Extra Part > 01

5.4K 103 32
                                    

Di Kontrakkan yang sederhana itu sekarang sudah di tempati oleh empat orang. Biasanya hanya ada kesunyian sekarang tangisan anak-anaknya yang selalu membuat Murdi ingin menjewer telinganya.

Setelah melahirkan, Kia diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit karena anak-anaknya beserta dirinya sudah tak perlu perawatan lebih di Rumah Sakit, hanya saja harus beristirahat yang cukup.

Kia menimang-nimang Revanna, anak keduanya. Sedari tadi rewel jika tidak digendong oleh Bundanya. "Baby kenapa ulu-ulu, gak mau yah digendong Ayah?"

Bayi itu menatap Bundanya dengan mata terbuka lebar meskipun ia hanya melihat warna merah, hitam, dll.

Kia menepuk-nepuk pantat Ravenna dengan gemas, ingin dicubit tapi takut makin rewel.

Bulu mata lentik, hidung mancung, dan bibir tipis itu Kia pandangi, ternyata anaknya benar-benar mirip Bundanya.

Kia memegangi tangan mungil yang tertutupi sarung tangan warna putih. "Lucu nya anak Bunda. Tangan kamu kecil banget sih Sayang."

Oek..oek..oek..

Bayi laki-laki itu menangis, terusik karena Ayahnya menjailinya. Kia menghampiri anak dan Ayah itu. Kia menggeram melihat Murdi, bisa-bisanya anaknya itu dibuat mainan pesawat-pesawatan padahal tubuhnya masih lembek karena baru lahir.

"Yey Ravindra terbang. Huu enak naik pesawat yeyy," Murdi kegirangan.

"Mas, ya Allah anak gantengnya Bunda kasihan banget punya Ayah gila. Mas, Ravindra itu baru minum asi loh, nanti muntah gimana?!" tanya Kia dengan wajah sebal.

"Tinggal dilepeh Sayang, kayak gak pernah muntah aja sih kamu. Ravindra aja ngga apa-apa!" Murdi mendusel-dusel pantat Ravindra.

Kia menghela napas sabar. "MasyaAllah banget aku punya suami kayak kamu. Sampai Ravenna lihatin kamu noh!" Kia melihat anak perempuannya itu menatap Ayahnya dengan bibir manyun.

Tangan Ravenna bergerak ke bagian dada Kia, sepertinya sudah haus. "Hihi iya Sayang, mau nenen ya? Anak Bunda yang paling cantik, kamu kenapa cantik banget sihhhh?!" Kia mencubit pelan hidung Ravenna.

"Mas, Ravindra ditidurin dulu ya di box bayi, aku mau netein Baby Girl dulu. Awas aja sampai aku lihat Ravindra belum tidur, aku potong perkutut kamu!!"

"Iya Sayang."

***

Kia menutup kancing bajunya. Ravenna banyak sekali meminum asi sampai tumpah terkena baju Bundanya. Setelah meminum asi, Kia menepuk-nepuk punggung anaknya agar tidak muntah saat digendong atau ditidurkan nanti.

Merasa tidak ada gerakan, Kia melihat ternyata anak perempuannya ini tertidur di pundaknya. Kia menaruh anaknya di box bayi berwarna pink di dalam kamar pribadinya. Mengecup kening anaknya cukup lama.

"Selamat bobo anak Bunda, tidur nyenyak Sayang."

Kia duduk di samping suaminya yang sedang menggendong anak pertamanya. Kia mengambil anaknya ke dalam gendongannya, anak pertamanya ini masih belum tidur, ia malah memeletkan lidahnya.

Kia terkekeh. "Apasih Sayang, kamu ngapain sih melet-melet gitu sama Bunda?" tanyanya sembari membuka topi bayi itu.

"Dari tadi dia tuh cuma pura-pura tidur Sayang. Padahal udah dikasih asi sama kamu tadi, gak asik ah dia. Enakkan sama anak aku yang satu lagi!" kata Murdi.

"Sok tahu banget sih kamu. Orang Ravindra mau melihat Bundanya yang cantik ini, iya kan Sayang?" tanya Kia menatap anaknya.

Oek..oek..

"Tuh dengerin, dia ngerespon langsung. Pinter banget sih anak Bunda," Kia mengelus rambut-rambut halus iu.

"Kamu beneran gak asik Ravindra, Ayah jadi kepengen punya anak lagi deh!" celetuk Murdi.

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang