> 14 <

6.4K 149 20
                                    

"Mas, sore-sore gini enak kali ya makan rujak?" tanya Kia pada Murdi yang sedang menyapu.

"Tumben banget minta rujak?" tanya Murdi, dan dia ingat Kia kalau makan rujak pasti suka muntah.

"Gak tahu kepengen nih tiba-tiba. Rujak buah loh Mas bukan Rujak soto."

"Beli dimana Sayang? Buat sendiri aja yah, aku deh yang buat."

Kia menggeleng. "Ih pas itu kamu masak soto aja malah ke asinan. Pokoknya beli rujak buah, kayaknya aku pernah lihat deh di deket gang rumahnya Pak Hasyim."

"Tapi orang yang jual bukannya udah meninggal ya? Jangan ngaco deh, Sayang."

Kia mengangguk. "Siapa tahu hidup lagi Mas. Udah ayo beli rujak dulu ke buru hujan. Nyapunya nanti lagi," Kia mengambil sapu yang dipegang suaminya dan menggantungnya ditempat semula.

Murdi mengambil kunci motornya, perlu diketahui merk motor Murdi itu Supra X yang bunyinya perketet-ketet.

Kia mengambil dompetnya, memakai cardigan panjangnya. "Ayo Mas, kamu yang nutup pintu ya. Aku tunggu di motor," ucap Kia pada Murdi yang sedang melepas boxernya dan memakai celana jeans hitam.

"Iya sayang."

Sesudah memakai celana, Murdi mengunci pintu kontrakkan dan naik ke motor jadulnya itu. Meninggalkan kontrakkan untuk mencari rujak buah.

Setelah sampai di gang sebelah rumah Pak Hasyim, kata istrinya tadi ada jualan rujak buah tapi yang ada malah jualan ketoprak.

"Ah Mas, kok gak ada sih. Apa bener ya orangnya meninggal?" tanya Kia dengan nada tinggi, karena pakai helm jadi agak budek.

Murdi geleng-geleng. "Mana Mas tahu, pernah nyoba rujak buahnya aja gak pernah."

Kia cemberut. "Terus beli dimana dong rujaknya? Aku beli rujak biasanya di sini sih."

"Buat sendiri aja ya. Nanti aku yang buat, kamu jangan protes dulu. Coba kamu mau rujak pakai buah apa, nanti aku beliin," ucap Murdi menatap istrinya dari spion.

Kia berpikir sambil melihat-lihat pohon yang ada di dekatnya. Matanya tertuju pada pohon mangga yang ada di rumah berwarna kuning. Kia menepuk-nepuk pundak Murdi dan menunjuk pohon mangga dengan jarinya. "Itu Mas, aku mau rujak pakai buah mangga. Tapi aku gak mau beli, maunya ambil dari pohonnya langsung. Kamu mau ya manjat ke pohon itu?"

Murdi mengikuti jari Kia, pohon mangga yang dilihat. Dan seenak jidat istrinya bilang suruh manjat. "Takut ah Sayang, beli aja ya??? Aku takut ada anjingnya di situ."

"Ah masa sama anjing aja takut, tapi giliran ngerecokin aku nomer satu," Kia bersedekap dada, mata yang awalnya berbinar saat melihat buah mangga itu sekarang sudah berkaca-kaca.

"Kok malah nangis sih. Iya-iya aku manjat, tapi kamu tunggu di sini aja."

"Iya sana, aku tungguin di sini. Ambil yang banyak yah mumpung gratis," ucap Kia dengan senyum menyemangati suaminya manjat.

Murdi mengintip-ngintip ternyata tidak ada orang di rumah yang punya pohon mangga ini. Dia nyungkem ke anjing, sih anjing malah melet-melet keluarin air liur. Murdi berjalan terburu-buru, memanjat dengan hati-hati karena waktu masih kecil Murdi pernah jatuh dari pohon ketinggian lima meter. Di ambilnya lima buah mangga yang sudah matang itu. Melompat dengan hati-hati, ditaruhnya mangga pada kresek yang dibawa dari rumah. Murdi menenteng kresek dengan santai, tiba-tiba saat dirinya keluar dari kawasan rumah, rantai si anjing terlepas. Murdi berlari terbirit-birit ke motor dan menjalankan motornya dengan cepat membuat Kia hampir terhuyung.

***

"Gara-gara ngambil mangga hampir dikejar anjing," gumam Murdi yang sedang mengupas mangga.

Kia sedang mengulek sambal rujak, dia sendiri yang meracik sambalnya. Rasanya pas dilidahnya.

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang