Kia sedang bersama Nina di kantin sekolah. Hari ini hari yang sial dan hari yang sedikit menyenangkan. Para guru sedang rapat, anak murid diberi free class selama tiga jam, bagi Kia dan Nina tiga jam itu sama aja kayak tiga menit. Biasanya jika guru-guru sedang rapat mereka diliburkan, tapi kali ini tidak. Padahalkan Alhamdulillah kalau libur bisa rebahan nyantuy.
Memesan mie ayam andalannya yaitu mie ayam Pak Supermi. Nama Supermi itu ada di daerah Papua, tapi Pak Supermi berasal dari Ambon.
Pak Supermi sudah lama jualan mie ayam di SMA PELITA NUSANTARA, kurang lebih sepuluh tahunan. Kia dan Nina menjadi salah satu pembeli favoritnya Pak Supermi, seminggu mereka bisa dua kali membeli mie ayam itu.
Mie ayam kali ini berbeda dari yang lain, bumbu racikannya sangat enak. Bahkan Nina aja pernah menambah porsi. Mie ayam dengan tiga bakso kecil-kecil itu terjual dengan harga dua belas ribu, selain enak dan ternyata murah.
"Kia lo pakai saosnya banyak banget anjir, ingat lagi mblendung," ucap Nina melihat Kia menuangkan saos, jika menggunakan sendok mungkin bisa sepuluh sendok saos.
Kia hanya diam, dia yang makan kenapa Nina yang sewot, anggap aja Nina itu tembok yang terbengkalai.
"Ehh dedek emes gue di dalam perut lo lagi ngapain ya?" Nina berhayal jika anak Kia lahir akan menikah dengannya, tante-tante genit.
"Lagi main bola sama kembarannya!" jawab Kia dengan asal, pasti sebentar lagi Nina akan berjingkrak-jingkrak.
Nina melotot, memegang dadanya yang naik turun, hampir jantungan. "Aww Kia pipiippp, anak lo kembar MasyaAllah. Gue kaget, lemes, dada dag-dig-dug habis denger perkataan lo. Ih itu aw gimana kok bisa kembar, tips-tips dong tapi yang jelas."
Kia menggebrak meja, membuat seisi kantin terkejut. Kia tersenyum malu, malu-maluin. "Nina lo makan aja jangan banyak ngomong, gue mual rasanya denger lo bahas gituan."
Nina cemberut. "Iwh yaudah deh ntar gue cari sendiri tips membuat anak kembar, kembar sepuluh."
Temen satunya ini benar-benar gak waras, setan mana yang membuat otaknya menjadi mesum dan sedikit alay.
"Jangan ngadi-ngadi, gue takutnya lo langsung kejang-kejang."
Selanjutnya mereka makan meskipun Nina selalu saja membahas hal-hal tidak penting. Dan bisa-bisanya dia tahu info tentang gurunya yang menganu dengan anak murid.
"Eh beb, lo tau gak sama Pak Munaroh Sarangga atau Pak Angga, yang dulu dia jadi guru matematika?" tanya Nina sambil meminum jus buah sirsak.
Kia mengangguk. "Kenapa dengan Pak Sarangga?"
"Pak Angga aja, kalau Pak Sarangga gue jadi inget serangga."
Kia pasrah, terserah temannya itu. "Emang kenapa dia, gue gak pernah denger kabarnya lagi setelah dia dikeluarin dari sekolah kita?"
Nina meletoykan tangannya seperti emak-emak rempong yang lagi belanja. "Heh, masa you tak tahu berita menggemparkan dunia. Itu si Lontheria anak kelas sepuluh yang genit dan aduh bohainya sampai gue gak sanggup lihat kebohaiannya itu."
"Lontheria yang pernah dikabarin dekat sama Pak Angga itu?" tanya Kia sambil memakan ketoprak, semenjak hamil porsi makannya nambah.
Nina mengangguk. "Hooh, ih itu mah bukan dekat lagi orang mereka udah nikah bahkan punya anak, ye lo ketinggalan jaman."
Kia tersedak, terbatuk-batuk. "G-gimana cerit-tanya?" Kia menepuk pelan dadanya.
"Jadi pas sih Lontheria itu kelas sepuluh sih Pak Angga ngajar di kelasnya. Duh ya gimana Pak Angga gak tertarik sama dia, dia tuh badannya aduhaii lentur sekali. Pokoknya nih satu bulan kemudian, si Lontheria itu katanya hamil, awalnya gue gak percaya aja sih. Dan ternyata Bapak dari anak yang dikandung si Lontheria itu Pak Angga," Nina menjelaskan sampai Kia terheran-heran. Karena Pak Angga itu orang baik dan bisa-bisanya menghamili murid sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)
Ficción GeneralHai guys! Kembali lagi ke cerita aku yang ke-4👋🏻 Semoga kalian suka ya, dengan ceritaku kali ini🙏🏻 Sebelum baca diharuskan follow dahulu akun aku!! *** Ralasuki Arlena atau akrab disapa dengan Kia. Seorang gadis berumur 17 tahun yang memiliki si...