13. Bilangin Aga, gue capek

303 54 18
                                    

Temen-temen, jangan lupa vote dan komentarnya ya, terima kasih!🤚

***

Malam minggu adalah malam yang paling menyenangkan, kalau sedang baik-baik saja; biasanya Hadif tidak akan pernah menolak jika diajak main; ia akan dengan senang hati menghabiskan malamnya dengan kumpul bersama teman.

Tapi seharian ini, badannya benar-benar terasa sakit tiap kali ia bergerak, bahkan sekadar mengangkat tangan saja rasa sakit itu akan muncul. Keinginan untuk kumpul bersama teman pun rasanya sirna.

Tapi, berdiam diri di rumah juga bukan pilihan yang tepat. Hadif butuh healing dari segala kepenatan yang terjadi selama seminggu kebelakang.

Pada akhirnya Hadif memilih untuk keluar, main bersama Jason dan yang lainnya; dengan syarat Jason harus menjemput dan mengantarnya kembali ke rumah.

Hadif dan yang lainnya sudah berada di toko Lubby sejak dua jam yang lalu, sedangkan beberapa menit yang lalu Albi pergi menemani Gemila yang ingin memakan kue pancong lumer.

Kalau berada di toko Lubby, sudah pasti mereka meminum-minuman beralkohol. Toko ini menjual berbagai macam minuman dari yang termurah, hingga yang termahal; beberapa ada minuman impor juga.

Untuk ukuran anak sekolah seperti Hadif dan teman-temannya, sudah pasti ia memesan minuman yang biasa-biasa saja. Seperti saat ini, mereka hanya membeli vodka vibe yang harganya cuma sekitar dua ratus ribuan.

Dua botol sudah berhasil mereka habiskan berempat, "kurang?" tanya Hadif kepada dua temannya.

Andaru mengangguk cepat, sedangkan Jason sebaliknya. "Udah cukup."

"Yaudah gue aja sama Hadif," jawab Andaru yang langsung mendapat persetujuan dari Hadif.

"Terserah, asal jangan nyusahin gue."

*****

Udara malam semakin dingin, Gemila duduk dengan rasa tak nyaman di tempatnya, sebab mereka berada di ruang terbuka dan Gemila hanya mengenakan kaos oversize yang dipadukan dengan celana pendek. Dia sedang kedinginan.

Kini Gemila sudah selesai dengan kue pancong lumernya, dan berharap semoga Albi mau mengajaknya ke tempat ini lagi karena selain rasanya yang enak, pemandangan lampu-lampu dari gedung tinggi juga terlihat bagus.

"Yuk balik, udah mau jam dua belas." Sadar akan ketidaknyamanan Gemila, Albi mengajak gadis itu untuk balik. "Tapi ke tempat tadi dulu ya, Gem. Gak enak, masa gue langsung cabut."

Gemila mengangguk. "Ayo, iya ke sana dulu aja. Mau liat Hadif," ungkap Gemila dengan jujur.

"Najis," sahut Albi kesal.

"Beneran beda ya dia kalo lagi di luar, auranya kayak bad gitu." Gemila mengingat-ingat lagi ketika tadi ia diam-diam memperhatikan Hadif yang sedang menenggak minumannya, atau pada saat laki-laki itu menghisap rokoknya. Hadif terlihat lebih lepas dan menjadi dirinya sendiri.

"Gimana? Masih suka?" tanya Albi penasaran, semoga jawabannya tidak. Katakanlah Albi jahat karena kemarin ia sempat mendukung keduanya, tapi biarkan kali ini ia berharap.

Gemila mengangguk yakin, "masih."

"Nanti kalo udah nggak suka bilang gue," jawab Albi pelan, pelan sekali sampai Gemila tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Apa?" tanya Gemila. "Lo ngomong apa?"

"Orang gue ngajak balik, ayo ke motor, nanti lo pake jaket gue." Albi langsung menarik lengan Gemila dan membawanya ke parkiran.

Hadif dan SenayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang