> 11 <

8.8K 170 21
                                    

Keesokan harinya. Kia masuk sekolah meskipun masih terasa sakit, dan kalau di pakai jalan kakinya ngangkang-ngangkang kayak orang baru sunat. Ulah Murdi yang memintanya lagi selama sepuluh jam. Sepertinya perkututnya itu minta dihajar habis-habisan.

Murdi ketagihan, Kia kelelahan. Murid puas, Kia tewas. Murdi jamet, Kia bohai.

Di hari Rabu ini, diadakannya kegiatan kepramukaan bersama dengan kelas sebelas. Btw, Kia udah kelas dua belas ya, sekitar dua bulan lagi juga udah lulus SMA.

Nina sedari tadi melihat aneh pada Kia, jalannya tumben sekali berbeda dari biasanya. Habis sunat kali ya, pikirnya.

Nina mendekat ke Kia, karena tempat duduk Kia dengannya agak jauh. Kia di belakang sedangkan Nina di depan, biasa kalangan orang pintar.

"Lo kemarin kemana kok gak masuk sekolah?" tanya Nina, duduk di bangku kosong yang ada di sebelah tempat duduk Kia.

"Itu juga ngapain pakai jaket, lo sakit? Atau meriang, merindukan kasih sayang Murdi."

"Biasalah liburan sama suami," jawab Kia yang sedang menyiapkan buku untuk pramuka nanti.

"Meriang Mbah lo. Gue pakai jaket biar ciptaan si Murdi gak terekspos kemana-mana."

"Liburan kok gak ngajak gue sih," ucap Nina dengan cemberut.

"Libur kasur bergoyang geblek," Kia menoyor kepala Nina, Nina kesakitan.

Nina menggebrak meja, kaget. "Widih temen gue yang satu ini udah gak perajanda," Nina menepuk tangan kesenengan.

Kia mencubit pipi Nina yang chubby itu. "Perajanda sekalian tuh perjaduda."

Nina mengusap pipinya yang merah. "Kenapa gak bilang gitu, kan gue bisa lihat langsung anggap aja contoh kalau gue udah nikah nanti, kan mumpung gratis."

"Privasi suami istri. Gak boleh diumbar-umbar," ucap Kia.

"Tapi lo ngumbar lewat cerita, sama ajalah geblek."

***

Pukul 11.00, matahari cukup panas menyinari bumi.
Jam segini adalah kegiatan pramuka di hari Rabu.

"Teruntuk kelas sebelas dan dua belas diharapkan segera turun ke lapangan, karena kegiatan pramuka sebentar lagi akan dimulai," kata Pembina Pramuka melalui toa.

Murid-murid pada lari-larian ditangga karena Pembina Pramukanya itu sungguh galak dan judesnya minta ditampol.

Sebagian Murid sudah ada yang baris di lapangan. Berbaris sesuai regunya masing-masing. Laki-laki dan perempuan berbaris terpisah.

Murid yang baru datang ke lapangan itu termasuk Kia dan Nina. Anak males jika ada kegiatan ekstrakurikuler, apalagi Pembinanya galak. Kalau Pembinanya ganteng udah gitu single pasti mereka berdua deketin, agak ganjen.

Nina dan Kia sudah berbaris sesuai regunya yaitu regu mawar. Regu mawar terdiri dari delapan orang, empat orang kelas dua belas dan empat orang lagi kelas sebelas. Di antara mereka semua yang paling bohai di regu mawar hanya Kia dan Nina dan tak lupa mulut cabenya sering nyinyir.

"Baik. Karena semuanya sudah pada baris sesuai regunya masing-masing. Saya selaku Pembina Kepramukaan ini ingin memberi tugas kelompok dalam satu regu. Tapi kelompoknya dalam satu regu terbagi menjadi empat, jadi satu kelompok ada dua orang," ucap Pria bernama Erwanto Salonthe itu, yang biasa dipanggil Kak Tonthe.

"Tugas apa kak?" tanya anak kelas sebelas.

"Tugasnya kalian membuat mozaik dengan gambar bebas. Boleh gambar burung, pesawat, atau gambar kalian sendiri, tapi dalam satu regu gambarnya beda-beda ya," ucap Kak Tonthe itu.

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang