7. Kangen Ibu

295 76 95
                                    

"Gue butuh penjelasan lo." itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Gemila ketika Albi baru saja tiba di rumahnya.

Albi menggelengkan kepalanya, "nggak-nggak nanti dulu, gue capek. Mau minum es, bikinin dong, Gem."

"Nggak mau! Gue butuh penjelasan lo sekarang," terang Gemila sudah tidak sabar.

"Penjelasan apa sih?"

"Kenapa Hadif tau kalo gue suka sama dia?" tanya Gemila.

Albi mengerutkan keningnya, "eh? Dia ngomong ke lo?"

"Ya lo ngapain bilang ke dia? Kan gue udah bilang, itu rahasia. Kenapa lo bocorin langsung ke orangnya?"

Laki-laki itu mengacak rambutnya, lalu mengusap wajahnya kasar. "Duh ... gimana ya. Semalem tuh diluar kendali gue banget, gue sadar tapi gue gak bisa kontrol mulut gue buat diem. Jadi yaudah, gue curhat sama dia."

"Ya tapi emang harus lo ceritain tentang perasaan gue ke dia?" tanya Gemila tidak habis pikir.

"Itu diluar kendali gue, Gemila. Gue minta maaf deh, maaf banget. Emang orangnya marah?"

"Nggak sih, tapi kan gue jadi malu."

"Dia bilang apa?" tanya Albi.

"Sekarang gimana? Masih suka sama gue nggak, kalo tau gue minum juga." Gemila menirukan kalimat yang tadi Hadif berikan untuknya.

"Serius dia bilang gitu?"

Gemila mengangguk. "Dia juga bilang makasih karena gue udah suka dia, tapi gue gak boleh berekspektasi tinggi-tinggi ke dia. Itu artinya dia nolak perasaan gue kan?"

"Kalo menurut gue, dia bilang kayak gitu karena dia enggak sebaik keliatannya. Maksudnya, dia di sekolah sama diluar sekolah tuh beda. Makanya dia bilang lo jangan berekspektasi terlalu tinggi, takut lo kecewa sama ekspektasi yang lo buat sendiri kali. Soalnya kan dia juga udah tau tipe lo tuh kayak apa."

"Gak mau sekolah ah besok," putus Gemila final.

Albi menatap Gemila dengan mata melebar dan alis terangkat. "Dih udah gila, masa cuma gini doang gak mau sekolah?"

"Gue malu, lagian lo kenapa gak bisa jaga rahasia sih? Dikontrol makanya kalo punya mulut."

"Emang lo mau sampe kapan nyimpen perasaan lo sendiri?" tanya Albi akhirnya.

Gemila menggeleng, tidak tahu.

"Lagian kenapa harus malu sih, kan gak salah kalo lo punya perasaan duluan ke Hadif. Itu bukan sebuah aib."

"Ya emang bukan aib, tapi kalo orangnya tau tetep aja malu."

"Orang Hadif nya aja santai, gak ngerasa risi atau gimana. Kalem aja sih, lo mah apa-apa dibawa tegang terus."

"Ck tau ah!"

Albi mengacak rambut Gemila kesal. "Lo mah marah mulu, tau gak semalem Hadif bilang apa? Lo tuh cantik."

"Gak, gue gak bakal ke geeran."

"Dih serius dia bilang gitu, terus gue tanya lagi, Gemila tipe lo bukan. Tapi dia gak bisa jawab, soalnya dia nggak kenal lo secara personal, jarang ngobrol juga. Jadi dia gak tau lo tuh gimana orangnya."

"Apalagi?" tanya Gemila penasaran.

"Apa ya ... lupa."

"Ngeselin, udah gue mau pulang!" setelahnya Gemila meninggalkan Albi sendirian.

"Jangan tahan ataupun kejar gue," kata Gemila yang langsung disanggupi oleh Albi.

"Siapa juga yang mau nahan lo, sana balik."


Hadif dan SenayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang