> 23 <

2.8K 81 17
                                    

Lima bulan kemudian.

Kandungan Kia saat ini memasuki bulan ke tujuh. Perut Kia semakin membesar dan anak-anaknya berkembang dengan baik. Bahkan pipi, tangan, dan kakinya juga sudah membengkak. Murdi suka sekali dengan istrinya ketika hamil, terkadang sensitif tapi baginya itu hal yang ia tunggu-tunggu. Pipi mengembung seperti ikan bantal itu sering ia unyel-unyel.

Murdi sedang membuatkan bubur kesukaan Kia. Semenjak hamil biasanya pagi-pagi gini Kia lebih suka makan dengan bubur dibandingkan nasi, karena mual katanya.

Kia sedang duduk di sofa, diselonjorkan kakinya itu sambil membaca novel. Membaca novel pagi-pagi adalah kesukaan Kia sembari menghiup udara segar meskipun dari dalam rumah.

Saat membaca tiba-tiba perutnya seperti ada yang menendang. Kia memegang pinggangnya dan mendapatkan tendangan yang kencang.

"Aw Mash..Mas anak kamu nendang lagi," pekik Kia dan menutup novel kesayangannya.

"Iya Sayang sebentar ini aku lagi tuangin buburnya ke mangkok."

"Shs aw akh..kamu nendangnya kurang kenceng Sayang," ucap Kia mengelus perutnya.

Murdi membawa mangkok berisi bubur itu dengan terburu-buru karena takut terjadi apa-apa jika istrinya sudah teriak seperti itu.

Murdi melihat Kia yang kesakitan. Ia menaruh mangkok itu lalu duduk di samping Kia dan mengelus perutnya.

"Aduh kenapa Sayang ada yang sakit ya?" tanya Murdi dengan panik.

Kia menggeleng, perutnya seperti diaduk-aduk rasanya. "Aw shs, Mas sakit banget sih anak kamu nendangnya kenceng banget."

Murdi membuka baju Kia sampai dada. "Sayangnya Ayah gak boleh nendang-nendang begitu. Nendangnya kalau udah keluar aja yah sama Ayah. Nanti Ayah ajarin tendangan Madun," Murdi mengecup perut buncit Kia.

Kia menjambrak rambut Murdi, biasanya saat anaknya nendang sakitnya tak terasa. Tapi kenapa ini begitu sakit. "Mas anak kamu kuat-kuat banget aw sh nendangnya! Ini yang akh nendang siapa sih aw."

Murdi mengusap pundak Kia. "Kayaknya anak Ayah yang bandel deh. Jangan gitu sama Bunda Sayang! Nanti kamu Ayah gantung dipohon kaktus loh."

"Engh aw sh, rasanya mau meletus perut aku Mas," lirih Kia sambil mengelus perutnya yang terasa sakit.

"Duh anak Ayah udah dibilangin malah Bundanya dibikin kesakitan. Tunggu Sayang kalau mau lahiran jarumnya belum aku beli," ucap Murdi dan mendapat tamparan dari Kia.

Pipi Murdi merah. "Sayang kok aku ditampar sih kan gak punya salah?!"

"K-kamu awh sh kira akh mau meletusin balon akh apa??!!"

"Loh tadi kan mau meletus Sayang, gak sabar deh aku meletusin perut kamu," Murdi berlari ke dalam kamar mencari jarum.

"MURDI ENGH SIALAN! AKH NENDANGNYA KAYAK DITENDANG SINGA SAYANG!!"

***

Murdi dan Kia sedang di Mall. Kia berpakaian seperti model walaupun sedang hamil sedangkan Murdi hanya berpakaian seadanya. Selama hamil baru kali ini Kia ke Mall karena tidak diperbolehkan oleh sang suami.

Di Mall kali ini mereka akan membeli beberapa perlengkapan bayi. Meskipun belum mengetahui jenis kelamin anaknya, mereka tetap membeli walaupun hanya barang-barang tertentu.

Murdi memeluk pinggang Kia dan berjalan dengan hati-hati, karena yang ia bawa saat ini bukan satu orang melainkan tiga orang yaitu Kia dan kedua anaknya yang masih di dalam perut.

"Sayang kamu mau beli apa aja sih?" tanya Murdi.

"Mau beli perlengkapan bayi lah. Ya mau beli stroller bayi sama yang lain."

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang