> 24 <

2.9K 94 16
                                    

Kia sedang menyiram tanaman depan Kontrakkan, sebelum hamil dia selalu malas melakukan apa pun tapi semenjak hamil kenapa sifat rajinnya nongol tiba-tiba.

Sedangkan Murdi asik-asik meminum kopi sembari membaca koran siapa tahu ada lowongan kerja buat nambah-nambah biaya lahiran Kia.

"Bu rajin banget nyiram bunga pagi-pagi," ucap Bu Iyen yang habis pulang belanja di tukang sayur keliling, siapa lagi kalau bukan Bu Sayur.

Kia menatap Bu Iyen sinis. "Terserah saya dong Bu mau rajin atau gak bukan urusan situ juga."

"Yeuh saya ngomong baik-baik malah dijawab sadis," balas Bu iyen.

Kia menghela napas sabar, selang air ia arahkan ke Bu Iyen. "Awas gak lo ganggu aja!" Air itu terkena baju Bu iyen membuat bajunya basah.

Bu Iyen membelalakan mata, emang bocah gila. "HEH BAJU SAYA BASAH KAN! DASAR ISTRINYA PAK MURDI MIRIP ORANG GILA!" pekik Bu Iyen dan berlari terburu-buru ke Kontrakkannya.

"JANDA AJA BELAGU LO!"

Murdi menaruh koran itu di meja, menatap istrinya dengan aneh.

"Sayang kenapa sih? Jangan kayak orang gila dipinggir jalan," ucap Murdi dan menghampiri Kia.

Kia mematikan kran air dan dilemparnya selang itu. Memanyunkan bibirnya dengan kesal. "Itu si janda sebelah kurang belaian ngatain aku gila berarti anak aku gila dong?"

Murdi memegang pundak Kia. "Dengerin aku, jangan dipikirin lagi yang aneh-aneh. Kalau kamu mikir gitu nanti anak kita beneran gila, aku gak mau hal itu terjadi. Sekarang mending kita masuk, ini juga mendung banget pagi-pagi gini."

Kia mengangguk. "Tapi di dalam panas Mas, enakkan di luar dingin."

Murdi tersenyum, hal licik terlintas dibenaknya. Ia menyalakan kran air dan selang itu membasahi kedua tubuh Kia dan Murdi, tak peduli dilihat orang.

"Mas berhenti dingin banget!!"

"Ah asik Sayang, katanya tadi panas yaudah main air aja mumpung di sini," ucap Murdi dan mengarahkan selang itu ke baju Kia.

Baju Kia basah bahkan bagian dadanya terlihat mana gak pakai bra. Murdi meneguk ludahnya, pemandangan pagi-pagi yang mempesona seperti keindahan alam Indonesia.

Kia yang tahu sifat mesum suaminya langsung menutupi bagian dadanya dengan tangan meskipun masih bisa dilihat oleh Murdi. Murdi mematikan kran air dan selangnya dia taruh dengan asal.

Murdi mencolek leher Kia dan membisikkan sesuatu. "Sayang kayaknya ada yang basah, pagi-pagi gini enaknya dikeringin tahu. Akoeh butuh belaian cintamu Ayang awh."

Kia menginjak kaki Murdi, benarkan sifat mesumnya keluar lagi. "Minta sana sama belaian Bu Iyen, sih janda montok padahal belum punya anak."

"Enakkan sama kamu ah Sayang. Punya Bu Iyen bekas enakkan kamu kan cuma bekas aku," ucap Murdi lalu mengecup bibir Kia.

"Halah sama aja kali. Gak ada jatah-jatahan, jatah bulanan aja belum dikasih," tolak Kia.

Tanpa izin terlebih dahulu, Murdi langsung mengangkat Kia ala bridal style dan dibawanya ke dalam Kontrakkan.

Kia terkejut, ia mengalungkan tangannya di leher Murdi. "MAS TURUNIN ISTRI KAMU LAGI BUNTING!"

Murdi mengecup bibir Kia, bibirnya harus dicium dulu baru diem pasti. "Justru itu lebih enak Sayang sekalian ketemu Baby. Yuhu akhirnya dikasih belaian istri tersayang," ucap Murdi. "Yey akhirnya aku keluarin jurus ah ah ah lagi!" lanjutnya.

"MURDI SESAT!"

***

Kia membenarkan bajunya, gara-gara suami mesumnya itu jadi gini. Rambutnya ia cepol, gerah di dalam kamar karena irit-irit listrik jadi AC gak boleh dinyalain.

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang