Rasanya matanya berat sekali. Ia mau tidur saja walaupun rasa pusing dan juga hidung yang tersumbat mengganggu ketenangan tidurnya.
Sesekali ia mengganti posisi tidurnya karena tidak nyaman.
Tubuhnya tersentak saat tiba-tiba ia baru mengingat bahwa hari ini adalah kelas dosen yang paling di segani oleh seluruh mahasiswa di sana termasuk dirinya.Pak Edi.
Ia melirik jam dinding yang disana menunjukkan pukul 09:48 yang mana kelas dosen itu dimulai pada jam 10:15.
Dengan segera ia menyibak selimut yang sedari tadi membungkus badannya. Seketika rasa dingin langsung saja terasa.
Matanya perih, efek flu yang sangat membuat dirinya tidak nyaman. Ia mengenakan jaket hitam miliknya.
Ia juga menggunakan masker dan juga topi senada dengan jaket yang dikenakan olehnya.
"Berangkat ke kampus?" Tanya sang ayah yang tak sengaja berpapasan dengannya di ruang tengah.
"Iya Pa."
"Kok tertutup banget. Kaya mau kemana aja.." balas sang ayah dengan memerhatikan pakaian hampir serba hitam yang digunakan anaknya itu.
"Di luar dingin jadi mau pake jaket, Dika pamit Pa.. takut telat."
Ia berkali-kali mengumpat pelan saat taksi yang ditumpangi dirinya tak kunjung melaju juga. Mau meninggalkan, ia kasihan. Tapi jika dipikir kembali, dirinya lebih kasihan lagi.
Kepalanya pusing, sekarang sudah pukul 10:08 ia tidak yakin akan sampai kesana tepat waktu.
Jika dosen lain ia tidak akan peduli. Tapi ini Pak Edi. Dosen killer yang perfeksionis. Ia tidak menyukai ketidak hadiran dan juga ketelatan.
"Pak? Maaf banget ya. Saya ada kelas, bapak saya sampai sini saja ya Pak. Sekali lagi saya minta maaf." Ujarnya kemudian.
Ia tidak peduli. Bagaimanapun itu, ia harus segera bergegas. Ia masih sayang nilainya.
Benar saja. Setelah sampai ia sudah telat. Ia sampai pada pukul 10:23. Ia menarik napasnya dalam-dalam sebelum masuk.
Terserah, ia tidak peduli lagi apa yang akan terjadi selanjutnya.
Serius ia tiba-tiba gemetaran karena takut. Ia juga menduga bahwa ia akan menjadi pusat perhatian disana karena datang terlambat. Bagaimana lagi, ia sudah berjuang untuk sampai ke sini.
Diliriknya tatapan mengintimidasi dari Pak Edi yang baru menjelaskan materi miliknya.
"Siapa kamu? Masuk kelas saya sembarangan."
"Saya Mahardhika Adiatama. Telat 8 menit dikarenakan taksi yang saya tumpangi tiba-tiba mogok. Mohon pengertiannya."
"Saya gak mau tau."
"Tapi Pak.."
"Keluar dari kelas saya, tidak boleh ada sembarang orang masuk ke kelas berharga saya. Jika kamu benar-benar mau masuk kelas saya, harusnya kamu tidak datang terlambat kan?"
Matanya yang perih akibat flu dan juga pandangan yang ikut memburam. Pusing sekali rasanya, dingin juga ia rasa.
Cukup. Mahardhika tidak akan menjawab lagi, emosinya sudah berada di puncak dan siap mengeluarkan sumpah serapahnya detik itu juga.
Ia pergi begitu saja, persetan dengan perjuangannya yang tak dihargai disini. Ia membiarkan Dosen itu menang dengan rasa sombongnya.
Ia membenarkan posisi topi dan juga maskernya, sesekali berpegangan pada dinding di sepanjang lorong menuju keluar karena tubuhnya terasa lemas dan tidak bertenaga.
Tiba-tiba seseorang meraih tangannya untuk membantu ia berjalan tanpa berpegangan pada dinding.
"Kalo lagi sakit gak usah maksain." Ucap lelaki itu.
Mahardhika menunduk, terserah mau menolak pun ia sudah tidak ada tenaga. Siapapun yang menolongnya ia tidak peduli. Ia hanya ingin cepat sampai di rumah dan tidur kembali.
"Pulang kemana? Biar gua anter."
"Gak usah. Tolong cari taksi aja." Ucapnya dengan suara yang serak.
"Yaudah hayu, btw pacar lo titipin lo ke gua."
"Ha?"
"Katanya dia masih ada kelas."
"Gimana sih? Kok dia bisa tau gua dateng?"
"Gak tau. Mungkin ada orang di kelas lo tadi yang bilang ke cewe lo. Dari cewe lo bilang ke gua."
"Terserah, gua pusing."
"Elah, lemah. Tapi serius badan lo panas banget ."
"Ya."
"Apaan? Gak jelas ya. Ya. Doang."
"Gua.. pusing banget."
"Yaudah, sorry sorry.."
Alih-alih mencari taksi, seseorang itu malah menuntun Mahardhika menuju mobilnya.
Karena menunggu sebuah taksi akan sedikit merepotkan pikirnya.
"Mobil gua aja ya? Gua anterin kok."
"Mmm.."
"Lo mau di belakang aja ga? Biar bisa rebahan."
"Gapapa.. udah males pindah." Jawabnya sambil memejamkan mata di kursi depan.
Sepanjang perjalanan ia tidak berani berbicara apa-apa lagi. Kali ini ia biarkan pacar dari temannya itu istirahat.
Namun lama kelamaan fokusnya teralihkan pada sebuah masker yang sedari tadi tidak dilepaskan oleh lelaki tersebut.
Lama-lama ia mulai merasa gemas untuk membuka masker tersebut. Bagaimana bisa ada orang yang tertidur dengan memakai masker pikirnya.
"Eh, lo buka aja maskernya. Gua risih aja, berasa ikut engap liat lo." Ucapnya yang langsung membuat ia terbangun.
Kemudian sebelah tangannya bergerak untuk membuka masker tersebut.
Ia mendadak mengerem mobilnya saat melihat wajah seseorang di balik masker itu.
"Tunggu, tunggu.. gua gak salah liat kan?" Tanyanya yang tampak sangat terkejut.
"Mahardhika?"
"Hah?" Jawabnya sambil berkali-kali memfokuskan pandangannya yang terasa buram.
•TO BE CONTINUED•
...
A/N: Biasa lah ya, Ketidakjelasan alur dan juga kata. Juga typo, mohon di maafkan haha
Besok senen! Hari ini sy iri gak bisa ke LA nyusul lakik sy🙂👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Mahardhika
Teen Fiction"Semesta Mahardhika itu cuma mama sama papa. Jadi jangan tinggalin Dika. Kalo mama sama papa pergi, Dika sama siapa?" •••••• Mahardhika rasa dunia sedang bercanda saat tiba-tiba Mama pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan Papa yang bahkan jug...