"S–saga ..."
Merasa namanya disebut, Saga menoleh. Keningnya mengkerut ketika melihat Jihan berdiri dengan wajah shock. Persis seperti seorang kekasih yang sedang memergoki pasangannya selingkuh.
"Ngapain berdiri di situ?"
Jihan berjalan mendekat, masih dengan menutup mulut dengan kedua tangan. Menggeleng dengan tatapan nanar dan bahu bergetar.
"Gua nggak nyangka," lirihnya dengan kepala tertunduk. Bahunya masih bergetar.
"Apa?" Saga menatap perempuan di hadapannya ini bingung. Entah drama apalagi yang akan dilakukan Jihan.
Bisik-bisik tetangga mulai terdengar. Cibiran hangat dari bibir ke bibir mengalun begitu cepat. Menusuk pendengaran hingga membuat Bahunya semakin bergetar.
"Gua—" Jihan tidak melanjutkan ucapannya. Bahunya kembali bergetar hebat. Jauh lebih kencang dari sebelumnya.
Khikh ... Khikh ... Khikh ....
Melihat kelakuan Jihan, Saga menghela napas dalam diam. Ingin sekali rasanya dia menjitak kepala perempuan ini. Saga tahu, saat ini Jihan sedang tidak menangis terisak-isak. Melainkan menertawakan dirinya.
"Nggak usah ditahan-tahan. Keluarin aja semuanya," ucap Saga berbisik pelan. Masih dengan wajah kesal.
"Pftt ... Huahaahaha." Pada akhirnya, tawanya Jihan lepas juga. Sedari tadi, dia tidak tahan untuk tertawa. Terlebih lagi ketika mendengar bisikan omong kosong dari beberapa orang di sekitar mereka tadi.
Laki-laki itu mendengus seraya memutar bola mata malas. Sudah menduga akan jadi seperti ini. "Udah puas?" sinisnya.
Jihan menggeleng, mengusap sudut matanya yang sedikit berair. Suara tawanya masih terdengar. "Gua nggak nyangka, fans lu pada rajin bikin kayak gini," ucap Jihan disela tawanya.
Jihan menunjuk-nunjuk setumpuk amplop yang berada di atas perut Saga. Jihan dapat menyimpulkan, bahwa itu adalah surat cinta. Sebagian besar surat didominasi oleh warna biru dan merah jambu. Belum lagi, kado yang berserakan di sekitar mereka berdua. Dan yang paling membuat dia geli adalah, kado-kado tersebut dilapisi kertas kado dengan corak hati dan bunga-bunga. Seperti, hati yang berbunga-bunga?
Jihan kembali tertawa tanpa suara. Bahunya kembali bergetar akibat bayangan konyol yang dia ciptakan sendiri. Astaga, sepertinya tingkat humornya setiap hari semakin rendah.
Sementara itu, Saga yang sedari tadi melihat kelakuan Jihan terlihat kesal. Tangannya menyibak setumpuk surat tersebut dari tubuhnya. Posisi yang begitu konyol dan memalukan.
"Kekanakan!" desis Saga mendaratkan sebuah kecupan di pipi Jihan. Dia sengaja melakukannya supaya Jihan berhenti menertawakannya.
Dan sepertinya, usaha Saga lumayan membuahkan hasil. Jihan yang tiba-tiba shock dengan mata mengerjap beberapa kali dengan tangan menyentuh pipinya sendiri.
Jihan molongo, mendapati serangan dadakan itu. Separuh dirinya memaki kelakuan laki-laki di depannya ini, dan sebagian lagi melayang. Ya ampun, dia harus bersikap bagaimana sekarang? Terjun bebas karena terlalu senang, atau bersembunyi di dalam perut bumi karena aksi mereka berdua dilihat banyak orang.
Bukan hanya Jihan yang merasa ingin melayang dari tempatnya. Mahasiswi yang melihat pun seketika linglung dalam berbagai gaya. Ada yang saling membenturkan jidat satu sama lain, merosot di tiang seperti sedang meleyot, atau bertingkah seperti orang sedang mabuk berat.
Hal yang tidak pernah mereka lihat dari seorang Sagara Aditama. Pria dingin dan cuek. Selalu mengabaikan setiap wanita yang mendekatinya, bahkan seorang Puteri dari salah satu keluarga terpandang sekalipun. Xena Silvana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
Ficção GeralKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...