Bab-- Tujuh

29 1 0
                                    

🍓
🍓
🍓

SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN 🥰

🍓
🍓
🍓

Di bulan Oktober Mannaf terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang manerima beasiswa full dari pihak kampus, itu artinya selama dia kuliah tidak akan membayar biaya semester dengan persyaratan dia harus tinggal di ma'had selama satu tahun.

Ketika Mannaf sudah menetap di ma'had nanti, aku harus mengerti dengan segala kondisinya karena komunikasi kami akan terbatas.

"Nay, aku dan keluargaku sudah di ma'had, kamu mau kesini ngga?," Tanya Mannaf.
"Maaf Mannaf, aku ngga bisa ikut soalnya ada tugas kuliah yang harus aku selesaikan, sampaikan saja salam dariku untuk kedua orangtuamu," Ucapku.
"Aku sedang jalan bersama keluargaku mengelilingi kampus kita, Aku mengajak orangtuaku berkeliling kampus, aku juga mengajak mereka ke kelas kamu dan kelas aku," Jawab Mannaf.
"Apa pendapat orangtua kamu?," Tanyaku
"Orang tuaku hanya tersenyum," Jawab Mannaf.
"Ohh, gitu," jawabku.
"Nay, kamu tahu ngga, tadi aku mendengar sekilas dari kakak tingkat, nanti selama di ma'had di setiap sebelum subuh kamar kami selalu digedor-gedor oleh ustadz, karena sebelum subuh kami diwajibkan untuk bangun, nanti kegiatan aku di ma'had cukup sibuk," Ucap Mannaf. Dia mulai bercerita prihal tempat tinggal dia yang baru, dia juga bercerita tentang kebiasaan-kebiasaan yang akan dia lakukan ketika di ma'had nanti.
"Ngga apa-apa, aku mengerti kok, yang penting kamu jangan pernah melupakan janji yang pernah kamu berikan untukku," Ucapku. Aku mengingatkan janji yang pernah Mannaf lontarkan padaku beberapa bulan lalu kalau dia ngga akan melirik wanita lain, selain aku.
"Iya, aku ngga akan mengingkari janjiku," Jawab Mannaf.

Setelah selesai bertukar pesan dengan Mannaf, aku stalking satu persatu akun media sosial miliknya. Aku bukanlah orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tapi kalau sudah berpikiran untuk ingin tahu tentang suatu hal, aku akan mencari tahu sampai ke akar-akarrnya.

"Mannaf," pangilku lewat pesan.
"Ada apa, Nay?," tanya Mannaf.
"Foto kamu banyak banget di akun media sosial kamu," ucapku
Sebenarnya, yang menjadi permasalahan bukan berapa banyak fotonya, tapi aku mempermasalahkan bersama siapa dia berfoto. Mannaf menyimpan beberapa foto bersama teman-teman perempuannya.
"Semua foto-foto itu hanya momen ketika aku masih SMA, aku memang belum sempat bercerita sama kamu, Nay" Jawab Mannaf.
"Kamu dekat dengan setiap perempuan?," tanyaku.
"Maaf Nay, aku janji akan menghapus semua foto-foto yang ada di akun media sosial milikku," Jawab Mannaf.
"Silahkan kamu simpan tapi jangan sampai terlihat oleh mataku, jika terlihat oleh mataku sama saja kamu menyakitiku," Jawabku.
"Aku akan menghapus semua foto-foto itu dihadapan kamu jika itu yang kamu mau," Jawab Mannaf.
"Silahkan!," Jawabku. Kali ini aku benar-benar kecewa sama Mannaf, aku paling tidak suka melihat media sosial yang penuh dengan foto, apalagi melihat foto dia bersama beberapa perempuan.
"Aku tahu kalau aku salah, aku mau besok kita bertemu di kampus, agar ngga ada salah paham diantara kita," Ucap Mannaf.
"Terserah!," Ucapku.
"Ada satu hal yang harus aku katakan sama kamu, aku mau jujur sama kamu, aku ngga mau kalau kamu tahu dari orang lain," Ucap Mannaf.
"Apa lagi yang kamu sembunyikan dariku?," Tanyaku,
"Sebenarnya, di media sosial itu, ada akun aku bersama masa laluku, sampai sekarang akun tersebut masih ada dan ngga bisa dihapus, kamu jangan marah karena aku dan dia sudah benar-benar ngga ada hubungan lagi," Ucap Mannaf.
"Maksudnya?," tanyaku
"Iyaa, hmm," jawabnya.
"Iya Hmm.. Apa?," tanyaku.
"Kamu lihat saja, aku ngga mau kamu megetahuinya dari orang lain," jawab Mannaf.
Setelah Mannaf selesai menjelaskan semuanya, aku menguatkan diri untuk mencari akun tersebut, setelah beberapa menit, aku menemukan akun yang diceritakan oleh Mannaf beberapa menit lalu, ternyata benar, akun tersebut berisi foto dia bersama masa lalu yang sempat dia ceritakan tadi, sedih sih, tapi, rekaman masa lalu yang ada di media sosial ngga akan bisa dihapus.
"Besok aku akan menghapus semua foto-foto yang pernah aku upload di hadapan kamu sebagai bukti kalau aku benar-benar serius sama kamu," Jawab Mannaf.
"Aku binggung sama kamu, apakah kamu benar-benar bisa menjaga hatiku," Ucapku.
"Aku janji akan setia sama kamu, aku janji akan menjaga hati kamu," Jawab Mannaf.
"Sebagai hukumannya kamu ngga boleh menegurku ketika kita bertemu di kampus, anggap saja kita ngga saling kenal" Jawabku.
"Kamu tega banget, aku ngga tahu, apakah aku bisa melewati hari-hariku tanpa kamu," Jawab Mannaf.
"Terserah, aku mau menjadi orang yang biasa-biasa saja, aku ngga mau menjadi orang yang terlalu tenggelam dalam urusan cinta," Ucapku.
"Kalau kamu mau menghukum aku silahkan Nay, aku memang salah, tapi perluh kamu ketahui bahwa kamu telah membuat hatiku sakit," Ucap Mannaf.
Aku tidak pernah benar-benar membenci apalagi marah kepada-nya, aku tersiksa jika harus melihat Mannaf sedih, aku hanya ingin mengetahui bagaimana hidupku ketika Mannaf benar-benar pergi meninggalkan aku nanti.

Me And Blue Campus (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang