Setelah kurang lebih tiga minggu, tepat hari ini, surat pengantar penelitianku sudah selesai, rasanya seneng banget, aku langsung pergi ke sekolah yang menjadi objek penelitianku, tidak menunggu lama, sekitar pukul 10:00 WIB, aku tiba disekolah.
“Tok.. Tok... Tok...”
Aku mengetok ruang waka kesiswaan untuk menghantarkan surat penelitianku.
“Silahkan masuk, Nak,” jawab ibu waka kesiswaan dari dalam ruangan.
“Baik, Bu,” jawabku.
“Ada apa, Nak?,” tanya ibu waka kesiswaan.
“Naymira, mau minta izin untuk melakukan penelitian di sekolah ini Bu,” ucapku.
“Owh begitu, Mana surat izinnya?,” tanya ibu.
“Ini Bu,” ucapku. Aku memberikan surat izin penelitian dari kampus.
“Hm kepala sekolahnya lagi ngga ada, Nak?,” ucapnya.
“Owalah, jadi gimana Bu?,” tanyaku.
“Surat izinnya kamu tinggal disini dulu, nanti sore ibu hubungi lagi,” jawabnya.
“Baiklah, Bu,”jawabku.Setelah meminta izin perihal mau penelitian, aku langsung pulang menuju rumah, berharap nanti akan ada keajaiban untuk skripsiku. Ketika di rumah aku merasa khawatir, perihal respon yang akan diberikan oleh waka kesiswaan nantiya.
“Drrrttt... Drttt... Drt...”
Ponselku bergetar, dilayarnya bertuliskan nama ibu waka kesiswaan, rasanya senang bercampur bingung, semoga saja aku mendapatkan kabar baik dari beliau.
“Nay,” panggil ibu waka kesiswaan melalui telepon.
“Iya Bu,” jawabku.
“Nay, maaf banget ya,” ucapnya.
Deeg... rasa gembiraku, perlahan mulai down, entalah apa yang akan disampaikan oleh ibu waka kesiswaan padaku.
“Maaf, kenapa Bu?,” tanyaku.
“Ibu ngga bisa bantu kamu,” jawabnya.
“Kenapa Bu?,” jawabku.
“Kepala sekolah tadi mengatakan kalau penelitiannya mengarah kepada siswa, pihak sekolah tidak bisa memberi izin, karena siswa belajarnya secara online sebab terkait virus yang sedang kita hadapi sekarang,” jawabnya.
“Owh begitu ya Bu,” jawabku.
“Iya Nay, maafin Ibu ya,” jawabnya.
“Iya Bu ngga apa-apa,” jawabku.Aku termenung di dalam kamar, aku begitu hancur, rasa putus asa mulai aku rasakan, masalah skripsiku tidak hanya sebatas gonta-ganti judul, sekarang sekolah juga menolakku untuk melakukan penelitian. Ujian apa yang sedang menghampiriku hari ini. Aku langsung berpikir untuk mencari sekolah lain sebagai tempatku untuk melakukan penelitian.
Aku yakin, dibalik kejadian ini akan ada hikmahnya meskipun wisudahku sedikit terlambat.
Dulu awal-awal mengajukan judul skripsi, aku punya mimpi untuk menyelesaikan kuliah dengan predikat cumlaude, ternyata harapanku sudah begitu jauh, sekarang aku sudah memasuki semester sembilan alias tidak akan bisa mendapatkan predikat cumlaude. Harapan untuk menjadi lulusan tercepat sudah aku kubur dalam-dalam, sekarang yang paling penting, bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan izin dari pihak sekolah untuk melakukan penelitian.
Jika kemarin hanya bab satu dan bab duaku yang harus aku rombak, tapi untuk kali ini, aku harus menganti bab satu dan bab tigaku, karena bab tiga berisi tentang data-data sekolah. Bab empat sebenarnya sangat mudah, hanya berisi hasil penelitian saja, tapi berhubung aku belum melakukan penelitian, jadi skripsiku terbengkalai untuk sementara waktu.
Benar kataku beberapa waktu lalu, proses setiap orang itu berbeda-beda, mulai dari Ima yang menjadi wisudah tercepat, Cellmira yang harus mengalami di tolak delapan belas judul dulu baru mendapatkan ACC, dan aku sendiri harus mengalami gonta ganti judul sekaligus menahan perihnya di tolak oleh sekolah yang mejadi tujuanku untuk melakukan penelitian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Blue Campus (TAMAT)
RomanceCanda, tawa, tangis, dan luka semuanya berawal dari kisah persahabatan, percintaan, dan perjuangan. namun apa jadinya ketika cinta yang sudah terjalin cukup lama berakhir dengan tetesan air mata karena penghianatan.