23. PHK

10 4 3
                                        

"tidak ada yang salah. Kita hanya sedang terjebak dalam labirin yang menggiring kita untuk saling melukai."

__Daisyra Annastasya__

🌼🌼🌼

Ketukan langkah sepatu menggema di seluruh lorong kampus. Bisik bisik terdengar di sepanjang kakinya melangkah. Sesekali, helaan napas berat keluar dari bibir Jihan. Perempuan itu semakin mempercepat langkah kakinya, tidak ingin mendengar lebih banyak lagi hinaan dan sindiran.

Jihan menelusup kan wajah begitu sampai di tempat duduk. Menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan. Dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang bergosip tentang dirinya. Pun dengan beberapa laki-laki yang mengelilingi Jihan. Menggoncang tubuhnya atau bahkan melempari Jihan dengan gumpalan-gumpalan kertas.

"Dibayar berapa, Lu sama Saga?"

Jihan seketika mendongak, tatapan matanya menjadi begitu dingin.

"Ngapain lu ngeliatin gua kayak gitu!"

Satu toyoran keras mendarat di kening Jihan. Beberapa mahasiswa di sekelilingnya menertawai. Mencemooh perempuan yang mereka anggap sebagai hal yang tidak berguna.

"Udah berapa kali lu main sama dia? Boleh lah, sekarang giliran kita-kita yang nye--"

"--akh!" Teriaknya tiba-tiba. Laki-laki dengan kepala tanpa rambut itu melotot. Mengusap pipinya yang baru saja terkena tamparan dari Jihan.

Semua orang dalam ruangan seketika terdiam. Suasana mendadak begitu sunyi dan senyap. Jihan sibuk mengatur napas, kilatan amarah di kedua bola matanya begitu kentara. Orang-orang yang tadinya menonton, mulai sibuk beralih dengan dunianya masing-masing.

Jihan bangkit dari duduknya, berjalan mendekat. Rahangnya kian mengeras seiring kepalan tangannya yang memutih.

"Jangan sok jadi bensin kalau lu nggak tau api apa yang lagi lu sulut," bisik Jihan tepat di telinga laki-laki tersebut. Tubuh mereka yang sejajar membuat Jihan tidak perlu repot untuk mendongak.

Di sisi lain di waktu yang sama....

"Kak, Daisy."

Begitu namanya disebut, Daisy mendongak. Perempuan itu berdiri sejenak membiarkan orang dihadapannya untuk duduk lebih dulu. Setelah dipersilakan, barulah dia kembali duduk.

Keduanya terdiam beberapa saat. Sibuk menyelami pikiran masing-masing.

"Bagaimana kabarnya?"

Daisy menghela napas. Menyandarkan punggungnya di kursi dengan kedua tangan bersedekap. "Buruk."

"Dia pasti begitu tersiksa."

Daisy mengangguk.

"Ini salahku. Maaf tidak bisa menepati janjiku waktu itu."

"Ini bukan salahmu," bantah Daisy seraya menggeleng. "Nggak ada yang salah di antara kita. Kita hanya terjebak dalam labirin yang menggiring kita untuk saling melukai."

Saat pertama kali mereka bertemu, Daisy memang menghujami ribuan pertanyaan pada Saga. Memberinya peringatan untuk tidak menyakiti Jihan. Saga menyanggupi dan keduanya menyepakati satu hal. Jika Saga gagal, itu artinya dia harus menjauh dari kehidupan Jihan.

Laki-laki dengan seragam tahanan itu mendongak, menatap Daisy beberapa saat. Secara tidak langsung, ini memang bukan tanggung jawabnya. Dia juga terjebak. Mereka semua terjebak dalam lingkaran yang dibuat oleh Syella, Xena, dan Liona. Namun begitu pun, ada setitik perasaan bersalah ketika melihat air mata jihan satu bulan yang lalu. Begitu menyiksa diri.

Secret Family (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang