> 3 <

11K 266 16
                                    

Siang hari yang begitu panas. Menunggu jemputan seperti anak-anak lainnya, ada yang menunggu angkutan umum, dan lain sebagainya. Sedangkan Kia menunggu jemputan sang supir pribadinya.

Sudah lima belas menit menunggu, Pak Murdi belum juga datang. Mungkin kejebak macet.

"Kia Bolo-bolo," bisik Nina menyanyikan lagu bolo-bolo dengan lirik yang diganti.

"Berisik banget lo sumpah. Bolo-bolo apaan lagi, mana panas banget lagi. Kulit gue udah hitam tambah hitam nih," gerutu Kia sambil menutupi wajahnya dari pancaran sinar matahari.

"Dih mulut-mulut gue, kenapa lo yang sewot dah!"

"Nyenyenye...lo kenapa gak pulang? Malah ikut duduk di sini sama gue?" tanya Kia dengan sewot.

"Untung gue sabar, kalau engga pantat gue lebar nih. Tadi kan lo yang bilang sendiri 'nanti tungguin gue takutnya si Pak Murdi lama datangnya'. Kenapa jadi lo yang ngusir gue?" balas Nina dengan sebal.

"Lah tapi kan lo naik motor, emangnya gak takut apa kalau hujan? Takutnya aja kejadian waktu itu keulang lagi, dimana lo nyusruk ke selokan," ucap Kia sambil menatap Nina.

"Berisik. Itu cerita ngakak banget anjir, untung badan bohai gue gak kenapa-kenapa," jawab Nina dengan melihat tubuhnya dari atas sampai bawah.

"Paling juga patah tulang."

Nina membelalakan mata, menyentil pelan bibir Kia dengan tangannya. "Doa lo jelek banget sih."

Tin..tin..

Terdengar suara klakson mobil, mereka berdua menengok dan mendapati mobil alphard yang dikendarai oleh Pak Murdi. Pak Murdi tersenyum manis, dan membukakan pintu mobil bagian belakang.

"Kia, itu lo udah dijemput sama pangeran tersayang tuh," celetuk Nina dengan terkekeh.

Kia memutar bola matanya malas, memukul jidatnya dengan pelan berulang kali. "Najis..amit-amit jaban bayi, mending gue sama om duda dari pada sama dia."

"Halah. Jodoh kan gak ada yang tahu," jawab Nina.

"Kalau lo berjodoh sama dia gue ketawain sampai mampus. Gue sumpahin jodoh," ucap Nina kemudian mengaminkan apa yang dia omongin barusan.

"Mana manjur doa lo, yang manjur tuh doa orang tua."

"Dih gak tau aja kalau gue dukun."

"Dukun apaan?" tanya Kia dengan bingung.

"Dukun jomblo, meratapi nasib kejombloan. Jomblowati."

Tin..tin..

"Udah sana, ditungguin dari tadi. Byee," Nina mendorong-dorong Kia sampai Kia masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangannya tapi malah dibalas dengan pelototan.

"You bac*t, anj**g, ta*i."

***

"Assalamualaikum si Kia cantik, anaknya Bapak Syametdi dan Ibu Julaysya yang bohai ini pulang...," salam Kia dengan suara tingginya.

"Assalamualaikum juga Tuan dan Nyonya, saya selaku supir dan anaknya Bapak Tejo sudah sampai di rumah...," Pak Murdi juga mengikutinya di belakang Kia.

Syametdi dan Julaysya tersenyum, menuruni tangga rumahnya dengan hati-hati.

"Waalaikumsalam, loh kok Kia pulangnya cepat banget? Kamu gak bolos kan?"

"Ngapain bolos, kurang kerjaan aja," jawab Kia yang sudah duduk di sofa ruang tamunya yang warna abu-abu itu.

"Barangkali bantuin orang gali tanah."

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang