> 5 <

9.5K 239 12
                                    

Hari ini adalah hari dimana pernikahan Kia dan Pak Murdi. Pagi hari yang begitu cerah, semoga acara berjalan dengan lancar nantinya. Para tamu undangan sudah datang, yang diundang hanya beberapa kerabat dan tetangga.

Di kamar pengantin, Ralasuki Arlena yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya dan menjadi istri dari seorang supir pribadinya itu sedang duduk di depan meja rias.

Di dandani dengan cantik, menampilkan wajah yang sedang senang seperti pengantin pada umumnya. Rambut yang sudah di sanggul dengan beberapa hiasan. Memakai kebaya berwarna putih dan rok batik coklat.

Kia tersenyum pada perias handal itu. "Terimakasih membuat saya cantik seperti ini," ucapnya.

"Sama-sama mbak, mbak juga udah cantik sebelum saya make-up."

Kia terkekeh. "Kamu bisa aja."

Kia bangkit dari duduknya dengan bantuan sang Ibu. Ia memeluk Julaysya dengan isakkan kecilnya, Julaysya mengelus punggung anaknya dengan lembut.

"Udah sayang, Ibu ngga apa-apa kok. Ini keputusan Ayah kamu, jadi kamu harus buat Ayah bahagia untuk hari ini," ucap Julaysya menahan air matanya agar tidak menetes. "Ibu juga bahagia kalau kamu bahagia. Lupakan omongan Ibu semalam, kamu harus jadi istri yang baik buat suami kamu, harus nurut. Karena beberapa menit lagi tanggung jawab Ibu dan Ayah akan berpindah pada suamimu," lanjutnya.

Kia melepaskan pelukan dari Julaysya. Menghapus air mata Ibunya. "Ibu jangan nangis, aku sayang sama Ibu. Terimakasih sudah merawat aku selama ini, meskipun aku kadang suka bandel," ucap Kia dengan bergetar.

Julaysya tersenyum, menepuk pelan pundak Kia. "Ibu juga sayang sama kamu, putri kecil ku Kia."

Ceklek..

Suara pintu terbuka. Dia Nina Ameyra Julien, masih ingat kan? Berjalan mendekati kedua Ibu dan anak itu.

"Acara akad nikah sudah mau dimulai, ayo kita ke bawah."

Kia menatap Ibunya, Julaysya mengangguk.

Kia dituntun oleh Julaysya dan Nina, berjalan dengan anggun menuruni tangga. Senyuman yang terbit dibibir Kia membuat para tamu berbisik-bisik 'cantik ya dia'. Sampai tak sadar jika Kia sudah duduk di pelaminan, di samping Murdi yang sudah duduk dengan gagah layaknya raja yang akan menikah dengan ratunya.

Berpenampilan dengan menggunakan jas putih dan blangkon nikah motif batik.

Murdi melirik Kia, calon istrinya itu. Ia tersenyum tipis, rasa gugupnya sedikit hilang.

"Bagaimana mempelai pria sudah siap?" tanya Pak Penghulu.

Murdi mengangguk. "Bismillah, saya siap."

"Baik, kalau begitu. Acara akad nikah akan segera dimulai."

"Silahkan Pak Syametdi selaku orang tua dari mempelai wanita menjabat tangan calon menantunya," ucap Pak Penghulu itu.

Syametdi langsung menjabat tangan murdi dengan gemetaran, tangan murdi dan tangannya sama-sama gemetaran dan juga berkeringat tapi tidak terlihat siapa pun selain Kia, Penghulu, dan Pak Tejo.

"Pak Penghulu, saya gemeteran," bisik Syametdi.

"Jangan gemeteran dulu Pak belum juga dimulai," jawab Pak Penghulu dengan berbisik.

"Bisa kita mulai?" tanya Pak Penghulu pada Murdi dan Murdi mengangguk.

"Silahkan dimulai Pak Syametdi."

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Mochamad Murdiana bin Mochamad Sutejo dengan anak saya bernama Ralasuki Arlena dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang