🍓
🍓
🍓SELAMAT MEMBACA 🥰
🍓
🍓
🍓Adakah obat bagi perindu selain bertemu kepada dia yang di rindukan? Terkadang orang begitu bodoh mengharapkan pertemuan yang sebentar, tanpa mereka sadari bahwa pertemuan yang sebentar itulah membuat sang perindu menjadi gila.
Menurut kalian apa sih rindu itu?.... Hmm menurutku rindu itu satu kata namun menyimpan tangis dan luka.
"Mannaf, apa kabar?," ucapku mengirim pesan kepadanya.
"Alhamdulillah, baik, Nay," jawab Mannaf.
"Kemarin-kemarin aku tidak bisa mengabari kamu, maafin aku ya," Ucapku.
"Ngga apa-apa, Nay," Jawab Mannaf.
"Besok kita bertemu di perpustakaan yah, aku ada oleh-oleh buat kamu," Jawabku.
"Kamu ngga usah repot-repot untukku, aku hanya merindukanmu," Jawab Mannaf.
"Kamu merindukanku? Ah masa?," Tanyaku.
"Kamu tidak akan percaya karena yang ditinggal itu AKU bukan KAMU!!!," Jawab Mannaf.
"Iya-iya maaf, aku mau tidur, taku kesiangan, kan besok mau bertemu kamu,". Ucapku. Malam ini, aku ingin tidur lebih awal, agar besok bisa bangun lebih awal juga.
"Yaudah, selamat tidur, selamat beristirahat Nay," ucap Mannaf.
"Oke, see you," jawabku.********
Kicauan suara burung di pagi hari berhasil membuatku terbagun dari tidurku yang begitu nikmat, aku mengerakkan tubuhku, aku membuka jendela-jendela kamar, aku biarkan angin-angin itu masuk menjelajah kamarku, aku terbangun dengan semangat yang membara, pagi ini aku akan bertemu dengan seseorang yang luar biasa, siapa lagi kalau bukan Mannaf."Mbak, Nay berangkat ke kampus, yah," ucapku. Aku pamit dengan saudaraku.
"Kamu ngga sarapan dulu?," Tanya saudaraku yang sedang memasak di dapur.
"Ngga mbak, Nay langsung berangkat saja," Ucapku menyalami tanggannya.
"Kok pagi-pagi begini kamu sudah berangkat ke kampus?," Tanya saudaraku
"Ngga apa-apa, Mbak," Jawabku.
Aku membawa satu kantong plastik yang berisi oleh-oleh untuk Mannaf.
"Kamu hat-hati, yah," Jawab saudaraku.
"Siap Mbak," Jawabku.Setelah 20 menit, aku tiba di kamus, tepatnya di parkiran perpustakaan, disini aku menunggu kabar dari Mannaf, kalau dia sudah berada di dalam perpustakaan, aku akan menyusulnya.
Drt... Drt... Drt...
"Nay, aku sudah di perpustakaan,," Ucap Mannaf mengirim pesan padaku.
"Oke, aku akan menyusul," Jawabku sembari masuk ke dalam perpus.
Aku berjalan menuju pintu utama perpustakaan, Degg... semakin dekat dengan pintu, jantungku seperti ingin terlepas, entah kenapa aku bisa gugup seperti ini, meskipun dengan perasaan deg-degan aku tetap melangkahkan kaki melewati satu persatu anak tangga perpustakaan.
Setelah tiba di satu ruangan perpustakaan, Kreeek... aku membuka pintu, teryata Mannaf sudah duduk di sebuah kursi, hmm dia sudah menungguku.
"Mannaf," pangilku, sembari menghampirinya.
"Ooh kamu, Nay, silahkan duduk," Mannaf menggeserkan satu kursi disampingnya.
"Trimakasih, nih oleh-oleh buat kamu," Ucapku sambil memberikan satu kantong yang berisi oleh-oleh untuknya.
"Aku ngga berharap oleh-oleh dari kamu, aku hanya merindukan kamu," ucapnya.
"Hmm." Ucapku.
"Kok hmm, emangnya kenapa, apa salah kalau aku berkata seperti itu? Abisnya kamu sih sering banget menghilang," Ucap Mannaf.
"Aku ngga akan menghilang lagi, kalau kamu menghilang? Gimana?," Tanyaku.
"Kamu jangan takut Nay, aku ngga akan menghilang dari kamu," Jawab Mannaf.
"Buktikan padaku!," Jawabku.
Rasanya aku tidak pantas untuk mendampingi Mannaf, apalagi dia telah menjelma menjadi seorang laki-laki yang mampu menginspirasi semua orang sedangkan aku hanya perempuan biasa yang tidak memiliki prestasi apapun. Huh, aku ngga boleh isecure, aku haru yakin dengan diriku. Batinku berbicara.
"Nay, makan sama-sama yuk oleh-olehnya," Ucap Mannaf sembari membuka kantong pemberianku.
"Ngga usah, untuk kamu saja." Jawabku.
"Tapi aku kepengen makan sama kamu, pliis," ucap Mannaf.
"Aku beli kripik itu untuk kamu, masa aku yang makan," Ucapku.
"Ya udah deh kalau begitu, nanti aku makan sama teman-teman ya," Jawab Mannaf.
"Iya, nanti kamu makan sama teman-teman kamu di ma'had saja," ucapku.
"Oke Nay, ngomong-ngomong trimakasih ya oleh-olehnya," ucapnya.
"Sama-sama," jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Blue Campus (TAMAT)
RomansCanda, tawa, tangis, dan luka semuanya berawal dari kisah persahabatan, percintaan, dan perjuangan. namun apa jadinya ketika cinta yang sudah terjalin cukup lama berakhir dengan tetesan air mata karena penghianatan.