Bab-- Tiga Belas

29 1 0
                                    

🍓
🍓
🍓

SELAMAT MEMBACA TEMAN-TEMAN 🥰

🍓
🍓
🍓

Nama Mannaf semakin populer di kampus, apalagi ketika dia berhasil meraih beberapa kejuaraan disetiap kompetisinya, juga ketika dia berhasil memenangkan kompetisi pada tingkat nasional, juga beberapa kali mendapatkan penghargaan student award dari pihak kampus.

Namanya sudah tidak asing lagi ditelinga semua orang bahkan hampir semua dosen mengenalnya, juga berkat prestasinya dia begitu dekat dengan rektor universitas kami.

"Nay, besok aku berangkat ke kota Solo, aku lulus kompetisi tingkat provinsi dan harus melanjutkan kompetisi pada tingkat nasional," ucapnya.
Di setiap dia mau berangkat ke luar kota, dia tidak pernah lupa untuk memberi kabar kepadaku, semangat Mannaf dalam mengukir prestasi tidak pernah pudar bahkan terus berkobar bagaikan api yang terus menyala, semuanya dia lakukan agar mimpinya bisa terwujud. Langkah demi langkah dia lewati dengan sabar. dialah sosok pemuda yang memiliki semangat besar.
"Syukurlah, aku bangga sama kamu, semoga kamu menjadi yang terbaik diantara yang baik," ucapku.
"Terimakasih, Nay," jawabnya.

Hatiku senang diiringi dengan perasaan haru, prestasi Mannaf saat ini semakin meningkat bahkan sekarang dia berkompetisi pada tingkat nasional. Sedikit lagi dia akan mencapai mimpi yang selama ini dia idam-idamkan, aku tidak bisa melakukan banyak hal untuknya, aku hanya bisa men-support-nya agar dia selalu semangat.

Aku benar-benar ingin menjadi sosok Naymira yang bisa memberi semangat di dalam hidup Mannaf. Aku ingin selalu bersama dengannya dari dia tidak memiliki apa-apa sampai nanti dia memiliki segalanya. Inilah Janjiku. Ketulusanku untuk Mannaf akan selalu abadi, tidak ada perubahan hingga nanti. Semoga ketulusan Mannaf juga sama seperti aku.

Setelah Mannaf berangkat ke kota Solo, teman-teman kelasku sering membicarakan dan memuji prestasi Mannaf, karena sejak awal mereka sudah tahu kalau aku memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Mannaf.

"Nay, Mannaf ke Solo, ya?," tanya teman satu kelasku.
"Iya," jawabku.
Peduli apa mereka dengan Mannaf, mengapa akhir-akhir ini mereka juga ikut memperhatikan Mannaf, bukannya dahulu mereka tidak pernah mendukung hubungan kami. Batinku berbicara.
"Masyaallah, Mannaf hebat banget," ucapnya.
"Alhamdulillah," jawabku.
Aku hanya menepis pembicaraannya dengan senyuman yang terlontar dari bibirku sembari meninggalkan mereka. Hal ini terjadi juga ketika aku berada di tengah perkumpulan kelas lain, mereka juga ikut membicarakan Mannaf.
"Kamu tahu ngga sama Mannaf?," tanya orang yang nerada di sampingku kepada temannya, entah siapa dia, aku ngga terlalu mengenalnya, tapi aku tahu kalau mereka masih satu jurusan denganku.
"Ini loh, masa kamu ngga tahu," ucap perempuan yang duduk di sebelahnya sembari membuka akun intsagram Mannaf.
Aku hanya terdiam sembari melihat ke arah mereka yang sedang membuka akun instagram Mannaf dan melihat foto-fotonya dengan sangat leluasa tepat di sampingku.
"Ohh ini, Masyaallah," jawabnya.
"Dia luar biasa banget bisa mengikuti lombah hingga tingkat nasional," ucapnya.
"Hmm dia juga beberapa kali mendapatkan studen award," ucapnya.
"Pinter banget, pasti, hehe," jawab temannya sembari tertawa.
"Aduhh beruntung banget perempuan yang mendapatkannya," ucapnya.
"Yaaa Tuhan, sisa kan satu laki-laki yang seperti dia untukku, atau berikan saja dia padaku," ucap temannya yang lain sembari mengangkat kedua tanggannya.
"Hey, dia kan sudah ada komitmen sama perempuan," jawab temannya.
"Hah, masa? Siapa?," ucapnya dengan ekpresi kaget.
"Ini loh," jawabnya sembari melihat salah satu foto di instagram Mannaf.
"Kamu? Kok mirip sama kamu," ucap mereka sembari menunjuk ke arahku.
"Iya, ada apa yah?," tanyaku pura-pura tidak tahu.
Aku menujuk wajahku dengan jari telunjukku.
"Kamu beruntung banget, kok kamu diam aja sih dari tadi?," tanya mereka sembari menatap wajahku.
"Hah, biasa saja kok, memangnya kenapa kalau Mannaf menjalin komitmen denganku, ngga ada yang salah juga," ucapku
Aku langsung mengeryitkan kening, sesekali melemparkan senyum kepada mereka, aku hanya berdoa agar Mannaf tetap menjadi sosok yang aku kenal, aku berharap sikap Mannaf tidak pernah berubah kepadaku.
"Maafkan kami, karena kagum dengan Mannaf," jawabnya sembari menunduk.
"Oh, ngga masalah kok," jawabku.
"Permisi," ucapnya.
Mereka pergi meninggalkanku, sesekali mereka tetap melirikku dari kejauhan.
"Iya," jawabku.
Aku langsung terkekeh melihat tingkah mereka, kira-kira gimana ya kalau Mannaf mengetahui ada beberapa perempuan yang menyukainya, apalagi sampai stalking instagram-nya, apakah dia akan senang atau malah tertawa.

*******
Setelah satu minggu, di sela-sela kesibukannya, Mannaf mengirim pesan kepadaku, aku sangat bersyukur dia masih mengingatku meskipun namanya sedang populer.

"Nay, aku sudah pulang," ucap Mannaf mengirim pesan kepadaku.
"Alhamdulillah," ucapku.
"Aku ada oleh-oleh buat kamu," ucap Mannaf.
"Loh kok kamu repot-repot," ucapku. Aku pikir dia sudah lupa denganku karena dikelilingi oleh orang-orang baru dan orang-orang berprestasi.
"Hehe nanti ke perpustakaan saja ya ambilnya, aku ada di kampus kok," jawabnya.
"Hah? Kamu di kampus, kok ngga bilang," jawabku.
"Suprise dong," ucapnya.
Setelah kepergiannya ke Solo, hari ini, tepat satu minggu aku tidak bertemu dengan Mannaf. Perluh kalian ketahui, mengapa kami selalu memilih bertemu diperpustakaan, yang pertama: karena ruangannya nyaman, yang ke dua: perpustakaan ruangannya full AC.
Setelah bertemu dengan Mannaf, dia langsung memberiku satu kantong hitam yang bersisi hijab berwarna merah marun, pena yang bertuliskan namaku, selanjutnya ada dua gantungan kunci bertuliskan Solo.
"Nuprise, nih untuk kamu," ucapnya
Dia memberikan oleh-oleh itu padaku, sembari tersenyum, senyum yang selalu berhasil mendamaikan hatiku.
"Wah, ini banyak banget," ucapku
"Nih hijabnya, ini penanya, ehh walaupun isinya sudah habis tetap disimpan alias jangan dibuang," ucapnya.
Dia memberikan hijab dan pena, semuanya berwarna merah, karena warna merah merupakan warnah kesukaannya.
"Insyaallah akan aku jaga," ucapku.
"Cerita dong, gimana kompetisinya kemarin, kan aku kepengen tahu," jawabku.
"Seru banget, pokoknya aku bahagia banget meskipun aku belum bisa mendapatkan yang terbaik," jawabnya.
"Ngga apa-apa, tapi kamu selalu menjadi yang terbaik di hatiku," jawabku.
"Ha ha ha, tumben puitis," jawabnya.
Dia tertawa lepas mendengar kata-kataku, aku tipe orang yang jarang merangkai kata, mungkin dia bahagia.
"Kamu tahu ngga, ada perempuan yang kagum sama kamu loh, sampai-sampai dia stalking IG kamu," ucapku.
"Hah, masa, kamu bercanda kali," ucapnya.
"Au beneran, dia stalking IG kamu tepat disampingku," jawabku.
"Memangnya dia ngga kenal sama kamu," jawab Mannaf.
"Awalnya ngga sih," jawabku.
"Tapi..?," tanya Mannaf.
"Akhirnya dia mengenaliku, karena ada foto kita berdua di IG," jawabku.
"Ha ha ha, coba saja dia tidak tahu kalu aku sudah bersama kamu," jawabnya.
"Maksud kamu apa?," tanyaku mengernyitkn kening.
"Ya... aku akan menggodanya ha ha ha," jawabnya.
"Kamu bahagia?," jawabku menekuk wajah.
"Iya.. aku bahagia," jawabnya, "bahagia kalau melihat kamu cemburu", sambungnya.
"Ngga lucu tauk," jawabku masih menekuk wajah.
"Ha ha ha," jawabnya.
Sepertinya dia puas banget membuatku kesal, aku tidak tahu, dia tertawa karena aku menekuk wajah, atau karena aku menceritak perempuan yang stalking IG nya.
"Puas tertawanya," jawabku
"Iya dong, aku bahagia kalau kamu cemburu," jawabnya.
"Ngga, aku ngga cemburu," jawabku.
"Ah, masa, ha ha ha," jawabnya.
"Kamu ngeselin banget tauk, kamu ngerjain aku ya," jawabku.
"Ha ha ha, aku Cuma bercanda, aku tidak akan melupakan janjiku," jawabnya
"Syukur deh," jawabku.
"Ha ha ha," dia melanjutkan tertawanya.
"Udah ah, cukup tertawanya,' jawabku.
"Hmm iya.. deh," jawabnya sembari mengedipkan mata.
"Terima kasih oleh-olehnya," ucapku
"Sama-sama, semoga kamu menyukainya." Jawabnya.
"Aku pasti menyukainya," jawabku.
"Semua pemberianku harus kamu jaga," jawabnya.
"Iya dong, sama seperti aku menjagamu," jawabku.
"Sungguh puitis," jawabku.
"Pulang yuk," ucapku.
"Kamu ngga kangen sama aku?," ucapnya.
"Ngga," jawabku.
"Ha ha ha, oke, ayook kita pulang,' jawabnya
"Ayok," jawabku.
Setelah memberikan oleh-oleh,Mannaf menceritakan sedikit pengalamanya padaku ketika dia sedang berkompetisi di Solo kemarin walaupun pada kompetisi ini dia belum memproleh kemenangan. Dia seorang mahasiswa yang menginspirasi diriku, juga untuk mahasiswa lain. Sesekali aku melihat ke arahnya, dia masih terlihat seperti biasanya, tidak ada yang berubah darinya,

~

"Jangan Pernah Mengatakan Kata Pisah Karena Ketika Aku Mendengarnya Seolah Dunia Berhenti Dan Aku Terkubur Dalam Lobang Kesedihan"

~
🍓
🍓
🍓

TERIMA KASIH TEMAN-TEMAN 😁

🍓
🍓
🍓

Me And Blue Campus (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang