit rasanya," ucapku.
"Jangan terlalu dirasa, nanti kamu bertambah kecewa," Jawab Cell.
"Mannaf adalah orang yang aku tunggu selama ini, tapi ketika aku berada disampingnya, dia sudah menjadi pribadi yang sangat berubah, ngga cuma berubah, bahkan dia pulang bersama wanita lain tepat di depan mataku," jawabku menatap ke arah Cell.
"Kenapa kamu masih bertahan, Nay?," tanya Cell.
"Aku akan terus bertahan sampai dia sendiri yang memintaku untuk berhenti dalam penantian ini, meskipun harapan untuk dapat bersamanya sangat kecil untukku," jawabku.
"Meskipun dia tidak pernah mengangap kamu ada?," tanya Cell.
"Biarkan dia menggangap aku tidak ada, tetapi namanya selalu ada di setiap hembusan nafasku, akan aku jadikan dia sebagai alasan kenapa aku masih bertahan hinnga saat ini," jawabku.
"Kamu tidak pernah sakit hati?," tanya Cell.
"Aku sakit, tapi aku lebih sakit lagi jika aku tidak bisa melihat dia tersenyum, karena dia telah menjadi alasan kebahagiaanku," jawabku.
"Apakah kamu selama ini bahagia menjalin hubungan seperti ini?," tanya Cell.
"Aku bahagia karena masih terikat komitmen dengannya, dan aku akan hancur ketika dia 'melepaskanku' dengan kata-kata yang terucap langsung dari bibirnya," jawabku.
"Kamu kuat banget menahan semua perasaan yang menyakitkan ini padahal belum tentu dia akan bersikap seperti ini kepadamu, Nay," Ucap Cell sembari merangkulku.
"Aku selalu berusaha untuk menetap walaupun rasanya sangat menyakitkan, aku akan memberikan yang terbaik walaupun suatu hari nanti aku lah yang akan tersakiti," Jawabku.
"Apa yang paling kamu suka dari dia?," tanya Cell.
"Aku menyukainya bukan karena popularitasnya, tapi aku menyukainya karena dia bisa membuatku sejatuh ini kepadanya," jawabku.
"Apakah ketika popularitasnya jatuh, kamu akan tetap bersamanya?," tanya Cell.
"Aku akan selalu ada untuknya, aku akan selalu bersamanya bahkan ketika langit dan bumi ikut meningalkannya aku akan selalu berada disampingnya, karena itulah cinta yang sebenarnya, tidak memandang apapun dan tanpa ada alasan apa pun," jawabku
"Dia orang yang paling beruntung karena mendapatkan cinta dari perempuan setulus kamu Nay," jawab Cell.
"Itulah harapanku, aku ingin menjadi perempuan yang berbeda dari setiap perempuan yang dia kenal, kalau masalah kecantikan aku sudah pasti kalah, tapi kalau soal ketulusan aku akan maju paling depan," jawabku.
"Kamu hebat, aku akan belajar banyak hal dari kamu prihal mencintai," jawab Cell.
"Jangan seperti aku, nanti kamu akan sakit hati dan selalu merasakan sesak yang bertubi-tubi seperti yang aku rasakan saat ini," jawabku.
"Aku akan belajar arti sebuah penantian, juga belajar arti senbuah ketulusan dari kamu," jawab Cell.
"Silahkan kamu coba kalau hati kamu kuat, aku hanya meminta agar kamu mengambil hikmah disetiap kejadian yang aku lalui," jawabku.
"Ahh, sungguh berat, kalau berjuang sendiri," jawab Cell.
"Semuanya tidak akan terasa berat, kalau dilakukan dengan ikhlas," jawabku.
"Baiklah, terima kasih karena sudah berbagi denganku," jawab Cell.
"Hmm, sama-sama," jawabku sembari menghela nafas panjang.
"Aku selalu mendokan yang terbaik untukmu," Jawab Cell.
"Terima kasih," ucapku.
"Jangan dipikirkan, nanti kamu semakin pusing, ayook kita pulang," Ucapku sembari menarik tangan Cell.
"Ayook," jawab Cell.
Hubungan tanpa komunikasi, sudah pasti menimbulkan tanda tanya, bahkan menyimpan rasa sakit yang mendalam, aku hanya berpegang pada satu hal dalam penantian ini. Tidak apa-apa, jika suatu saat nanti aku yang tersakiti, tapi aku jangan sampai menyakiti siapapun.~
"Cinta Akan Menjadi Indah Ketika Dipertemukan Dengan Orang Yang Kita Cinta Dan Mencintai Kita"
~
🍓
🍓
🍓TERIMA KASIH TEMAN-TEMAN 😁
🍓
🍓
🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Blue Campus (TAMAT)
RomanceCanda, tawa, tangis, dan luka semuanya berawal dari kisah persahabatan, percintaan, dan perjuangan. namun apa jadinya ketika cinta yang sudah terjalin cukup lama berakhir dengan tetesan air mata karena penghianatan.