16. Penguntit

15 5 7
                                    

Dress berwarna gading dengan hiasan permata di beberapa tempat. Serta gelang mutiara berlogo perusahaan Bagaskara Global Corp telah melekat sempurna di tubuhnya. Heels berwarna senada dan tas tangan mini menjadi pelengkap penampilan. Daisy mematut dirinya di cermin. Mengalungkan tanda pengenal sebagai jurnalis di leher.

Setelah bercengkrama dengan adik-adiknya malam itu, Daisy kembali mengirim pesan pada Andra terkait syarat yang dia ajukan.

["Kau tidak salah memberi syarat?!"]

Daisy mengangkat kedua alis, ketika mendapat balasan dari Andra.

["Tentu, tidak."]

Setelah membalas pesan, Daisy berjalan ke arah lemari pakaian dengan box di tangan. Menyimpan gaun dan perlengkapan lainnya di tempat yang seharusnya.

Sementara di sisi lain, Andra tengah mengernyit menatap balasan singkat itu.

"Tidak?" Monolognya memastikan.

"Aku kan mengirim undangan itu khusus untuknya. Kenapa dia justru ingin membawa nama kantornya bekerja," gerutunya.

Andra berjalan kesana-kemari dengan gelisah. Menyingsing lengan bajunya dengan gerakan abstrak. "Sekarang bagaimana? Masa aku harus menyetujui syaratnya," monolognya lagi.

Persyaratan aneh yang diberikan Daisy dan menurutnya konyol adalah, memberikan undangan yang sama pada perusahaan tempat perempuan itu bekerja. Sungguh! Andra tidak ingin perusahaan berita mana pun ikut andil dalam acara yang akan diselenggarakan Minggu depan.

Namun, dia juga tidak bisa mengabaikan syarat itu begitu saja. Sudah begitu lama dia menanti momen seperti ini. Berada di dekatnya tanpa penghalang. Rasanya, dia tidak bisa menatap dan bersembunyi di kejauhan lagi.

"Bagaimanapun, aku harus mengunci--mu dalam hidupku, 'kan?"

Andra tersenyum lebar, mengetik balasan di sana. Setelahnya, dia melangkah ke kamar mandi sambil bersiul senang.

Daisy menarik napas, ketika mengingat pesan di mana Andra menyetujui persyaratannya. Hal itu kembali menimbulkan satu tanda tanya besar dalam benak. Yah, meskipun itu cukup baik dibanding menjadi tamu khusus.

"Kita benar-benar di undang ke acara ulang tahun nyonya Bagaskara?"

Hannah--salah satu rekan kerja yang ikut rombongannya, celingak-celinguk menatap sekeliling. Perempuan itu nampak tak percaya bisa ikut merayakan ulang tahun istri konglomerat.

Daisy mengangguk samar, fokusnya terpaku pada sepasang suami istri yang tengah berjalan ke arah mereka.

"Oh, akhirnya kau datang juga." Nadia tersenyum lebar ketika sudah berada di depan Daisy. Melepas genggaman tangan Arya--suaminya.

"Selamat ulang tahun, Nyonya," ucap Daisy mengulurkan kotak kado berukuran kecil.

"Terima kasih." Nadia kembali tersenyum. "Kalian nikmatilah pestanya, saya pinjam teman kalian dulu, ya," ucapnya kemudian. Menarik lengan Daisy menjauh dari rekan kerjanya.

Acara anniversary sekaligus pesta ulang tahun, Nyonya Nadia Afriani Bagaskara berlangsung megah. Lampu-lampu hias keemasan yang tertata rapi di setiap tepian. Berbagai jenis bunga berwarna soft terlihat berdiri kokoh di beberapa spot.

Nadia masih terus menuntun Daisy melewati para tamu. Sesekali, wanita paruh baya itu mengangguk dengan senyum tipis. Keduanya terus berjalan. Hingga mereka tiba di ruang privat yang disediakan untuk keluarga inti.

"Senang sekali rasanya kau benar-benar menerima undangan itu," Nadia menggenggam tangan Daisy. Menuntun perempuan itu untuk duduk di sampingnya.

Daisy tersenyum tipis. Menepuk pelan punggung tangan wanita yang diperkirakan seumuran dengan ibunya. "Tidak masalah. Saya turut senang jika Nyonya senang."

Secret Family (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang