Bab-- Sembilan Belas

30 1 0
                                    

🍓
🍓
🍓

SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN 🥰

🍓
🍓
🍓

Setelah satu tahun setenggah kami tidak bertemu, tepat hari ini, aku dan Mannaf bertemu untuk pertama kalinya. Ketika bertemu, kami langsung membahas perihal judul, tanpa saling menanyakan kabar terlebih dahulu, aku seperti bertemu dengan orang asing ketika berhadapan degannya. Sesekali aku melihat ke arahnya tapi aku tidak menemukan sosok Mannaf yang dahulu, kini dia sangat berbeda, semuanya terlihat berbeda, bahkan gaya bicaranya pun membuatku kaget, pertanyaan di otakku mulai muncul, benarkah ini Mannaf yang aku kenal dahulu?.

"Kamu habis dari mana, Nay?," Tanya Mannaf.
"Aku habis dari bimbingan," Jawabku.
"Waah enak banget sudah bimbingan," Jawabnya.
Dia melihat sebuah map yang berisi skripsiku.
"Ini kok coretan?." Tanya Mannaf.
"Aku di suru revisi," Jawabku.
"Mending kamu disuru revisi sedangkan aku judul pun belum ada," Jawab Mannaf.
"He he he iya," jawabku.
"Ohh yaaa Nay, judul dan jurnal yang kamu kirim kemarin gimana?," Tanya Mannaf.
"Hanya sebagai gambaran saja, tapi kalau kamu mau mengunakan judul yang aku kirim kemarin boleh-boleh saja kok," Jawabku.
"Bukunya gimana, Nay?," Tanya Manna.
"Bukunya ada kok, judul-judulnya juga sudah aku cek satu persatu teryata belum ada yang menggunakannya," Jawabku.
"Selanjutnya? gimana dong?," Tanya Mannaf.
"Besok kamu konsultasi sama salah satu dosen yang kamu kenal lalu mintalah pendapatnya dan jangan lupa bawa semua persyaratannya, termasuk buku ini," Ucapku.
"Ohh begitu, Nay," Jawab Mannaf.
"Iya," Jawabku.
"Kalau begitu besok aku akan konsultasi sama dosen," ucapnya.
"Iya," Jawabku.
"Terima kasih, Nay," ucapnya.
"Sama-sama,"jawabku.
"Nay, pulang yook," Ucapnya.
Setelah membahas prihal judul, Mannaf membereskan barang-barangnya lalu mengajakku untuk pulang, lagi pula hari sudah mulai sore.
"Ayook," Ucapku langsung berdiri.
"Nay, terima kasih," Ucap Mannaf.
"Iya sama-sama," Jawabku.
Aku bertemu dengannnya hanya dalam hitungan menit saja alias sebentar, namun dari pertemuan yang sebentar ini, aku sudah bisa merasakan, kalau Mannaf bukanlah Mannaf yang dulu, tapi ahh sudah lah, sekarang aku harus pokus sama skipsiku.
Setelah tiba di rumah, aku memandangi proposalku yang sudah di coret oleh ibu Kalina pagi tadi, aku memilih untuk tidur lebih larut, aku akan menganti judulku, beserta revisi bab satuku, karena malam ini skripsiku harus selesai, dan besok aku harus bimbingan. Dengan tekad yang kuat, akhirnya aku bisa menyelesaikan revisiku dalam waktu satu malam. Malam pun semakin larut hingga aku putuskan untuk tidur walapun hanya sebentar.

********
Disetiap pukul 06:00 WIB, aku harus berangkat menuju kampus, untuk bimbingan skripsi dengan ibu Kalina, karena sistem bimbingannya mengantri, siapa yang datang lebih awal, dia lah yang bimbingan pertama kali, kalau aku berangkat pagi-pagi begini, setidaknya pukul 06:30 WIB, aku sudah tiba di kampus.

Ketika sudah tiba di kampus, perjuanganku tidak hanya sampai disini saja, aku harus menuju ruangan ibu Kalina yang ada di lantai lima, karena aku takut naik lift, aku harus berjalan kaki untuk tiba di atas.

Setelah tiba di atas, aku tidak langsung bimbingan, aku harus menunggu, sampai ibunya tiba, setidaknya sampai pukul 10:00 WIB, karena kalau sudah lewat pukul 10:00 WIB, ibunya tidak bisa membimbing lagi, beliau harus mengajar, menguji mahasiswa yang sedang ujian skripsi, dan masih banyak lagi kesibukan lainnya, jadi harap maklum saja, kalau tiba-tiba harapan tidak sesuai dengan kenyataan.

Tiga jam, aku bersama teman-teman lainnya menunggu di depan ruangan beliau, ternyata beliau tidak bisa membimbing karena ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Hal seperti ini, sudah menjadi makananan untuk mahasiswa semester akhir, menunggu, menunggu dan menunggu, bukan hanya aku, semua teman-temanku juga pasti pernah merasakan.

Semester akhir adalah perjuangan yang harus aku lewati sekaligus aku selesaikan, susah ataupun senang, tertawa ataupun menangis, semuanya pasti akan menghampiri, namun aku sangat yakin ketika tujuanku untuk membahagiakan orang tua maka semuanya pasti akan berakhir dengan bahagia. Pergi menuju kampus pagi-pagi, namun ekpetasi tidak sesuai dengan realita, hmm yaudah ngapapa, berlapang dada saja, mungkin hari ini belum waktunya untuk bimbingan. Setelah terdiam beberapa menit, aku pergi menuju kosan Ima, untuk menghilangkan rasa mumet di otakku.

Me And Blue Campus (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang