•Empat Puluh Enam•

4.2K 479 61
                                    

"Operasi kamu udah di jadwalin minggu depan. Jadi harus banyak-banyak istirahat ya?"

"Serius bunda?"

"Iya."

Mahardhika terdiam sejenak sebelum kembali bertanya.

"Bunda?"

"Apa?"

"Katanya..kanker paru-paru gak bisa sembuh."

"Lohh? Siapa yang bilang? Bisa sembuh. Pasti bisa asal kita semua mau berusaha. Tetep sabar sama semangat. Itu kuncinya."

"Bunda tau operasi gak akan sembuhin kanker paru-paru kamu sepenuhnya, tapi gak ada salahnya kan kita berusaha?" Lanjut Anggiana sambil menatap Mahardhika.

Mahardhika mengangguk paham walaupun masih tersisa sedikit raut keraguan yang tergambar di wajahnya.

"Bunda percaya kamu bisa lewatin ini semua ini. Kita semua.. ada buat kamu."

Mahardhika memeluk Anggiana erat, kemudian menidurkan kepalanya di atas paha Anggiana yang siap mengelus kepalanya saat itu juga.

"Bunda.."

"Hm?"

"Kalo seandainya aku gagal di atas meja operasi.."

"Hey.."

"Tolong maafin Tama ya? buat semuanya. Kalo Tama di takdirin pulang duluan Tama minta maaf belom bisa kasih apa-apa buat kalian."

"Bunda gak mau kamu ngomongin ini."

"Tapi Tama mau. Tama takut, takut gak bisa bangun lagi terus gak sampe bilang ini ke Bunda."

Mau bagaimanapun Anggiana berusaha keras menahan air matanya, air mata itu tetap turun begitu saja dengan sendirinya.

Anggiana mengusap air matanya.

"Udah ya? Buat sekarang, kamu jangan mikirin hal-hal negatif yang belum tentu terjadi. Sekarang waktunya ber positive thinking aja."

"Bunda.. aku sayang Bunda.. sayang banget."

Anggiana mengecup singkat pucuk kepala Mahardhika sayang.

"Bunda juga. Jadi bertahan ya?"

•••

Siang ini Mahardhika tengah berjalan sendiri menuju sebuah mini market untuk membeli beberapa macam camilan untuk menemaninya saat menonton film nanti.

Karena jarak dari rumah dan mini market terhitung cukup dekat, jadi Mahardhika terbiasa pergi berjalan kaki sendirian di sana.

Ia mengambil beberapa cemilan yang ia mau dan kemudian melirik sebuah yogurt kesukaan Adam disana.

Sempat berpikir sebentar sampai selanjutnya ia memutuskan untuk membeli dua buah yogurt itu untuk ia berikan pada Adam.

Selesai membayar dan hendak berjalan pulang lagi, tiba-tiba sebuah kecelakaan terjadi tepat di depannya.

Yang mana ia menyaksikan sendiri bagaimana ada seorang pria yang tertabrak begitu cepat di depan matanya.

Ia menutup matanya dan menutup telinganya begitu tiba-tiba ia merasakan de javu.

Ia berjongkok  sambil menutup telinganya erat-erat. Sekelebat bayangan-bayangan ia tertabrak hingga terlempar ke pinggir jalan, merasakan sakit luar biasa pada kepalanya, mencium bau amis dari darah sampai membuatnya pusing, suara ribut orang-orang,  semuanya. Ia dapat merasakannya.

Ia berteriak kencang dengan air mata yang sudah bercucuran akibat kesakitan.

"Hey.. calm down.. calm down.."

Semesta Mahardhika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang