> 21 <

3.3K 79 24
                                    

Musim hujan, becek-becek ke Pasar. Pasangan suami dan istri itu berbelanja di Pasar menggunakan motor jadul Murdi. Jalanan yang becek itu membuat Kia harus hati-hati, apalagi tengah berbadan tiga. Murdi memakirkan motornya di pinggir jalan, memegang tangan sang istri dan berjalan dengan hati-hati.

Bau Pasar tradisional itu seperti bau busuk. Kia yang baru pertama kali ke Pasar itu sampai memakai masker, kalau muntah tiba-tiba kan gak lucu. Berjalan dengan jinjit sedikit takut nginjek sesuatu yang kuning-kuning di Kali.

Pasar tradisional ini begitu ramai, apalagi kendaraan yang mengetem seperti angkot dan tukang ojek. Memasuki tempat jual sayur-sayuran, Kia menjadi pusat perhatian, lagian aneh-aneh aja masa ke Pasar pakai dress dan juga high heels. Ini jadinya ke Pasar atau ke Mall?

"Mas, kenapa sih orang-orang pada ngelihatin aku?" tanya Kia, karena ia tak suka jika ada orang yang melihat dirinya atau penampilannya.

Murdi menatap penampilan istrinya itu kemudian tertawa pelan. "Gimana orang-orang pada gak ngelihatin kamu, kalau kamunya gak penampilan kayak gini. Ini tuh kamu mau ke Pasar atau ke Mall sih segala pakai high heels, mana lagi bunting."

"Ya kamu tahu sendiri aku gak pernah ke Pasar. Aku kira tuh Pasar mirip sama Mall gak becek-becek terus tertutup eh ternyata kayak di kampung-kampung," jawab Kia dengan sebal.

Murdi mengusap rambut Kia. "Iya-iya, gitu doang gak usah di perpanjang. Mending beli sayur nanti keburu habis."

Murdi menggandeng tangan Kia sampai ditempat penjual sayur. Murdi memilih beberapa sayuran yang terlihat segar sedangkan Kia hanya duduk manis di kursi plastik sambil memainkan handphone. Sebenarnya percuma ngajak Kia ke Pasar, udah nyusahin Kia juga gak bisa bantuin milih-milih sayuran dan menawar harga.

"Sayang, kamu mau di masakin sayur apa buat nanti sore?" tanya Murdi.

"Sayur kungkang aja Mas, ada kan ya sayur kungkangnya?"

"Kangkung Sayang, bukan kungkang. Buat sayur ini aja gak mau yang lain?"

Kia menggeleng sambil menatap layar handphone nya. "Udah itu aja Mas. Aku gak tahu lagi nama sayur-sayuran, itu aja nyebut sayur kungkang salah."

Murdi menghela napas punya istri modelan Kia, untung masih muda. "Kangkung Sayang, Kungkang itu nama Kakek aku tahu."

"Ya aku kan gak tempe Mas."

Penjual sayur itu terkikik geli mendengarkan perdebatan pembelinya. "Istrinya lucu Mas, lagi hamil berapa bulan kalau boleh saya tahu?"

"Saya tempe, istri saya baru hamil dua bulan Bu. Doain ya semoga waktu lahiran lancar dan gak habisin duit saya," ucap Murdi tersenyum manis.

Kia menendang kaki Murdi, enak aja dibilang lahiran ngabisin duit.

"Puji Tuhan, semoga nular ke saya ya Mas."

"Aamiin Bu, goyang ngebornya Ibu kurang kali makanya berguru sama saya," Murdi menepuk dadanya dengan bangga.

Penjual yang bernama Bu Shetan itu terkekeh, satu-satunya pembeli langganannya itu bercerita hal aneh. "Mas aneh-aneh aja deh. Ganti topik ah saya geli, itu belanjaannya udah belum? Biasanya kan Mas minta di diskon."

"Ibu tahu aja. Ini total belanjaannya jadi berapa Bu?"

Bu Shetan menghitung seluruh sayuran yang dibeli Murdi dengan kalkulator. Memasukan sayuran itu ke plastik merah. "Totalnya jadi lima puluh ribu Mas, belanja di saya murah meriah kan?"

"Aduh Bu di korting lah, saya ini pembeli setia Ibu loh. Bisa kali di korting jadi sepuluh ribu."

"HEH ENAK AJA, UNTUNG DI ELU RUGI DI GUE!"

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang