Bab-- Dua Puluh

31 1 0
                                    

🍓
🍓
🍓

SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN 🥰

🍓
🍓
🍓

Aku bersama Cell sedang berada di sebuah gedung tempat Ima dan Mannaf akan melaksanakan geladi resih untuk persiapan wisudahnya hari ini. Ketika aku melihat ke arah pintu gedung, aku melihat seseorang yang mengunakan peci hitam beserta kaca mata sebagai pelengkapnya. Dialah sosok Mannaf. Dia melihat ke arahku, kami berdua hanya saling melempar senyuman, tanpa saling menegur.

"Nanti kalau acaranya sudah selesai kamu jangan pulang dulu, yah," ucapku mengirim pesan kepada Mannaf setelah dia duduk di kursinya.
"Kenapa, Nay?," tanya Mannaf.
"Inget, jangan pulang dulu!," jawabku.
"Oke," jawabnya.
Rangkaian acara, sudah terlewati, alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar, kini sampailah di penghujung acara, satu per satu peserta wisudah telah diperbolehkan untuk pulang.
"Mannaf...," panggilku.
Aku memangil Mannaf yang sedang berjalan menuju pintu keluar.
"Iya, Nay?," jawab Mannaf langsung berjalan kearahku.
"Nih, buat kamu," ucapku
Aku memberikan sebuah kado bersampul batik berwarna coklat.
"Kamu repot-repot banget, Nay," ucap Mannaf.
"Ini sebagai ucapan selamat dariku untuk kamu," jawabku.
"Ngga ada yang perluh dibicarakan lagi, kan?," tanya Mannaf.
"Ngga kok," jawabku.
Sebenarnya, aku ingin foto berdua bersama Mannaf untuk kenang-kenangan, tapi aku tidak berani mengatakannya, hanya Cell yang mengetahui keinginanku ini, tapi dia sedang tidak bersamaku. Mannaf pun langsung pergi ke arah luar gedung, dia menghampiri teman-teman yang sudah menunggunya sejak tadi, teman-temannya begitu banyak, hmm dia kan kebanggan kampus.
Tiba-tiba Cell datang menghampiriku dari arah luar, Cell melihat ke arah Mannaf, dia seperti orang kebingungan.
"Nay, kamu sudah foto bersama Mannaf?," tanya Cell.
"Belum," jawabku.
"Kok belum?," tanya Cell.
"Aku ngga berani bilang kalau aku mau berfoto sama dia," jawabku.
Ketika mendengar jawabanku, Cell langsung menghampiri Mannaf untuk mengajaknya berfoto denganku.
"Ayook mau foto di mana?," ucap Mannaf.
"'Nih, Nay aku sudah membawakan Mannaf buat kamu?," ucap Cell.
"Aku sih terserah," jawabku yang masih duduk di kursi.
"Kok gitu sih, jadi ngga nih fotonya?," tanya Cell sembari melihat ke arahku.
"Iya-iya, jadi kok," ucapku langsung berdiri.
"Disini saja," ucapku.
Aku menunjuk ke arah tembok yang latarnya berwarna cokelat tua.
"Oke," ucap Mannaf.
"Kalian bisa ngga sih geser sedikit, kalau begitu kalian berdua seperti bermusuhan," ucap Cell.
"Baiklah," ucapku sembari mendekat ke arah Mannaf.
Setelah dua kali berfoto, Mannaf langsung pergi keluar gedung untuk bertemu dengan teman-temannya kembali. Mataku sesekali meliat ke arah Mannaf yang sedang asyik bercerita dengan beberapa temannya. Dia tidak hanya bersama teman laki-lakinya tapi ada juga beberapa teman perempuannya, aku sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu, sehingga tidak terlalu aku hiraukan.
"Nay..., Cel...," ucap Ima .
Tiba-tiba Ima menghampiri aku dan Cell.
"Wah pancaran wajah orang yang baru selesai wisudah sangat berbeda, yah," ucapku melihat ke arah Ima.
"Hehe ngga ah, biasa saja," jawab Ima.
"Nih untuk kamu," ucapku.
Aku memberikan sebuah kado untuk Ima, agar dia lebih semangat lagi untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
"Dan, ini untuk kamu," ucap Cell sembari memberikan kado untuk Ima juga.
"Apa ini?," tanya Ima.
"Udah, ambil saja," jawab aku dan Cell.
"Terima kasih, Nay, terima kasih juga Cell," ucap Ima
"Sama-sama," jawab aku dan Cell.
Kami bertiga pun berpelukan, sembari memberikan ucapan selamat kepada sahabat kami yang satu ini.
"Nay, itu kan Mannaf?," tanya Ima sembari menunjuk ke arah mannaf.
"Iya, Ima," jawabku.
"Hmm.. kamu sudah berfoto sama Mannaf?," tanya Ima. Ima bertanya dengan wajah yang kebingungan sembari menunjuk ke arah Mannaf yang berada di luar.
",,," Aku hanya tersenyum.
"Udah, Tapi seperti orang musuhan," jawab Cell.
"Lah, kok gitu?," tanya Ima.
"Ngak apa-apa," jawabku.
"Sabar yah, Nay," ucap Ima.
"Iya, Ima," jawabku sembari tersenyum.
"Akan indah pada waktunya," ucap Ima melihat ke arahku sembari tertawa kecil.
"Ih, iya, Ima," jawabku dengan waja yang ditekuk.
"Jangan emosi, dong, Nay," jawab Ima.
"Udah ah, jangan di bahas," ucapku.
"Ada yang ngambek, nih." ucap Ima sembari mencpolek pipiku.
"Ngga kok, udah ah, ayok pulang, panas tauk disini," jawabku.
"Yaudah, ayok kita pulang," ucap Ima.
Setelah bertemu dengan Ima, kami mengabadikan momen sebentar alias foto-foto, setelah selesai foto-foto, kami bertiga memutuskan untuk pergi meninggalkan gedung, kami sangat lelah hingga kami memutuskan untuk pulang ke rumah kami masing-masing.

🍓
🍓
🍓

TERIMAKASIH TEMAN-TEMAN 😁

🍓
🍓
🍓

Me And Blue Campus (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang