Jika biasanya ketika ulang tahun yang paling ditunggu adalah kado, maka bagi Jihan kado ulang tahun adalah hal yang tidak ingin dia bayangkan juga inginkan. Masalahnya, hampir semua kado yang dia dapat tidak pernah normal. Semuanya abnormal. Contohnya, ketika ulang tahunnya yang ke delapan belas, Jihan mendapatkan kado dari Sora satu box dessert Oreo lengkap dengan saus keju di tengahnya. Padahal saat itu Jihan sedang melakukan diet. Alhasil, dia hanya menjadi penonton Riri yang mengambil alih dessert oreonya. Miris bukan.Kalau di ingat ingat lagi, itu adalah sebuah penyiksaan baginya. Sekarang, kembali pada setumpuk kado ulang tahun di hadapannya.
Jihan meringis. "Gua nggak mau buka kadonya, entar kaya yang udah-udah."
"Lah, yang ultah siapa?"
"Gue."
"Terus yang seharusnya buka kado siapa?"
"Ya gue lah!"
"Nah itu pinter."
Jihan mengerjap beberapa saat, mencerna perdebatan absurd yang baru saja dia dan Sora lakukan. "Anjir, nggak gitu juga konsepnya," ucapnya sembari melempar gumpalan pita hias yang dipakai untuk dekorasi.
"Ya terus maunya gimana? Masa pak RT yang buka. Jangan ngadi-ngadi lu."
Jihan mendengus, dengan tidak minat tangannya bergerak membuka bungkus kado pertama dari Ranesha. Awas saja kalau kadonya abnormal lagi, demi kulit Min Yoongi yang lebih cerah dari pada masa depannya. Jihan tidak mau lagi menerima kado apa pun itu.
Jihan membuka kardus berukuran sedang itu dengan Cutter.
Buakkk!
Jihan mengerjap, hidungnya terasa kebas akibat tinju dadakan yang dia terima dari kotak kado Ranesha. Seandainya Saga tidak menahan tubuhnya, mungkin Jihan sudah jatuh terbalik, njengkang, njungkel, atau apa lah itu istilahnya. Dia tidak tahu.
Dan dengan tidak berdosanya, Ranesha melompat girang. Menari tanpa iringan musik. Berteriak mengucapkan happy birthday pada Jihan dengan suara melengking. Nyaris membuat gendang telinga semua orang pecah.
Jihan mengelus dada, dalam hati berdoa semoga kado selanjutnya tidak semenyiksa ini. Ya Tuhan, dia sungguh sangat berharap akan hal itu. Tapi sayang, saat kado ke dua dibuka, Jihan menemukan sebuah kalung bayi dengan inisial JJN. Please, ini kalung kalau dia yang pakai yang ada nyekek leher. Bukannya bagus malah kayak orang mau bunuh diri.
"Ini kado siapa?"
Riri menyengir, mengangkat salah satu tangannya.
"JJN maksudnya apa? Perasaan inisial nama gue JN-Jihan Nayra."
"Oh, itu, JJN-Jihan Jomblo Ngenes."
Demi apa pun, rasanya Jihan ingin menangis kalau saja Saga sedang tidak berada dalam gerombolan mereka. Buka lapak masih bisa tuker tambah nggak sih? Kalau masih, dia mau coba tukar tambah adik-adiknya ini. Tukar yang lebih waras gitu.
Riri nyengir dengan tampang super polos, sementara Sora dan Zen sibuk berdebat kado siapa yang lebih layak dibuka oleh Jihan lebih dulu. Kalau boleh jujur, kado siapa pun yang lebih dulu dibuka tidak akan ada perbedaan. Yang pasti, sama-sama bikin Jihan ngelus dada.
"Zen, lu sebagai cowok harus ngalah sama cewek."
Zen mendengus, tidak terima dengan opini sepihak dari Sora. "Apaan, yang ada kakak yang harusnya ngalah sama adek."
"Ya nggak bisa gitu. Harusnya cowok ngalah sama sama cewek, itu baru bener."
"Kok gitu."
"Oh, jelas. Karena cowok selalu sal-"
"Berisik Lo berdua. Kado doang diributin," sela Jihan meraih dua kotak kado dari Sora dan Zen. Sementara keduanya hanya saling pandang dengan seringai aneh.
Jihan hampir mengumpat ketika berhasil membuka kado dari Sora dan Zen. Kalau saja Saga tidak ada di sampingnya, Jihan bisa pastikan akan mencabik kedua adik tersayangnya ini. Atau, menyelupkan mereka ke rawa-rawa.
"Ini lu yang buat, Ra?"
Sora menganguk, melipat kedua tangan. Lagi, dengan wajah super songong minta ditimpuk.
"Oh, jelas. Gue bikin itu dengan sepenuh jiwa, raga, dan semangat empat lima."
Jihan mendengus, iya, iya. Kalau soal memberi kado super absurd Sora memang yang paling semangat. Apalagi soal menistakan dirinya. Sora yang akan maju paling depan. Dasar adik laknat.
membuka lembar pertama, Jihan mengumpat dalam hati. Di sana, terdapat dirinya sedang tidur dengan mulut menganga serta air terjun alami yang mengalir deras dari dalam mulut.
Di lembar ke dua, gambar dirinya bertemu dengan Min Yoongi versi jamet. Ya Tuhan, sejak kapan Yoongi se alay ini. Dia ingin menangis saja rasanya. Untung cuma dongeng. Kalau beneran, bisa pingsan dia.
Jihan mengelus dada. Nggak papa-nggak papa. Mau bagaimana pun Jihan harus tetap membuka semua kado. Mau itu absurd, abnormal, atau gila sekalipun dia harus menerima dengan lapang dada. Konsekuensi jadi bidadari rumah emang gini. Always ternistakan.
Jihan menyesal, ingin menangis sekaligus berteriak mengadu pada dunia. Maksudnya apa coba Zen memberinya hadiah ulang tahun deterjen BOOM.
"Zen, lu nggak lagi mabok atau keselek sianida kan?"
Zen menggeleng pelan. "Ya kali gue keselek sianida."
"Terus ini maksudnya apa hah!" pekik Jihan mengangkat tinggi-tinggi hadiah dari Zen.
"Kan lu yang minta kak."
Jihan mengernyit. "Gue nggak pernah minta kado deterjen. Jangan ngadi-ngadi lu. Gue getok juga ni anak."
"Gini deh, lu K-Popers kan, Kak?"
"Iya."
"Terus lu masuk apa?"
"Army."
"Army tambah ini?" Zen meraih deterjen BOOM dari tangan Jihan. "Jadi?"
"Army BOOM." sahut jihan spontan.
"Nah, kan kemarin lu bilang pengen army bomb. Gue kurang baik apa coba ngasi hadiah yang lu mau. Gue walaupun an-"
Pletak!
"Aw." Zen meringis. Ini pukulannya Jihan enggak main-main. Sakitnya terasa sampai ke tulang sumsum.
"Gua udah sabar ya dari tadi. Army bombnya bukan yang kaya gitu markonah. Lu pikir di konser gua mau nyuci apa? Pake dihadiahin deterjen segala." Jihan berkacak pinggang, menatap Zen yang masih meringis akibat pukulannya. Salah sendiri bikin naik darah. Makan tuh getokan maut.
Oke ini kado terakhir. Dan Jihan berharap ini enggak bikin naik darah kayak sebelum-sebelumnya.
"Kado kak Daisy mana?" Jihan menoleh ke kanan dan ke kiri. Dari tadi dia tidak melihat Daisy memegang kado seperti adik-adiknya yang lain.
"Punya kak Ichi noh di sudut," ucap Sora menunjuk kotak berukuran jumbo.
"Kak, ini beneran kado dari Kakak?"
Daisy mengangguk pelan. Jihan yang melihat itu hanya menepuk dahi. Hadeh, sepertinya Jihan melupakan satu hal. Daisy memang tidak se abnormal adik-adiknya kalau memberi kado. Tapi, bikin capek tangan. Contohnya saat ini. Hingga kotak terakhir dibuka. Jihan harus banyak istighfar karena isi sesungguhnya hanya sebesar kotak cincin. Bukanya se jam kotak aslinya sekecil ini. Ya Tuhan mimpi apa dia punya saudara-saudari kayak gini.
"Ini isinya apa, Kak?"
"Buka aja."
Senyum di bibirnya merekah. Jihan meraih benda di dalam kotak kecil tersebut. Sebuah cincin putih dengan permata kecil di tengah.
"Akhirnya gue dapet kado normal. Thank you Kak kadonya."
"Sama-sama. Sebenarnya itu cincin couple, berhubung Jihan masih jomblo jadi beli satu aja. Sayang kalau beli dua nanti Jihan minder kalah sama cincin yang punya pasangan."
Jihan melongo, habis melayang tinggi dihempaskan ke dasar lautan. Ya Allah, kuatkanlah Jihan dalam menghadapi segala jenis nistaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Family (REVISI)
Aktuelle LiteraturKeluarga itu terbentuk dari beberapa hal. Hubungan darah, pernikahan, atau takdir yang saling mengikat. Seperti yang dialami oleh Daisy, Jihan, Sora, Zain, Ranesha, dan Riri. Hubungan mereka terjalin dari takdir yang saling mengikat hubungan mereka...