> 17 <

4.2K 109 25
                                    

Hari ini Kia sekolah dengan penampilan beda tidak seperti biasanya. Memakai cardigan dan memakai rok panjang, itu semua atas perintah suami tercintanya. Terlihat begitu posesif setelah mengetahui istrinya hamil, pokoknya kalau mau keluar atau sekolah harus pakai yang serba panjang. Tangan dan kaki putih dan mulus itu hanya boleh dilihat oleh suaminya. Setan dari mana yang menyerang otak Murdi, mau sekolah aja udah kayak mau pengajian.

"Nah kalau kamu pakai baju yang bener begini makin tambah cantik. Uuuu cantiknya istriku," Murdi merapihkan rambut Kia yang terkena angin.

Kia memutar bola matanya malas, untung suami. "Yaudah aku masuk sekolah dulu. Kamu hati-hati dijalan, nanti jemput aku jam sebelas ya," Kia menyalami tangan Murdi.

Murdi mengecup kening Kia dengan lama, tangannya terulur mengelus perut Kia yang datar tertutup cardigan. "Kamu hati-hati yah sekolahnya. Jangan pecicilan, ingat di dalam perut kamu ada anak kita. Sayang, kalau Bunda kamu nakal nanti bilang sama Ayah ya," Murdi terkekeh.

"Udah ih, malu tahu dilihat sama orang. Aku masuk ya, bye Ayah," Kia berjalan dengan sedikit lari.

***

Kia baru saja duduk, tiba-tiba Nina datang langsung meluk dengan erat. Perut Kia hampir kegencet.

"Kiaa awhh ih gue seneng banget sumpah ketemu dedek bayi hihi."

Nina melepas pelukannya. Tersenyum dengan lebar-lebar, kayak habis dikasih tanah 2M.

"Lo kalau mau peluk pelan-pelan. Ada anak gue diperut, untung gak meletus," Kia mengelus perutnya.

"Ih maaf lupa hehe..lagian kok perutnya masih datar-datar aja sih. Setahu gue kalau orang hamil tuh perutnya gede, perut lo aneh gak membesar. Isi perut lo sebenarnya manusia atau cacing sih?"

"Lo kira orang hamil langsung gede apa perutnya? Bertahap dulu dong. Kalau langsung gede ntar keluarnya dugong," jawab Kia.

Nina memanyunkan bibirnya. "Ehm gue gak tahu, pas SMP belajar IPA suka ketiduran. Nanti kalau perut lo udah gede kayak gorila gue tusuk pakai jarum suntikkan?" ucapnya. "Kece gak tuh?" lanjutnya.

Kia mencubit hidung Nina sampai Nina kehabisan nafas. "Kalau perut gue ditusuk yang ada anak gue mati lah geblek!!"

Nina mencolek pipi Kia. "Ya tinggal buat lagi kok rempong, gue jadi saksi bisu pembuat adonan anak lo juga bersyukur."

"Enak di lo, gak enak di gue."

Nina menatap perut Kia yang tertutup oleh cardigan putih. "Kenapa pakai cardigan, padahal hari ini gak hujan?"

"Di suruh sama Mas Murdi. Semenjak dia tahu kalau gue hamil dia jadi posesif banget, terus gue kalau keluar rumah harus berpakaian serba panjang. Semalam aja gue cuma mau ambil minum dia malah ngikutin gue."

"Ya Allah najis banget sumpah lo manggil Mas Murdi, rasanya gue kayak habis makan tainya kerbau. Kenapa gak sekalian pakai gamis, nah lo harusnya sekolah pakai kerudung biar kelihatan kayak Ibu-ibu."

"Gue belum jadi Ibu-ibu masih calon Ibu," balas Kia tak mau kalah.

"Yaudah sih nanti juga bakalan jadi Ibu. Gue aja yang belum pernah hamil udah jadi Ibu," jawab Nina.

Kia mengerutkan keningnya. "Ibu dari mana, punya anak aja belum?"

"Ada tahu di rumah, kucing gue. Si Lonthe dan si jalang," jawab Nina sambil membayangkan kedua kucingnya yang sudah memiliki anak sebanyak dua belas.

Kia melotot, bisa-bisanya Nina ngomong tanpa disaring terlebih dahulu, mana di kelas banyak anak laki-laki. "Dari pada jadi Ibunya si kucing, mending lo jadi Ibu dari anak Krishna."

Terpaksa Menikah Dengan Om Mesum (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang