Selama beberapa hari aku terdiam memikirkan sekolah mana yang menjadi tempatku untuk melakukan penelitian, rasa trauma sudah pasti ada, tapi kalau aku tidak berusaha untuk mencari sekolah yang baru maka skiripiku tidak akan pernah selesai. Seiring berjalannya waktu, aku ingat dengan salah satu teman SMA aku dulu, seingat aku orangtuanya mengajar disalah satu sekolah, mungkin orantuanya bisa membantuku, temanku bernama, Fatimah.
“Fatimah,” pangilku lewat pesan.
“Ada apa, Nay?,” balas Fatima.
“Aku mau bertanya, boleh?,” tanyaku.
“Tentu saja boleh, Nay,” jawabnya.
“Orangtua kamu masih ngajar?,” tanyaku.
“Ohh Ibu, masih kok, Nay,” jawabnya.
“Hmm,” ucapku.
“Ada apa, Nay,?” tanya Fatima.
“Aku mau izin melakukan penelitian di sekolah Ibu kamu,?,” tanyaku.
“Owh gitu, coba kamu hubungi ibuku saja,” ucap Fatima.
“Boleh?,” tanyaku.
“Insyaallah,” jawabnya.
“Baiklah,” ucapku.
“Ini kontak Ibu,” ucapnya, sembari mengirim nomor ponsel ibunya.
“Terima kasih,” ucapku.
Sekarang aku punya pilihan, juga punya tujuan sekolah mana yang akan aku jadikan untuk penelitianku, meskipun belum terlalu fix, tapi aku sedikit lega ditambah lagi disekolah itu ada orangtuanya Fatimah.Aku takut sih mau menghubungi orangtua Fatima, karena masih terbawah suasana trauma sebab pernah ditolak beberapa hari lalu, tapi kalau aku ngga menghubungi beliau, skripsiku kapan akan selesai, sudah enam bulan lebih aku masih berputar di bab empat saja.
“Asaalamualaikum,” ucapku langsung mengirim pesan kepada oragtuanya Fatima.
“Waalaikumussalam” jawab ibu.
“Maaf Bu, ini Naymira,” ucapku.
“Siapa?.” tanya ibu.
“Temannya, Fatimah bu,” jawabku.
“Owalah, Naymira,” ucap ibu.
“Iya Bu,” jawabku.
“Ada apa Nay,” tanya ibu.
“Nay mau melakukan penelitian disekolah Ibu, kira-kira bisa ngga Bu?,” jawabku.
“Kamu datang ke sekolah sekalian bawa surat izin dari kampus,” ucap ibu.
“Tapi, boleh kan Bu?,” tanyaku.
“Bismillah saja, usaha dulu,” jawab ibu.
Sekarang aku harus mengulangi proses yang sama seperti kemarin-kemarin, aku harus membuat surat keterangan pergantian judul, lalu membuat surat pengantar penelitian, prosesnya akan lama lagi, aku harus sabar menunggu. Akhirnya aku meminta bantuan kepada ibuknya Fatima.
“Bu boleh ngga kalau Nay minta tolong,” ucapku.
“Minta tolong apa Nay?,” tanya ibu.
“Sepertinya kalau mau menunggu surat penelitian, prosesnya akan lama Bu,” ucapku.
“Kalau begitu, suratnya nyusul saja Nay,” jawab ibu.
“Boleh Bu?,” tanyaku.
“Iya Nay, nanti Ibu bantu,” ucap ibu.
“Terima kasih Bu,” ucapku
“Nanti kalau suratnya sudah ada hantarkan saja ke sekolah,” ucap ibu.
“Baik, Bu,” jawabku.Alhamdulillah, aku dipertemukan dengan orangtua Fatima yang sangat baik, aku sangat bersyukur bisa mencapai tahap ini, meskipun masih ada beberapa proses yang harus aku lalui. Saat ini, aku melakukan penelitian secara online, karena kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian secara ofline terkait dengan adanya virus yang sedang heboh di akhir-akhir ini.
Meskipun secara online, tidak menjadi penghalang bagiku untuk menyelesaiakn skripsiku. Meskipun aku sudah sampai pada tahap penelitian, namum aku tidak mau terlalu mentargetkan bahwa bulan ini aku harus selesai dan bulan ini aku harus wisudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Blue Campus (TAMAT)
RomansaCanda, tawa, tangis, dan luka semuanya berawal dari kisah persahabatan, percintaan, dan perjuangan. namun apa jadinya ketika cinta yang sudah terjalin cukup lama berakhir dengan tetesan air mata karena penghianatan.