Gemila adalah gadis yang imut, ditambah dengan badannya yang mungil— membuat gadis itu terlihat lebih muda dari usia seharusnya. Rambut hitam yang dibiarkan lurus sebahu, ditambah dengan kulit yang cerah semakin memperindah tampilannya.
Jika dilihat, Gemila itu seperti anak perempuan yang pemalu, kalem, juga pendiam. Tapi jika dikenal lebih jauh, Gemila sangat bertolak belakang dari tiga hal tersebut. Justru, gadis itu paling banyak bicara, paling tidak bisa diam dan tidak ada malunya jika sudah bertemu dengan teman-teman dekatnya. Oh, ralat; hanya teman dekatnya, yaitu Albi.
Kemarin, Hadif bilang kalau wajah Gemila tidak cocok untuk ribut. Kini gadis itu terkekeh, lalu menatap Albi yang tengah memakan nasi goreng buatannya sendiri. "Albi, muka gue seenggak pantes itu ya buat ribut? Muka gue terlalu soft, ya?" tanyanya.
"Muka lo tuh muka-muka anak manja tau gak, Gem? Orang-orang yang nggak kenal lo, nggak bakal tau kalo ribut adalah makanan lo dari dulu."
"Tapi kan gue udah berubah," sahut Gemila pelan.
"Kenapa tiba-tiba lo nanya begitu?"
Gemila memamerkan jajaran giginya yang rapi, "kemarin Hadif bilang, kalo dia kaget liat gue ribut ... katanya muka gue ga cocok. Berarti dia ngeliat gue sebagai cewek baik dan lembut, ya?"
"Kayak yang gue bilang tadi," sahut Albi. "Lain kali nggak usah diladeni, Gem. Kalo mereka dateng, lo pergi aja. Sekarang kita udah kelas tiga, kurang-kurangin bermasalah di sekolah, gue cuma takut kejadian dulu terulang lagi."
"Gue jauh lebih takut dibanding elo, Bi. Tapi Lula nya ngeselin banget, Rere apalagi. Gak inget apa dulu dia cupu."
"Lo mikir gak kenapa Rere sekarang kaya gitu? Itu sebenernya karena ulah lo di masa lalu, dia jadi dendam sama lo. Dia harusnya tau kan kalo yang dulu tuh fitnah?"
Gemila mengangguk. "Iya dia tau, waktu Nadia minta maaf di sekolah kan ada dia. Tapi yaudahlah, lo bener kayaknya, dia dendam sama gue."
"Yaudah, anggap aja kelakuan Rere yang sekarang sebagai penebus dosa lo sama dia dulu," sahut Albi yang baru saja menyelesaikan sarapannya. "Yuk berangkat!"
"Tapi gue gak pernah ngapa-ngapain Rere," terang Gemila.
Albi mendaratkan tangannya di bahu Gemila. "Tapi lo join circle Nadia, lo ikut waktu mereka bully Rere dan anak-anak lainnya, lo selalu ikut tiap kali mereka jahatin adek kelas. Mau sebaik apapun lo, tapi kalo lo join circle itu ya pandangan orang ke lo tetep buruk, Gem. Makanya dulu gue sering banget bilang sama lo, cari temen yang bener, tapi lo nggak mau dengerin gue."
"Udah ya, jangan dibahas lagi, jangan disesalin lagi. Sekarang kita berangkat, ntar siang dapet traktiran dari Hadif."
"Emang gue diajak?" tanya Gemila.
"Diajak! Kalopun Hadif gak mau traktir lo, makanan lo gue yang bayarin. Pokonya lo harus selalu sama gue, Gem."
Gemila menggeleng. "Gue nanti sendiri aja, deh. Kita di sekolah gausah deket, ya?"
"Apa sih? Gara-gara kemarin? Gak usah didengerin, itu si Lula kalo gue ajak gabung juga gak bakal nolak, dia cuma iri sama lo, Gem. Gue gak mau tau lo harus tetep sama gue."
Setelahnya Albi menarik Gemila untuk segera naik ke motor, "kalo lo coba-coba jauhin gue, gue bakal jauhin lo beneran."
"Serem banget, iya enggak!"
******
"Mau gue traktir pas istirahat pertama atau kedua?" tanya Hadif ketika mereka tengah berada di tempat biasa mereka kumpul di pagi hari; di parkiran paling pojok tepat dii bawah pohon mangga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hadif dan Senayan
Novela JuvenilTentang Hadif, yang memilih sekolah di daerah Senayan- yang jaraknya jauh sekali dari rumah- hanya untuk bisa bertemu dengan Ibu dan kakaknya. Tentang Hadif, laki-laki tujuh belas tahun; yang dihancurkan rumahnya, dipatahkan hatinya juga dikhianati...