20. Pertikaian keluarga.

15 4 7
                                    

"Mundur satu langkah, untuk jauh lebih unggul dari musuhmu."

__Daisyra Annastasya__

🌼🌼🌼🌼

Apa yang paling diinginkan ketika membuka mata di pagi hari? Suasana sejuk, nyaman, dan perasaan tenang? Atau, kabar baik yang akan membuatmu merasa bersemangat. Apa pun itu, semua orang pasti selalu berharap hal baik yang akan dia dapat setiap harinya.

Tetapi, siapa yang akan tahu seperti apa kehidupan di
kedepannya. Hari ini baik, mungkin saja esok justru sebaliknya. Tidak ada yang tahu. Begitu juga dengan Jihan. Hari-hari sebelumnya, semua terasa baik dan sempurna. Namun, malam ini, secepat itu masalah menghancurkan segalanya.

"Astaga, kak Jihan!" Pekik Ranesha ketika melihat Jihan berdiri di ambang pintu masuk.

Rambut basah yang sudah tak berbentuk, dengan mata sembab bercampur air hujan. Serta lututnya yang memar akibat benturan aspal membuat keadaan Jihan begitu mengenaskan.

"Lu kemana aja sih, Kak? Kita khawatir tau nggak sih waktu lu lari keluar tadi."

Sora dan Ranesha menuntun Jihan untuk duduk di sofa. Riri yang baru tiba memberikan segelas teh hangat.

"Minum dulu, kak. Biar agak hangat."

Jihan menerima gelas tersebut tanpa banyak bicara. Jihan menunduk, meremas gelas keramik digenggaman. Perasaannya masih tak karuan. Mengingat dia tidak mendapatkan hasil apa pun membuatnya menghela napas pelan.

Ranesha mengusap bahu Jihan pelan, menenangkan sang kakak. Ranesha tahu, Jihan begitu hancur dengan apa yang menimpa Saga. Tak ada yang bisa dia lakukan mengingat semua bukti menjurus pada Saga.

"Sabar ya, Kak. Kita di sini kok nemenin lu. Apa pun yang terjadi."

Jihan mengangguk, mengusap air mata yang kembali mengalir di pipi. Dia jadi begitu emosional dan mudah menangis.

"Gua naik ke atas dulu," ucapnya seraya beranjak. Menaiki satu persatu anak tangga.

Di hari berikutnya, Jihan kembali ke kediaman Aditama. Menatap dari kejauhan rumah besar dengan puluhan bodyguard di depan. Bahkan, para wartawan pun tidak diizinkan mendekati. Berkat upaya penyamaran menjadi kurir pengantar pizza, Jihan berhasil melewati dua satpam tersebut

Gerbang setinggi lima meter itu terbuka. Empat orang berseragam polisi keluar bersama seorang laki-laki dengan kedua tangan diborgol. Jihan menahan napas ketika melihat pemandangan di mana Saga diboyong oleh petugas.

"Saga!" teriak Jihan berlari mendekat. Namun, tinggal beberapa langkah lagi dia tepat di hadapan Saga, tubuhnya ditarik hingga membuat Jihan terhuyung dan hampir jatuh.

Dua bodyguard menahan Jihan, membuat perempuan itu memberontak sekuat tenaga. "Lepas! Aku perlu bicara dengannya."

Bagai angin lalu, semua permohonan Jihan diabaikan. Dua lutut bagian belakangnya ditekuk hingga membuat Jihan jatuh berlutut. Perih dirasakannya, luka tadi malam belum sembuh lalu kembali ditimpa dengan luka baru.

Perempuan itu menggigit pipi bagian dalam. Menahan air mata yang sudah berembun di pelupuk mata.

Saga yang menyaksikan itu mengeram, menatap sengit Ferdinan yang sedang bersandar di tiang pembatas.

Ferdinan menghela napas, memberi kode untuk melepaskan borgol di tangan Saga dan memberi mereka waktu sebentar. Borgol di tangannya terlepas, secepat kilat laki-laki itu meraih Jihan dalam pelukannya. Mengecup berulang kali sudut mata Jihan.

Secret Family (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang