Pria tua berumur empat puluh tiga tahun ya pasti kalian kenal, siapa lagi kalau bukan Opa Syametdi terhormat. Beliau datang ke rumah anak dan menantunya bersama sang istri, membawa beberapa mainan mahal untuk cucu-cucunya tersayang.
Loh Kakek Tejo kemana? Kakek Tejo udah meninggal kena serangan jantung😔👌🏻.
Syametdi menaruh beberapa paper bag cokelat itu di meja kaca. Ia merentangkan tangannya pada cucu tersayangnya. "Peluk Opa Sayang!"
Ravindra berjalan ke arah meja, mengambil tiga buah paper bag yang bertuliskan kartu kecil 'Vindra'. Sedangkan Ravenna berlari lalu memeluk sang Opa dengan erat, maklum sudah lama tak bertemu.
Syametdi menggendongnya, mengecup rambut tipis dan wangi itu. Mengelus punggung cucunya. "Opa bawa mainan loh, Venna mau gak?"
"Na inan na Opa?" tanya Ravenna menatap sang Opa.
(Mana mainan nya Opa?)
"Itu di meja, coba Venna turun dulu terus lihat Opa bawa mainan apa aja buat Venna."
Raveena turun dari gendongan sang Opa. Membuka satu persatu isi paper bag dengan bantuan sang Bunda. Ia mengamati satu persatu mainan yang dibeli Opa nya, rada aneh.
Ravenna memberi tunjuk semua mainan itu pada Opa nya, ia menggaruk rambutnya. "Ntu inan pa Opa? Lavenna tu cukana inan obot-obotan, dang-dangan, ma ucing ukan inan ntu!"
(Itu mainan apa Opa? Ravenna itu sukanya mainan robot-robotan, pedang-pedangan, sama kucing bukan mainan itu!)
Syametdi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Perasaan dia benar beli mainannya khusus perempuan, tapi kenapa cucu satunya ini menyukai mainan laki-laki?
"Itu barbie Sayang. Opa juga beliin kamu masak-masakkan, rumah-rumahan, alat lukis, make up gitu-gitu. Bukannya kamu pas itu Opa kasih mainan begini suka ya?" Syametdi menatap Ravenna sayu.
Ravenna menggeleng, menggerakkan jari telunjuknya di depan bibir Syametdi tanda bukan itu Opa. "Ntu lu kan tu Lavenna cih uka ma inan balbie, cak-cakkan, ama umah-umahan. Alo cekalang, ta Nda ita cebagai pelempuan lus lakik dadi Lavenna bih cuka inan towok bial lakik!" tangan Ravenna mengikuti gerakkan Bundanya seperti ini💪.
(Itu dulu kan Ravenna masih suka sama mainan barbie, masak-masakkan, sama rumah-rumahan. Kalau sekarang, kata Bunda kita sebagai perempuan harus lakik jadi Ravenna lebih suka mainan cowok biar lakik!)
Syametdi mengangguk, baru dua tahun penjelasannya ngalahin anak kuliah. "Terus mainan nya buat apa Sayang? Sia-sia dong kalau Opa beli ini semua?"
Ravenna menatap Bundanya meminta bantuan. "Nya ma Nda ja, angan nya ma Lavenna."
(Nanya sama Bunda aja, jangan nanya sama Ravenna.)
Kia pura-pura kaget, aduh bisa mati. "Hehe Ravenna anaknya Bunda pinter banget sih ngelesnya. Begini loh Ayah, lebih baik di sumbangkan yang membutuhkan aja gak sih? Lagian Ravenna bisa main bareng sama Ravindra. Ravindra juga rada aneh anaknya, dia baru beli mainan pasti minta lagi, jadi di sini udah banyak banget mainannya, Kia bukannya sombong loh Ayah, cuma sedikit menyombongkan diri."
Murdi tersenyum sok malu pada Syametdi, biasa habis nabung di kamar mandi. "Kenapa Sayang?"
Kia mencubit perut buncit suaminya, ikut campur urusan orang mulu. "Ngga apa-apa, buatin Ayah sama Ibu minuman di dapur!"
Murdi meletoykan badannya, suami menjadi babu ini namanya. "Dengan berat hati, iya Sayang."
"Jadi ini mainannya Ayah jual lagi aja yah? Yah Venna Opa jual ngga apa-apa kan?" tanya Syametdi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)
Narrativa generaleHai guys! Kembali lagi ke cerita aku yang ke-4👋🏻 Semoga kalian suka ya, dengan ceritaku kali ini🙏🏻 Sebelum baca diharuskan follow dahulu akun aku!! *** Ralasuki Arlena atau akrab disapa dengan Kia. Seorang gadis berumur 17 tahun yang memiliki si...