> 9 <

8.6K 189 15
                                    

"Assalamualaikum Ayah dan Ibu, anakmu yang cantik ini datang," pekik Kia sampai Murdi menutup kedua telinganya, penging.

"Waalaikumsalam...baru pulang sekolah?" tanya Syametdi.

"Tadi habis bantuin orang dagang di pasar, ya pulang sekolah lah," jawab Kia dan langsung berlari ke dapur.

"Dasar ya tuh anak belum tahu aja kalau Ayahnya jago berkuda."

Syametdi sedang mengupas buah mangga, mangga adalah buah kesukaannya maka dari itu mukanya asem. Menyuruh menantunya itu duduk di sebelahnya, tapi Murdi malahan duduk menjauh, takut ketularan virus jamet versi 2.

"Selamat siang Ayah, maaf mengganggu waktunya."

"Sore, jam empat itu udah sore. Jam dua baru siang," Syametdi membenarkan ucapan menantunya.

Murdi tersenyum paksa. "Gimana kabar Ayah hari ini?"

"Kamu bisa lihat sendiri kan kondisi saya seperti apa?" tanya Syametdi dengan mengecap, mangga yang di makan sungguh asem.

Murdi mengangguk, iyain aja dah. "Sehat Ayah, makan mangganya sampai ke aseman gitu."

Mata Syametdi merem melek nahan asem, lagian udah tahu mangganya belum matang masih aja di makan. "Mending kamoeh ambehlyn saya msinusm."

"Tunggu sebentar ya Ayah."

Murdi berjalan menuju dapur, karena dia tak tahu letak dispenser, lebih baik bertanya pada istrinya. Berjalan dengan pelan-pelan, baru saja membuka sedikit pintu dapur tiba-tiba mendengar omongan dari Ibu dan anak itu sepertinya serius sekali. Pembicaraanya lumayan jelas sehingga Murdi bisa mendengar meskipun pintu ditutup.

Murdi mendengar di balik pintu, nguping. Yang ia dengar adalah 'kalau orang pertama kali nikah emang gitu, suka deket-deket pokoknya masih tentram hidupnya, coba kalau udah punya anak pasti perang dunia kesatu'.

"Perang dunia apaan? Perasaan dunia lagi baik-baik saja," batin Murdi.

Kia yang sedang mengaduk adonan kue itu mendengar suara misterius seperti tikus nakal yang sering masuk ke dalam rumahnya.

Karena tak mendengar apa-apa lagi akhirnya Murdi membuka pintu dapur, hampir saja ingin meneriaki ada hantu, ternyata istrinya lagi cosplay jadi tukang ngaduk kue berakhir wajahnya dipenuhi dengan tepung-tepung.

"Kamu ngagetin aja, untung aku gak jantungan," ucap Murdi lalu membersihkan wajah Kia dengan tisu basah.

"Gak ada riwayat jantungan tapi ada riwayat diabetes kan?" tanya Kia menaik-naikan alisnya.

Murdi terkekeh, meniupi kedua mata Kia. "Diabetes mencintaimu itu wajar, yang gak wajar itu kalau diabetes mencintai orang lain."

"Bisa aja. Ngapain kesini?" tanya Kia menatap Murdi yang sedang membuang tisu.

"Di suruh Ayah ambilin minum, tapi gak tahu dispenser yang mana. Eh tapi nanti aja deh, Ayah juga masih makan buah mangga, tunggu Ayah manggil aja deh biar bisa berduaan sama kamu."

"Bertiga, ada saya di sini. Saya gak dihitung? Dikira saya hantu?" ucap Julaysya.

Murdi menoleh ke belakang, tersenyum malu. "Hehe. Ada Ibu, Ibu mertua tercantik yang saya punya."

"Ya kan situ nikah sama anak saya, emang punya mertua selain saya?" Julaysya manas-manasin menantu terabstruk tingkahnya seperti suaminya.

"Gak ada Ibu. Hanya Ibu, mertua sekaligus Ibu saya yang pernah saya kenal."

Di saat asik-asiknya tanya jawab, si biang kerok berkepala empat itu muncul di tengah-tengah dengan teriak-teriak persis orang hutan yang keilangan keluarganya.

"MURDI MINUM SAYA MANA? GAK TAU APA MANGGANYA ASEM BANGET!!

"Itu Ayah, itu dispenser namanya, tinggal Ayah pencet nanti keluar airnya."

"Bodoh malah ajarin cara pakai dispenser bukannya ambilin saya minum," gerutu Syametdi, mendorong pelan tubuh Murdi yang hampir saja terjatuh.

***

"Murdi nyetirnya hati-hati. Kalau ada waktu luang kesini lagi ya sayang," pekik Julaysya sambil melambaikan tangan pada anak dan menantunya yang sudah di dalam mobil.

"Iya Ibu. Dadah Ibu dan Ayah, kalau ada kabar bahagia aku kesini lagi," ucap Kia membalas lambaian tangan.

Murdi menancapkan gas dan mobil pun berjalan. Waktu dari rumah Kia ke kontrakkan cuma lima belas menit. Kia turun dari mobil, menggendong tas sekolahnya.

Murdi mengunci mobil lalu membuka pintu kontrakkan. Kia menjatuhkan badannya di sofa kecil, lelah sekali hari ini. Lelah hayati, lelah rohani, dan lelah jasmani.

"Hari ini hari pertama ku hari pertama jadi istri..senangnya hatiku jadi istrinya Murdi, jadi tahu tingkah lakunya. Murdi suamiku..Murdi jamet abadiku," Kia bernyanyi dengan lirik yang diganti, membuat sang pendengar tersenyum malu. Di akui jadi suami😌.

"Kia jangan marah mulu, nanti jadi tambah tua. Kia penyabar orangnya dalam menyindir."

"Duh aku kesindir, tertampol, ternyesss."

"Kia dikirim tuhan untuk melengkapiku, tuk jaga hatiku. Kiaaaa hastrat terindah untuk cintaku. Takkan cemas ku percaya kamu, karena kau jaga tulus cintamu. Ternyataa, Kia yang kutunggu," Murdi menyanyi membuat Kia ingin mengakak tapi takut dosa, yaudah gak jadi.

Kia membuka kaos kaki yang baunya sungguh mengalahkan bunga mawar. Dilempar kaos kaki itu dan tepat jatuh di wajah Murdi. Murdi sempat mencium bau kaos kaki istrinya itu, ingin muntah rasanya. Dia menutup hidungnya dengan rapat, memegang kaos kaki dengan menjepit dari ujung. Wajahnya sudah tertemplok kaos kaki, bisa kali ya namanya diganti jadi 'Mochamad Kaoskaki Murdiana'.

***

"Cara menyalakan kompor yang benar," Kia mencari tutorial di youtube, sudah ke sepuluh kali percobaan gagal saja. Malah kompornya hampir kelempar, kacau.

Murdi yang habis menerima telpon entah dari siapa, kayak orang penting aja. Murdi memegang tangan sang istri yang akan mencoba lagi menyalakan kompor, ia takut kompornya kenapa-kenapa dan takut kebakaran kontrakkannya, mana belum lunas bayar kontrakkan.

"Mau masak apa sih, kayaknya susah banget mau nyalain kompor?" tanya Murdi.

"Ini mau masak telor ceplok, nyalain kompor ribet banget deh," ucap Kia sambil menggaruk-garuk rambutnya.

"Mending kamu duduk manis aja, biar aku yang buatin telor ceploknya," ucap Murdi lalu membawa Kia ke ruang tamu.

"Rese banget jadi orang, baru juga mau belajar masak malah disuruh duduk manis," gumam Kia yang dapat di dengar oleh Murdi.

"Bukannya gak bolehin kamu belajar masak, cuma takutnya tiba-tiba ada berita 'pemirsa seseorang yang baru bisa menyalakan kompor ini tewas mendadak karena hangus terbakar' kan aku gak mau terjadi itu nanti aku jadi duda mana belum punya anak."

Kia memutar bola matanya malas, kalau udah ketemu satu frekuensi ya begini. "Untung Murdi di dunia cuma satu, kalau dua kepala gue rasanya mau pecah."

***

Pippp calon mantu👀

Masih ada yang baca gak sih kalau update malam-malam begini? Aku tadinya mau nulis part 9 buat besok, tapi karena gabut banget jadi update hari ini.

Maaf banget deh kalau part ini agak aneh atau beda dari yang lain. Nulis part ini sesuai munculnya aja yang ada dikepala, sebelumnya aku gak tahu part 9 mau ditulis apaan, jadi begitu deh😐🙃

Besok aku update lagi, InsyaAllah updatenya rutin. Biar cepet selesai jugaaa hehe😋

Makasih yang udah mau baca, vote, dan juga komen. ❤️ dari aku niehh untuk yang udah baca😀

Allahuma Lakasumtu Wabika Amantu. Kapan aku dapat restu jadi menantu Ibumu?🤓🙏🏻

ninasitajulyen dia pembaca favorit saya, orang sebenarnya yang menjadi Nina di dalam cerita ini. Mempunyai tingkah seperti Nina pada umumnya, yang terpenting...dengan membuat cerita ini, semoga anda bisa bersatu dengan bang Krish😗🤘🏻

Jumat, 19 November 2021
23.30

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang