18. Boleh ya, Bu?

232 53 10
                                    

Sebuah penyesalan Hadif di pagi hari adalah, kenapa semalam ia bergadang sampai pukul tiga dini hari, dan baru terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Yang mana artinya, ia sudah amat sangat terlambat untuk berangkat ke sekolah.

Hadif mendengus di atas ranjangnya, menatap Gatra yang masih tertidur lelap di sisi sebelahnya. Semalam mereka menghabisi malam dengan bermain nintendo switch.

Awalnya, Hadif tidak ingin tidur; karena ia sadar, tidak ada mbak Ayu yang akan membangunkannya. Tetapi, Gatra meyakinkan Hadif dengan mengatakan. "Udah tidur dulu aja satu atau dua jam, nanti gue bangunin jam lima. Yang penting mata lo merem dulu, biar di sekolah nggak terlalu ngantuk. Lagian Ayah bakal marah kalo tau lo nggak tidur semaleman, apalagi paginya sekolah."

Pada akhirnya Hadif menuruti perkataan Gatra, namun kenyataannya; laki-laki itu tidak membangunkannya. Hadif menggeser tubuhnya ke tepian kasur, menurunkan kakinya sampai telapak kakinya menyentuh lantai, lalu berdiri dan berjalan dengan lunglai ke pintu balkon.

Pintu itu tidak dikunci, Hadif langsung membukanya dan memilih untuk duduk di beanbag yang semalam sengaja ia bawa ke balkon. Laki-laki itu mengambil bungkus rokok yang tergeletak di lantai, dan mengeluarkan satu batang rokok menggunakan mulutnya.

Tembakau itu menyala setelah salah satu ujungnya terbakar oleh api, sedangkan Hadif langsung mengisap zat adiktif itu, ditarik sebentar asapnya ke dalam tenggorokan sebelum akhirnya kembali ia keluarkan.

Tidak ada hal lain yang Hadif lakukan selain merokok, lima belas menit sudah berlalu tetapi Hadif belum selesai dengan rokoknya. Belakangan ini, ia memang sedang aktif-aktifnya merokok.

Laki-laki itu tahu bahayanya rokok, bahkan di bungkusannya pun sudah terpampang jelas penyakit-penyakit yang diderita oleh perokok; tapi nyatanya hal itu tidak pernah berhasil membuat Hadif berhenti dengan rokok, dalam sehari ia bisa habis satu bungkus atau lebih.

Kalau Ibu tahu kelakuannya yang sekarang, sudah pasti ia akan diceramahi habis-habisan. Haga yang dulu merokok sehari tiga kali saja diceramahi seminggu penuh, apalagi kalau Ibu tahu Hadif merokok lebih dari sebungkus dalam satu hari? Mungkin akan diceramahi sepanjang hari dalam satu tahun penuh.

"Lo nggak sekolah?" tanya Gatra yang sepertinya baru saja bangun.

"Kesiangan," jawab Hadif sekenanya.

Gatra melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, "bangun jam berapa lo?"

"Jam tujuh."

"Gue bangunin dari jam lima, lo bangunnya jam tujuh?" tanya Gatra sedikit tidak percaya. "Perasaan lo udah duduk waktu gue bangunin, makanya gue tidur lagi."

"Ngimpi kali lo, gue nggak ngerasa dibangunin sama lo."

"Ah nggak, gue emang bangunin lo kok, beneran."

Hadif tidak menjawab lagi, ia mematikan bara di rokoknya yang sudah pendek, lalu membakar rokok yang baru.

"Mau sarapan?" tanya Gatra.

"Ntar, abisin rokok dulu."

Gatra mengangguk, "oke ... gue mandi dulu, nanti sekalian siapin sarapan buat gue ya. Gue mau langsung berangkat kuliah, ada urusan soalnya."

"Apaan anjing?" tanya Hadif tidak terima.

"Tolong ya, Adek." Gatra langsung pergi setelahnya.

*****

Setelah selesai sarapan, Gatra langsung pergi kuliah, katanya ada tugas yang belum ia selesaikan dan ingin menemui seseorang di kampusnya. Lalu, setelah Gatra menghilang dari pandangannya, dan terdengar suara mesin mobil yang dinyalakan, yang suaranya semakin lama semakin menghilang; Hadif kembali merasa sepi.

Hadif dan SenayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang