Mahardhika kini sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus untuk mempermudah proses pemeriksaan.
"Pasien Mahardhika, tolong berbaring secara terlentang ya?" Ucap seorang dokter kepadanya.
"Tangannya dingin banget, kenapa? tegang ya?" Dokter itu bertanya saat menyentuh tangan Mahardhika.
Dan Mahardhika mengangguk, entah apa yang terjadi. Tetapi ia merasa gugup sekali.
"Udah disuruh puasa kan?"
"Udah dokter."
"Baguss.."
Kemudian seorang perawat memasangkan oksigen tambahan melalui hidungnya.
Lalu si dokter menyuntikkan obat penenang agar pasiennya ini merasa lebih rileks.
"Tenang ya.. atur napasnya pelan-pelan. Sekarang coba tahan napas sebentar pas saya semprot obat ke bagian belakang tenggorokan kamu ya."
Mahardhika mengangguk.
Beberapa menit kemudian Mahardhika merasa tenggorokannya mati rasa.
Tujuan dokter melakukan prosedur ini adalah, obat yang di semprotkan ke bagian belakang tenggorokan bertujuan untuk mencegah tersedak saat bronkoskop diturunkan ke trakea ke dalam bronkus.
Kemudian dokter memajukan bronkoskop ke tenggorokan Mahardhika dan masuk ke saluran udara. Lalu Saat bronkoskop maju, jaringan dan struktur akan diperiksa.
Mahardhika mengernyit tidak nyaman saat bronkoskop dimajukan.
"Tahan sebentar ya?"
Dokter mengambil satu sampel jaringan yang diperoleh dengan menggunakan jarum, forsep, atau kuas.
Kemudian bronkoskop dilepaskan.
"Langsung kirim ke laboratorium." Ucapnya untuk mengirimkan sampel ke laboratorium untuk segera diperiksa.
"Sudah ya.. coba batuk, bisa gak?"
"Sa..kit dokter.." Ucapnya saat merasakan sakit di tenggorokannya.
"Yasudah, kalau begitu kamu boleh ke ruangan kamu lagi. Nanti pas dokter datang periksa kamu harus segera batuk ya? Kalau bisa harus sampai muntah."
Tak lama kemudian rasanya tenggorokan Mahardhika terasa gatal.
Mahardhika menahan batuknya karena merasa takut untuk mengeluarkan batuknya.
"Gak apa-apa, gak apa-apa hey.. batuk aja jangan di tahan."
Wajah Mahardhika sudah memerah kali ini.
"Sakit.."
"Iya, pelan-pelan aja.."
Kemudian Mahardhika terbatuk dengan menutup matanya kesakitan sambil memegang selimutnya kencang.
"Kesini, muntahinnya.." Sang dokter memberikan sebuah wadah untuk memantau muntahannya.
Si dokter melihat muntahan tersebut dan mengangguk. Ia melihat sedikit darah di sana.
"Sekarang kamu istirahat, nanti kalau memungkinkan kita langsung rotgen sama CT-scan."
•••
Mahardhika sedang meminum air putih memakai sedotan. Walau tenggorokannya terasa sakit, bahkan kini Anggiana tengah menatap Mahardhika memerhatikan.
"Dika gak apa-apa.." Ucapnya.
"Apapun hasilnya nanti Dika gak apa-apa.."
Anggiana mengusap bahu Mahardhika, "Kita berdoa yang terbaik, apapun yang terjadi kamu harus tetep kuat ya? Kita hadapi sama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Mahardhika
أدب المراهقين"Semesta Mahardhika itu cuma mama sama papa. Jadi jangan tinggalin Dika. Kalo mama sama papa pergi, Dika sama siapa?" •••••• Mahardhika rasa dunia sedang bercanda saat tiba-tiba Mama pergi begitu saja meninggalkan dirinya dengan Papa yang bahkan jug...