Sekolah hari ini benar-benar padat, semua pelajaran diisi penuh; tidak ada jam kosong sama sekali. Dari awal sampai akhir, masing-masing guru memberikan setumpuk catatan juga ada beberapa yang memberi tugas.
Hadif bahkan harus merelakan jam istirahatnya untuk mencatat materi. Tidak hanya Hadif, hampir tiga puluh lima persen murid di kelasnya memilih untuk mencatat dibanding pergi ke kantin.
Alhasil, begitu bel pulang berbunyi, Hadif langsung mengemasi barang-barangnya dan bergegas untuk ke kantin. Ia dan Elzio sudah janjian untuk mampir ke kantin sebelum balik ke rumah, diikuti dengan temannya yang lain.
"Bakso lo tipes, Dif?" tanya Andaru begitu ia melihat mangkuk bakso milik Hadif yang terlihat pucat sebab tidak memakai saos, sambal, ataupun kecap.
"Makanan sehari-hari dia aja melebihi orang tipes anjir," sahut Jason kepada Andaru.
Hampir semua yang ada di meja itu tertawa, kecuali Hadif. Laki-laki itu hanya fokus memakan baksonya, sebab ia ingin kembali ke rumah setelah semalam bermalam di rumah Albi.
"Barang-barang lo yang masih di rumah gue, mau lo ambil kapan?" tanya Albi.
"Kalian semalem ngumpul? Gue nggak diajak?" tanya Elzio.
"Lah seriusan pada ngumpul? gue juga gak diajak," sambar Andaru tidak terima. "Wah parah nih!"
"Gue udah bilang Albi, kalo mau ajak yang lain ajak aja. Tapi dia dateng sendiri," jelas Hadif saat teman-temannya terlihat kecewa ketika tidak diajak kumpul.
"Tapi lo parah si Dif, kabarin orang rumah kek kalo mau nginep, abang lo sampe ke rumah gue malem-malem." Itu Jason, semalam ia sampai panik ketika tiba-tiba Gatra ke rumahnya dini hari dan mengatakan kalau Hadif belum pulang ke rumah.
"Hp gue mati, pas nyampe rumah Albi juga langsung tidur. Gatra nginep rumah lo kan akhirnya?"
Jason mengangguk, "iyalah ... itu udah hampir jam dua pagi, ya kali gue biarin dia balik. Lo abis ini langsung balik ye, jangan ke mana-mana ... awas aja!"
"Gue ke rumah Albi dulu ambil barang-barang gue."
"Tapi gue mau ngawasin anak futsal dulu," ujar Albi.
"Kenapa jadi lo, Bi?" tanya Andaru.
"Raja ada urusan, tapi anak-anak harus pada latihan. Biasalah, jadi dia minta tolong sama gue buat ngeliatin anak-anak."
"Ish kenapa lo gak bilang sama gue?" tanya Gemila sedikit kesal. "Kalo tau gitu ngapain lo ajak gue ke sini, mending gue langsung balik. Gue gak mau ya kalo lo minta gue nungguin lo."
Albi kembali melirik Hadif sekilas, "lo balik bareng Hadif deh kalo begitu, sekalian anterin dia ke rumah gue buat ambil barang-barangnya. Gimana, Dif, mau nggak?"
Hadif merasa sedikit curiga kalau ini adalah cara Albi untuk mendekatkan dirinya dengan Gemila, laki-laki itu melirik Albi dan Gemila secara bergantian. Ketika ia tengah menatap Albi, anak itu tengah menahan senyum jahilnya. "Iya, balik bareng gue ya, Gem."
"Eh? Gapapa? Nanti ngerepot—" belum selesai Gemila berbicara, Hadif sudah memotongnya. "Gapapa, kan sekalian mau ke rumah Albi. Jadi nggak ngerepotin sama sekali."
"Yaudah yuk!" Hadif berdiri dari kursi setelah menghabiskan bakso terakhirnya, lalu ia mengambil air mineral miliknya dan meminumnya sampai tandas.
"Lo balik sekarang?" tanya Andaru
Hadif mengangguk. "Iya ... Gue duluan ya. Ayo, Gem."
Mendengar itu Gemila langsung berdiri sembari memegang cemilannya, "duluan ya semua!"
![](https://img.wattpad.com/cover/290145977-288-k322198.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadif dan Senayan
Novela JuvenilTentang Hadif, yang memilih sekolah di daerah Senayan- yang jaraknya jauh sekali dari rumah- hanya untuk bisa bertemu dengan Ibu dan kakaknya. Tentang Hadif, laki-laki tujuh belas tahun; yang dihancurkan rumahnya, dipatahkan hatinya juga dikhianati...