"paket."
Daisy mengalihkan pandangannya dari layar komputer. Kemudian, kembali fokus mengetik. Dia tidak memesan apa pun lewat online shop mau pun pesan antar Gofood.
"Untuk ibu Daisyra Anastasya."
Suara laki-laki yang masih memakai helm di kepala dengan jaket merah itu menginterupsi gerakan jemarinya di atas keyboard.
"Sy, dia mencari mu."
Daisy menoleh pada rekan kerja di sebelahnya. Perempuan itu terdiam untuk beberapa saat. "aku?" Tanyanya tak yakin.
"Iya, kau! Siapa lagi yang bernama Daisy di sini? Hanya kau, 'kan? Ah, sudahlah. Biar aku yang mengambilkan."
Belum sempat Daisy menjawab, perempuan dengan rambut hitam sebahu itu melenggang bak model. Gaun hitam selutut serta pita hitam senada di kepalanya, membuatnya tampak berbeda.
Daisy mengulum senyum melihat hannah--rekan kerjanya itu mengerling genit pada kurir dan malah membuat kurir tersebut lari ketakutan.
Hannah menghentak-hentak kan kakinya kesal. Tangannya membawa dua buah box berukuran besar di tangan.
"Huh, dasar! Bisa-bisanya kurir itu melarikan diri saat digoda bidadari sepertiku," katanya kesal. Meletakkan box tersebut di meja kerja Daisy.
Daisy menggeleng pelan melihat kelakuan Hannah. Perempuan itu memang senang sekali menggoda kurir pengantar paket atau supir grab maupun gojek. Tetapi, anehnya tidak ada yang berani membalas godaan Hannah. Melihat otot lengannya yang berbentuk membuat mereka berpikir dua kali. Takut kena samsak.
Daisy mengernyit. Menatap lamat kartu undangan berwarna hitam dengan hiasan pita berwarna merah di tangannya. Warna gold menghiasai kalimat demi kalimat yang tertera di dalamnya. Di sudut kanan bawah, terdapat nama perusahaan terkait dan nama pengundang.
Bagaskara Global Corp.
Afandra bagaskaraDaisy melempar undangan tersebut secara refleks. Dia menarik napas dalam, menyentuh jantungnya yang tiba-tiba berdetak tak karuan. Astaga, laki-laki itu--Daisy menggeleng keras. Mengenyahkan segala pikiran yang melintas di kepalanya.
"Kau baik-baik saja?"
Daisy mengangguk pelan. "Ya," katanya menjawab pertanyaan Hannah. Menutup kembali box tersebut dan meletakkan di bawah meja.
Daisy menoleh, menatap box yang teronggok manis di atas tempat tidur. Dia kembali mengalihkan pandangan. Menatap rembulan malam dalam keheningan. Semilir angin menerpa kulit wajahnya. Terasa dingin dan mencengkam.
Daisy menarik napas dalam-dalam dengan mata terpejam. Jantungnya masih berdetak abnormal sejak tadi. Terlebih, ketika dia tahu isi dari kedua box tersebut. Itu benar-benar membuatnya merinding.
Afandra Bagaskara--dia bukan laki-laki yang tidak bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Kalau undangan serta set gaun, perhiasan, dan sepatu yang dikirimkan pada Daisy hanya sebuah rencana agar Daisy kembali membantunya. Itu sungguh konyol.
"Dia bisa menunjuk perempuan lain untuk itu," gumamnya memijit pelipis yang terasa berdenyut.
"Kalau hanya ingin mengundang, cukup undangan saja. Kenapa harus lengkap dengan gaunnya segala," gerutunya, kesal. Berjalan masuk ke kamar dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
Daisy menatap langit-langit kamar. Apa yang harus dia lakukan? Undangan itu resmi dari perusahaan. Kalau dia menolak, bukan tidak mungkin Andra akan bertindak layaknya bos besar yang memiliki kekuasaan. Bagaimana kalau--Daisy menggeleng. Astaga! Kenapa pikirannya jadi melantur ke mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
General FictionKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...