Adam saat ini rasanya mau marah saja. Tidak mau tau bagaimana caranya, ia harus mengeluarkan seluruh emosinya agar lega.
Namun melihat Mahardhika yang pergi meninggalkan dirinya ia jadi merasa gagal menjaga anak itu sesuai perkataan bunda.
Walaupun dulu Mahardhika sering mengatakan kalau ia merindukan ibunya, tapi sekarang situasinya sudah berbeda.
Sekarang Mahardhika yang kehilangan ingatannya hanya menganggap Farra bukan siapa-siapa.
Jadi akan lebih baik jika Farra pergi saja dan jangan mengganggu hidup Mahardhika yang baru.
Melihat bagaimana raut sesal yang Mahardhika tampakkan kepadanya. Adam juga tau pasti ini sangat sulit bagi Mahardhika.
Dimana semua sumber masalah yang ada itu berhubungan dengannya. Dan tentu Adam tau betul sifat Mahardhika yang sering menyalahkan dirinya walaupun sebenarnya itu bukan salahnya.
Adam membasuh wajahnya berkali-kali saat mata sembab nya masih tampak jelas disana.
Baru seminggu Mahardhika pergi, namun rasa sepinya datang dengan cepat.
Dan Anggiana masih belum kembali. Itu artinya Farra belum menepati janji.
Ia harus segera menemui Anggiana dan memberitahu segalanya.
Adam yang tengah sendiri di rumah mengerutkan keningnya bingung saat terdengar bel dari luar tanda ada seseorang yang akan datang.
Adam kira itu bunda, namun ternyata ia salah besar.
Salahkan Adam yang terburu-buru membuka pintu. Tanpa tau siapa di balik pintu itu.
Tepat saat pintu terbuka sebuah pukulan kencang mengenai pipi kirinya. Membuat Adam jatuh tersungkur seketika.
"Bangsat! Berani-beraninya bohongi saya kalau Mahardhika meninggal!"
Ya. Itu Bara. Entah bagaimana ia bisa sampai kesini.
Belum sempat Adam menatap Bara, Bara sudah lebih dulu melayangkan kembali pukulannya ke arah Adam secara bertubi-tubi.
"Dimana anak saya?"
Adam membuang ludahnya yang bercampur dengan darah.
"G-gak ada.."
Adam menutup matanya saat Bara kembali mengangkat tangannya. Namun entah kenapa kali ini Bara mengurungkan niatnya.
Tubuh Adam di lempar begitu saja sampai terdorong menuju pojok ruangan.
Bara pergi memasuki rumahnya dan memanggil-manggil nama Mahardhika ke seluruh ruangan.
"Dika ayo pulang!"
"Mahardhika!"
Adam memegangi kepalanya yang terasa sakit. Kemudian ia bangkit dan mengikuti kemana Bara pergi.
"Udah saya bilang gak ada!"
"Kamu pikir saya percaya? Kamu bisa aja berusaha bohongi saya lagi kan? Sekarang kasih tau dimana Mahardhika."
"Saya juga gak tau Mahardhika sekarang dimana!"
Bara mencari sampai ke setiap sudut ruangan dan mengacak-acak semua barang sambil meneriakkan nama Mahardhika dengan brutal.
"Om cukup!! Atau saya lapor polisi sekarang?" Adam geram. Ia berteriak sambil mendorong jauh jauh Bara agar keluar dari rumahnya.
"Berani kamu sama saya?!" teriak Bara tidak mau kalah dengan mendorong Adam lebih kuat sampai terjatuh dengan kerasnya.
"Sedari awal kalian sudah terlalu banyak ikut campur soal urusan keluarga saya. Sampai-sampai kalian berani memalsukan kematian anak saya sendiri. Dan membawanya ke negara asing ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Mahardhika
Teen Fiction"Semesta Mahardhika itu cuma mama sama papa. Jadi jangan tinggalin Dika. Kalo mama sama papa pergi, Dika sama siapa?" •••••• Mahardhika rasa dunia sedang bercanda saat tiba-tiba Mama pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan Papa yang bahkan jug...