Bab-- Dua Satu

33 1 0
                                    

🍓
🍓
🍓

SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN 🥰

🍓
🍓
🍓

Hari ini, aku bersama seluruh teman-teman satu angkatan akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang terletak di sebuah desa, selama 40 hari. Oh ya, aku, cell, dan ima mendapatkan tempat yang berbeda-beda, kami benar-benar akan memulai semuanya dari nol, berkenalan dengan orang baru, menyesuaikan diri lagi, dll. Semoga saja kami mendapatkan teman yang baik.

Ketika kami sudah sampai di tempat tujuan, seluruh perangkat desa menyambut kami dengan sangat baik, sehingga aku bersama teman-teman merasa nyaman berada di desa ini, lalu kami diantar oleh kepala desa ke sebuah rumah atau bisa di katakan sebagai tempat penginapan kami selama beberapa hari kedepan, setelah tiba di rumah, kami langsung bersih-bersih, agar kami bisa tinggal dengan nyaman.

"Hay nama kamu siapa?," Tanyaku kepada wanita yang berdiri tepat disampingku.
"Namaku, Yani," Jawabnya.
"Namaku Naymira, panggail saja Nay." ucapku.
"Baiklah, aku senang bisa bertemu sama kamu, Nay," jawabnya.
"Aku juga senang bisa bertemu sama kamu, semoga kita bisa berteman ya," jawabku.
"Baiklah," jawabnya sembari tersenyum.
Tiba-tiba di tengah perkenalan kami, datanglah satu perempuan cantik yang berjalan menuju ke arah aku dan Yani.
"Aku boleh gabung, ngga?," Tanya perempuan itu.
"Kamu siapa namanya?," Tanyaku.
"Namaku, Sherly," Jawabnya.
"Namaku Yani, gimana kalau kita bersihkan kamar yang satu ini, supaya kita bisa tidur bertiga," Jawab Yani.
"Ayook," Ucap aku dan Sherly.
Kami bertiga membereskan salah satu kamar yang ada di rumah ini, agar kami bisa tidur dengan nyaman malam nanti. Berdasarkan cerita warga sekitar, rumah yang akan kami tempati ini, sudah satu tahun tidak ada yang menghuninya, tuan rumahnya sudah pergi sekaligus sudah menetap di kota.

Kalian bayangkan sendiri gimana kondisi rumahnya, rumahnya cukup besar, dua tingkat, atas dan bawah, berdebu bahkan disetiap kamar penuh dengan betmen alias kelelawar. Untuk membersihkannya, cukup menguras tenaga, apalagi kami baru saja tiba dari kampus, meskipun dalam kondisi lelah, kami tetap membersihkan rumah demi kenyamanan bersama. Setelah selesai beres-beres, Sherly dan Yani masak di dapur, sedangkan aku hanya duduk di ruang tamu sembari memainkan ponselku, aku terdiam sejenak, dibalik diamku, aku masih teringat dengan Mannaf, aku tidak mengerti mengapa dia selalu menghantui pikiranku.

Aku dan Mannaf, tidak berada di satu desa yang sama ketika KKN, jarak desa kami dengan desa Mannaf kurang lebih sekitar satu jam perjalanan. Terakhir kali aku bertemu dengannya ketika dia wisudah kemarin, selebihnya ngga pernah bertemu lagi, bahkan bertukar pesan pun jarang.

"Nay, ada apa?," Tanya Yani, tiba-tiba dia muncul dari arah dapur
"Ngga kok," Jawabku.
Aku tidak mngkin menceritakan tentang Mannaf kepada Yani, dia sangat mengenal Mannaf, namun dia tidak mengetahui kalau aku memiliki hubungan dengan Mannaf, jadi aku sedikit lega.
"Beneran, Nay," tanya Yani.
Dia terus melihat ke arahku, ntah apa yang dia pikirkan tentangku.
"Iya, beneran kok," jawabku.
"Kamu ngga sakit, kan?," tanya Yani.
"Ngga kok, aku baik-baik saja," jawabku.
"Syukur deh, aku takut kamu ada apa-apa, kalau ada apa-apa, cerita sama kita ya," Ucap Yani.
"Aku pasti cerita sama kalian kok," jawabku.
"Inget, disini kita saudara, jadi jangan malu-malu untuk bercerita," ucapnya.
"Iya, hehe,"jawabku sembari tertawa.
Kalau aku bercerita tentang Mannaf, mungkin aku akan menjadi pusat perhatian, dan dia akan mencari tahu kepada semua orang tentang aku dan Mannaf, aku takut malah Mannaf yang ngga terima nantinya, soalnya aku takut nama baik Mannaf akan kembali tercoreng karena aku.
"Siip," jawabnya sembari mengangkat jempol tangannya.
"Kamu sudah selesai masaknya?," tanyaku.
"Udah dong, ayook kita ke dapur, kita makan," jawabnya.
"Ayook," jawabku.
"Maaf yaa kalau masakannya ngga enak," jawabnya.
"kamu belum mencoba masakanku," ucapku.
"Kenapa?," tanya Yani.
"Aku tidak sepintar kamu," jawabku.
"Aku juga masih belajar," jawabnya.
"Aku akan belajar sama kamu," jawabku.
"Kita sama-sama saling belajar," jawabnya.
"Mana sherly?," tanyaku.
"Tadi dia ke kamar," ucap Yani.
"Coba aku pangil," jawabku.
"Iya deh," ucapnya.
"Ehm," tiba-tiba Sherly mengagetkan kami.
"Aduh Sherly, kalau mau datang jangan ngagetin dong," jawab Yani.
"Ha ha ha, kamu takut ya?," tanya herly.
"Iyalah, kita kan baru disini," jawab Yani manyun.
"Sudah ... sudah ... jangan berdebat lebih baik kitga makan," ucapku.
"Setuju!," jawab Sherly.
"Ayook-ayook dimaka," ucap Yani.
"Bimillahirrohmanirrahim," ucapku sembari menyuaapkan nasi ke mulutku.
"Gimana?," tanya Yani.
"Enak banget ..," jawabku.
"Jangan bercanda," ucap Yani.
"Enak banget tauk," ucap Sherly.
"Tuh, bukan Cuma aku yang mengatakan enak, itu artinya masakan kamu memang enak," ucapku.
"Alhamdulillah," jawab Yani.
Sebelumnya, kami bertiga tidak pernah saling mengenal, meskipun kami berasal dari universitas yang sama, bahkan berasal dari jurusan yang sama, ini untuk pertama kalinya aku bisa tidur bersama teman-temanku, bisa bermalam bersama temman-temanku.

******
Hari demi hari, kami lewati bersama, dengan berbagai macam kesibukan, mulai dari kepasar, memasak, mengajar PAUD hingga mengajar rumbel (rumah belajar). KKN merupakan pengalaman yang paling berkesan untukku, karena seumur hidupku dan selama aku menjadi mahasiswa, baru kali ini aku merasakan tidur bersama teman-teman satu kampusku. Meskipun perbedaan pendapat diantara kami sudah pasti ada, tapi kami harus menyelesaikannya dengan sikap dewasa, di tempat ini kami harus saling menyayangi layaknya saudara. Terlalu banyak kenangan indah diantara aku dan teman-temanku hingga membuat diriku tidak bisa menuliskannya satu persatu.

Kisah kebersamaan kami, tidak akan pernah aku lupakan, aku sangat menyayangi mereka, bahkan ketika kami pulang nanti aku akan tetap merindukan mereka. Aku sangat bersyukur bisa mengenal mereka, aku senang bisa diberikan kesempatan untuk mengukir sejarah hidupku bersama mereka. Mereka orang-orang baik, mereka luar biasa, dan mereka hebat.

Banyak sekali kenangan yang kami lewati di desa ini, rumah ini menjadi saksi bisu bahwa kami pernah mengukir sejarah disini secara bersama-sama.m Setelah kami mengikuti kegiatan demi kegiatan, besok tepat 40 hari, kami menetap di desa ini, itu artinya kami akan segera pulang. Malam pun semakin larut, kami sudah mulai ngantuk. Akhirnya aku, Yani dan Sherly memutuskan untuk tidur lebih awal, karena besok kami akan kembali ke kampus biru yaitu kampus kami tercinta.

******
Pagi ini, kami menghampiri Bapak Kepala Desa beserta seluruh warga setempat untuk berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Setelah berfoto bersama, aku dan teman-teman menyalami bapak kepala desa dan penduduk setempat secara bergiliran.

Setelah bersalam-salaman, kami berjalan menuju arah mobil yang akan menghantar kami menuju kampus, Perlahan aku melihat lambaian tangan yang diberikan oleh warga untuk kami, sebagai tanda bahwa kami akan segera berpisah. Perpisahan memang sangat menyedihkan, tapi inilah yang namanya kehidupan, ada pertemuan, juga ada perpisahan.

Hari ini, kami akan berkumpul kembali bersama keluarga. Kehidupan kami sebagai mahasiswa/i di kampus akan segera berlanjut kembali.

Selama tiga jam perjalanan, akhirnya aku bersama teman-temanku sampai di kampus kami tercinta dengan selamat. Setelah barang-barang milikku sudah keluar dari dalam mobil, aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah.

Jarak rumahku dari kampus sekitar 20 menit, setelah tiba di rumah, aku langsung menuju kamarku, suasana desa masih terngiang di pikiranku. Sesekali air mataku menetes mengingat semua kisah kami selama di desa beberapa hari kemarin, kalau selama 40 hari kemarin aku tidur bersama tiga orang temanku namun sekarang aku hanya tidur sendiri di kamarku. Dari dalam hatiku, aku ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada teman-temanku, maaf jika aku ada salah, tapi yang pastinya aku sangat merindukan kalian.

🍓
🍓
🍓

TERIMA kASIH TEMAN-TEMAN 😁

🍓
🍓
🍓

Me And Blue Campus (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang