"Kia bangun udah jam enam, nanti kamu telat loh."
Murdi membangunkan sang istri dengan lembut, tetapi bukannya bangun Kia malah tambah mengeratkan pelukan pada suaminya.
"Kamu tidur atau praktek mati sih?" Murdi menepuk-nepuk pelan pipi Kia.
"Ngantuk. Masih jam enam juga, masuk telat aja lah," lenguh Kia.
"Aku aduin ke Ayah biarin."
Kia langsung bangun, kaget tentu saja. "Eh iya jangan diaduin ke Ayah, ntar aku dihukum mati-matian."
"Yaudah sana mandi dulu. Pakai baju yang rapih jangan acak adul kayak gelandangan. Aku tunggu di ruang tamu," ucap Murdi dan mengambil baju nya yang tergantung di pintu.
Kia membuka ikatan rambutnya, rambut panjang tergerai indah. Mengambil seragam sekolahnya dan handuk, biar langsung di pakai di kamar mandi, takutnya ada yang ngintip.
Kia mandi sekitar lima belas menitan, karena dia harus keramas habis selesai haid. Seragam yang rapih dan badan yang wangi membuat seseorang yang sedang meminum teh itu menoleh, menatap sang istri dari atas hingga bawah, maklum saja tidak pernah melihat cewek cantik.
Rambut panjang yang basah itu menjadi perhatian Murdi. Tumben sekali istrinya itu keramas di pagi hari, biasanya rambut istrinya selalu kering bahkan dikuncir.
"Kok rambut kamu basah, gak kayak biasanya?" tanya Murdi dengan bingung. Kayaknya sih bingungnya cuma pura-pura.
"Habis selesai PMS ya jadi harus keramas dong biar suci dari segala kotoran dan setan yang terkutuk," jawab Kia sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"PMS tuh apa ya? Aku gak pernah denger?" tanya Murdi.
"Palang Merah Sukabumi, ngerti gak? Berpalang warna merah yang ada di Sukabumi," jawab Kia dengan nada yang sedikit lagi akan marah, masa PMS aja gak tahu. Apa isi otak dia selama belajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah.
"Yang aku tahu PMS itu singkatan dari Perempuan Menjadi Singa. Gak pernah ngerti belajar IPA ngertinya cuma MTK itu aja dapat nilai 20 udah syukur alhamdulillah."
"Alhamdulillah, aku punya kembaran selama ini. Ternyata kita sama-sama berbego, ternyata berbego dan berO2N itu menyenangkan. Besok-besok kalau gak ngerti cari di google baru tanya," Kia yang sudah geram mencubit tangan Murdi.
"Handphone aku nokia, yang cuma bisa tulalit-tulalit. Google itu apa? Orang gila bukan, kan Goo itu setahu aku orang dan Gle itu gila. Dalam kamus belajar baca anak bayi sih begitu."
Kia melempar handuknya ke arah Murdi, untung saja Murdi siap menangkap, kalau tidak mungkin teh yang ada di meja tumpah mengenai kakinya.
"Iya bener. Pinternya melebihi anak TK, besok aku harus berguru sama kamu biar tambah O2N."
"Sudahlah, susah ngomong sama orang yang pemikirannya kurang tinggi. IQ nya rendah."
Murdi mengangguk, mengakui dirinya bodoh.
"Kamu udah panasin mobil kan? Dua puluh menit lagi gerbang ditutup, berangkat sekarang aja ya? Teh nya nanti lagi, ngeteh mulu nanti diabetes loh."
"Gak sarapan dulu?" tanya Murdi kemudian meminum teh nya hingga habis.
"Gak biasa makan pagi, suka muntah. Udah habis teh nya?"
Murdi mengangguk. "Yaudah aku panasin mobil dulu. Cepetan biar gak terlambat, nanti pintunya dikunci."
Kia berjalan ke kamar, mengambil tas sekolah dan mematikan lampu yang menyala. Meraih kunci kontrakkan, menutup pintu sampai tidak bisa terbuka oleh siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)
Aktuelle LiteraturHai guys! Kembali lagi ke cerita aku yang ke-4👋🏻 Semoga kalian suka ya, dengan ceritaku kali ini🙏🏻 Sebelum baca diharuskan follow dahulu akun aku!! *** Ralasuki Arlena atau akrab disapa dengan Kia. Seorang gadis berumur 17 tahun yang memiliki si...